Redaksi   2021/10/05 13:18 WIB
Kolom Opini

Tepian Sungai Makin Ciamik, Tapi 'Airnya Tak Lagi Layak Diminum'

SUNGAI yang terus disinari matahari itu bagaikan sebuah tata letak pemandangannya mirip di Prancis, keindahan sungai Siak dipinggiran Kota Pekanbaru ini pun kian bersih dan dikelilingi kerlap-kerlip lampu taman.

Pemerintah Kota Pekanbaru saat ini sedang membenahi Sungai Siak dengan membangun turap bahkan Water Front City untuk melengkapi keindahan sekaligus menahan luapan air kepermukiman penduduk baik di bantaran maupun disebelah timur kota ini.

Banyak warga tidak percaya akan keindahan bantaran Sungai Siak saat ini yang "Dahulu kumuh," kata Elfi Yandera seorang sahabat yang sudah lama menetap tinggal di Kota Madani itu.

"Rumah-rumah kumuh di sepanjang bantaran sungai kini mulai ditata apik bahkan kini bantaran Sungai Siak telah berubah," sebutnya.

"Masyarakat yang dahulu menjadikan sungai sebagai tempat membuang sampah kini tak lagi melakukannya. Pemko terobsesi memperindah tepian sungai. Sungai Siak sudah sejak lama menjadi urat nadi kehidupan masyarakat."

"Sungai Siak yang memiliki kedalaman sekitar 20-30 meter itu mengaliri kehidupan karena menjadi jalur transportasi serta tempat nelayan mencari ikan," sebutnya.

Pemko memperindah tepian bantaran sungai dan membangun Water Front City.

Beban sungai makin berat dari tahun ke tahun. Inisiasi penyelamatan daerah aliran sungai (DAS) pun dimulai. Jembatan Siak I dibangun sejak jaman Belanda yang mulai usang, kini ditambah dengan beberapa jembatan untuk memperlancar arus transportasi yang menjadi portal penyelamatan DAS Siak yang makin lebar antara 100 dan 150 meter.

"Saya tidak akan lagi memberikan izin pendirian industri di tepian Sungai Siak. Kota Pekanbaru akan membangun Water Front City yang bisa diwujudkan dengan komitmen yang kuat," kata DR H Firdaus ST MT, Walikota Pekanbaru belum lama ini.

Dia membenarkan di sekitar aliran sungai Siak terus berbenah. Konsep kota tepian sungai tersebut terintegrasi dengan berbagai situs sejarah, Masjid Raya Pekanbaru, Rumah Lama Melayu, Pasar lama/Pasar Bawah.

Rumah cantik di tepi sungai 

Sampai kini di tepi Sungai Siak Pekanbaru, di bawah Jembatan Siak III, ada sebuah rumah yang mungil dan cantik. Rumah ini juga memiliki nilai bersejarah. Bangunan unik itu memiliki nilai bersejarah yang disebut Rumah Singgah Tuan Kadi.

Seiring Pekanbaru telah menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia, tapi dahulu kala kota ini berasal dari satu kampung kecil di tepian Sungai Siak yang dikenal dengan nama Senapelan. Perkembangan Senapelan sangat erat dengan Kerajaan Siak Sri Indra Pura.

Kisahnya Senapelan memegang peranan penting dalam lalu lintas perdagangan. Letak Senapelan yang strategis dan kondisi Sungai Siak yang tenang dan dalam membuat perkampungan ini memegang posisi silang baik dari pedalaman Tapung maupun pedalaman Minangkabau dan Kampar.

Rumah Singgah Tuan Kadi merupakan bangunan unik memiliki nilai bersejarah.

Senapelan yang kemudian lebih popular disebut Pekanbaru resmi didirikan pada tanggal 23 Juni 1784 M oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah di bawah pemerintahan Sultan Yahya yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pekanbaru. Meski sudah menjadi sebuah kota metropolitan, dengan deretan bangunan megah dan arsitektur modern, Pekanbaru masih meninggalkan jejak-jejak sejarah masa lalu.

Jejak-jejak sejarah ini bersanding dengan tradisi budaya Melayu yang masih bertahan hingga hari ini.Salah satu jejak sejarah itu adalah Rumah Singgah yang terletak tepat di bawah Jembatan Siak III Pekanbaru. Lokasi ini sekarang dikenal dengan Jalan Panglima Undan.Pada masa kesultanan Siak Sri Indrapura, Tuan Kadi memiliki rumah di tepian sungai Siak dekat dermaga kapal. Rumah ini menjadi persinggahan sementara para sultan yang datang ke Pekanbaru.

Rumah Singgah yang terbuat dari kayu dan berbentuk panggung yang posisinya berada di tempat yang sama. Di belakang rumah singgah ini, ada pelabuhan kecil yang menjorok ke Sungai Siak yang terbuat dari kayu. Pelabuhan itulah yang dijadikan tempat bertambatnya kapal para sultan. Rumah Singgah berbentuk panggung, menghadap ke arah Timur, dan dilengkapi dengan jenjang tangga di pintu bagian depan.

Persis di depan pintu masuk, terdapat sebuah bak batu. Di sinilah dulu para tamu, termasuk sultan mencuci kaki dan tangan sebelum naik ke rumah.Dilihat dari samping, bentuk rumah singgah memanjang dan besar dengan jendela dan lekuk-lekuk bangunan yang berbeda.

Jendela berada di sisi Timur dan Barat. Di bawah Jembatan Siak III, ada laman bermain bagi masyarakat berupa taman kota yang cukup menyenangkan. Taman ini cukup luas, dilengkapi dengan fasilitas bersantai seperti kursi-kursi, tanaman hias, pepohonan dan pagar persis di tepi sungai.

Bangunan unik memiliki nilai bersejarah Rumah Singgah Tuan Kadi terdapat taman bermain.

Taman juga dilengkapi median jalan bisa dimanfaatkan untuk bersepeda. Rumah Singgah Tuan Kadi sendiri didirikan pada tanggal 23 Juli 1928. Hal itu bisa dilihat dari tanda yang ada di tangga pintu depan rumah. Di dalam rumah simggah terdapat beberapa photo dokumentasi masa lalu. Namun di dalam rumah tidak ada lagi perabotan yang digunakan Tuan Kadi dan tamunya di masa lalu.

Wisata susur sungai Siak

Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru berencana mengembangkan wisata Susur Sungai Siak. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pekanbaru klaim sudah menjajaki kerjasama dengan investor.

"Fasilitas pendukung Susur Sungai Siak akan dilengkapi oleh investor. Salah satunya kapal wisata untuk membawa wisatawan menyusuri Sungai Siak. Ada 10 kapal yang sudah disiapkan oleh investor," kata Kepala Disbudpar Pekanbaru Nurfaisal belum lama ini.

Menurutnya, investor itu juga akan menyiapkan kapal kuliner untuk memanjakan selera pengunjung. Juga akan ada flying fox untuk menghibur pengunjung. Ia berharap kunjungan wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri akan semakin meningkat ke Kota Bertuah. "Ini juga salah satu upaya meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya yang tinggal di lokasi objek wisata Susur Sungai Siak," jelasnya.

Air sungai tak layak diminum

Sayang nya sungai yang ada sejak dahulu dan memiliki sejarah yang panjang ini seiring perjalanan waktu air nya tak lagi layak diminum. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan [MenLHK], Siti Nurbaya dengan tegas menyatakan sungai Siak sudah mengalami pencemaran dari berbagai sumber di sekitar sungai.

Sepanjang sungai berada lahan gambut dan terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara yang dilengkapi stock pile-nya, pulp and paper, perkebunan sawit, kayu lapis, log yard, depo minyak, serta kegiatan domestik termasuk pasar. Siti Nurbaya telah melakukan penyusuran Sungai Siak untuk mengetahui kualitas air sungai dan potensinya, alhasil Ia pun memerintahkan jajarannya untuk mengambil sampel air sungai.

Titik pengambilan sampel berada pada pertemuan Sungai Siak dan Sungai Pelalawan. Diperkirakan kedalaman sungai sekitar 25 meter dan sampel diambil pada 2 titik dengan kedalaman 1 meter dan 12 meter. Adapun hasil pengambilan sampel insitu, data sementaranya sebagai berikut: Suhu Air: 30,10C; Suhu Udara: 33,50C; Kecepatan Angin: 2,50 km/jam; DO (Dissolved Oxygen/Oksigen Terlarut): 3,82 ppm; pH: 5,11; Daya Hantar Listrik (DHL): 7,75 us/cm; Turbiditas (Kekeruhan): 3,81 ppm; Salinitas: 0.

Dibandingkan dengan Peraturan Gubernur Riau No.12 tahun 2003 kelas III, pH air 5,1 sementara Baku Mutu 5,5 – 8, jadi air Sungai Siak termasuk asam. DO masih memenuhi (baik) demikian juga dengan TDS masih dibawah Baku Mutu (BM=200). Kesimpulan: air Sungai Siak tidak dapat lagi dijadikan sebagai air baku air minum dan untuk rekreasi air (kelas I dan II), tapi masih dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan, dan mengairi tanaman (peruntukan kelas III).

Kepastian kualitas sungai diperlukan data yang lebih komprehensif yang didapat dari laboratorium dan jumlah sampel yang lebih banyak. Sampel air pun diambil untuk diproses di laboratorium lingkungan.

Kesimpulannya aliran air sugai Siak bukan untuk diminum.

Menyikapi kondisi Sungai Siak ini, Menteri LHK menyatakan perlu terus dilakukan pemantauan air dan dilakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran agar semua perusahaan meningkat ketaatannya dan juga untuk meningkatkan kepedulian masyarakat.

Pengawasan dan perhatian dari berbagai pihak untuk bersama-sama menjaga kualitas Sungai Siak kini diperlukan, dan jika ada indikasi pencemaran lingkungan dari pelaku usaha di sepanjang sungai, pemerintah tak segan-segan melakukan peringatan, pembinaan dan penindakan hukum. (*)  

Tags : Bantaran Sungai Makin Ciamik, Sungai Siak, Pekanbaru, Air Siak Tak Lagi Layak Diminum,