JAKARTA - Sekretaris Lembaga Falakhiyah Nahdatul Ulama, Nahari Muslih mengatakan Nahdatul Ulama (NU) belum menetapkan kapan awal Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Hal ini dikarenakan, metode hisab yang digunakan NU adalah Rukyatul Hilal.
Menurutnya sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Muhammadiyah menggunakan metode hisab dalam menetapkan bulan Hijriyah. Sedangkan metode perhitungan yang menjadi pedoman NU berbeda dengan Muhamamdiyah. "Semua orang rasanya sudah maklum bahwa penetapan awal bulan hijriyah Muhammadiyah memakai metode hisab, sedangkan NU dan yang lain memakai metode rukyat," kata Nahari dalam keterangan tertulis dirilis Republika.co.id, Rabu (10/2).
Maka sudah jelas kata dia, saat Muhammadiyah lebih dulu dalam menetapkan awal Ramadhan maupun 1 Syawal sesuai dengan perhitungan atau hisab yang dilakukan. "Sedangkan NU menyatakan bahwa hisab tadi harus dibuktikan dengan rukyat (melihat) sang hilal itu di alam nyata," ujar Nahari.
Tuntunannya sudah jelas, ujar Nahari, bahwa hilal harus terlihat langsung oleh mata. Apabila terlihat maka esok hari adalah awal bulan jika tidak terlihat maka perintah Nabi Muhammad saw adalah menggenapkan hitungan hari dalam bulan berjalan menjadi 30 hari. "Ingat, bahwa usia bulan hijriyah itu hanya dua, kalau tidak 29 ya 30, dan rukyat dilakukan setiap tanggal 29," kata Nahari.
Karena itu tambahnya, PBNU belum melakukan perhitungan kapan awal Ramadhan dan kapan Idul Fitri. Rukyatul hilal tambahnya baru akan dilakukan NU pada 29 Sya'ban nanti untuk mengetahui awal puasa Ramadhan. "Untuk penentuan awal Romadlon tahun ini, rukyatnya nanti di tanggal 29 Sya'ban bertepatan dengan 12 April dan untuk awal sya'ban, pada 29 Rajab atau 13 Maret," jelas Nahari. (*)
Tags : ramadhan, pbnu, awal ramadhan, idul fitri, ramadhan 2021,