Redaksi   2021/08/01 14:35 WIB
Kolom Opini

Kisah Petani Perantau Gesit-Sukses, Tak Surut 'Diterjang Pandemi'

HIDUP tidak selamanya berjalan dengan mulus. Sebelum sukses banyak hal yang harus dilalui bekerja keras dan berani mengambil tantangan untuk menuju hidup yang lebih baik. 

Tengoklah seperti yang dibicarakan dua lelaki Tugino dan Ponimin ini, dimana keduanya berteman sejak kecil terpisah oleh keadaan hidup dan merantau ke negeri orang mendulang sukses dan menceritakan perantauannya ke Riau yang membuahkan hasil, walaupun dalam situasi sekarang masih diterjang oleh wabah virus corona yang mematikan itu.

Ponimin atau yang sering dipanggil Min, merupakan sosok pekerja keras yang berani mengambil tantangan untuk menuju hidup yang lebih baik. suatu hari Ia pulang kampung ke tanah Jawa, temannya Tugino 'menyosori' ingin tahu nasib temannya sejak kecil itu apalagi di tengah pandemi ini, dan mereka terlibat pembicaraan.

"Enaklah koe Min selama merantau nang Riau," ucap Tugino kepada rekannya sejak kecil itu yang saat ketemu di pasar Legi Ponorogo dimana Ponimin saat itu pulang kampung [pulkam].

Ponimin mengajak temannya ngopi ke sudut ruko pasar legi sembari tersenyum kecil. "Wes pirang hektar kebon sawitmu Min," tanya Tugino lagi.

Ponimin menjawab; Alah cuman kaleh (2) hektar, ujar Ponimin sayup.

"Terus kebon opo meneh seng koe tandur," desak Tugino, Ponimin merincikan isi tanamannya yang ada seluas 2 ha itu. Katanya, disamping sawit 2 ha, ada petai 2 ha, jengkol 2 ha, Pelem 2 ha, pinang (Jambe)  2 ha, beber Ponimin sembari meneguk kopinya pelan.

Tugino terkejut mendengar penjelasan rekannya itu, hingga Tugino menarik nafas panjang dan dalam hati Tugino [Ponimin wong melarat ora pernah mangan sekolahan wae iso sesugih Iki].

Kembali Tugino bertanya; "jadi Min lokasi kebonmu itu dari kebon ke kebon adoh nggak Min?" Jawab Ponimin, Kabeh kebun sawit, Pelem, petai, jengkol dan pinang iku yo sak lokasi Kabeh diatas lahan seng 2 ha iku, jelas Ponimin. Tugino langsung tersandar di kursinya dan tak berkedib memandang wajah Ponimin, sembari berucap pelan, edan koe Min .......

Sebelum sukses menjadi petani perkebunan sawit di provinsi Riau, Ponimin memiliki pengalaman pernah bekerja disalah satu perusahaan kebun sawit selama kurang lebih 10 tahun. Banyak hal yang telah dilalui olehnya pada masa itu, ia sempat menjadi orang yang bertugas menghitung tandan buah segar, bergabung di divisi produksi buah petani hingga bekerja di pabrik.

Tak jarang ia mendapatkan komentar dari atasannya yang bisa terbilang tegas. Belakangan, setelah menjalani mata pencahariannya sebagai petani, ia pun menyadari bahwa hal-hal yang disampaikan oleh atasannya tersebut tidak lain demi efisiensi dan kesuksesannya dalam menanam, merawat, dan mengolah kelapa sawit.

Ponimin sendiri sudah bekeluarga dan memiliki empat anak, merasa tuntutan untuk menafkahi keluarga semakin besar. Kehidupannya berubah sejak ia memutuskan untuk keluar dari perusahaan tempatnya bekerja. Dua tahun kemudian, beliau bertekad untuk membeli satu kavling tanah kelapa sawit berukuran dua hektar, hasil kerja disebuah perusahaan dibantu bermodalkan uang pinjaman dari bank sebesar 75 juta rupiah, Ponimin memulai perjalanan baru sebagai petani kelapa sawit.

Ponimin bermitra dengan PT Inecda Plantations, perusahaan yang selama ini menjadi tempatnya mencari nafkah. Semangat dan kerja keras beliau dari hasil kebun sawit terbukti berhasil, ia mampu membiayai pendidikan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Ia juga bergabung disalah satu koperasi petani [KUD] yang terdiri dari 16 kelompok tani (KT). 

Ponimin merupakan salah satu contoh petani kelapa sawit yang sukses dalam menggeluti pekerjaannya berkat hubungan kemitraan dengan perusahaan. Begitu banyak petani mandiri seperti Ponimin yang mendulang sukses walaupun situasi sekarang sedang dilanda pandemi. Sementara perusahaan tetap mengedepankan kesejahteraan petani dengan memberikan pembinaan dan pendampingan kepada petani secara rutin. Para petani diberikan pelatihan mulai dari penanaman hingga perawatan tanaman kelapa sawit agar dapat mengelola kebun yang baik dan berkelanjutan sehingga meningkatkan hasil produksi.

Di sisi lain, petani juga diberikan pemahaman mengenai pemilihan bibit unggul, pemakaian pupuk organik, bantuan dana dari bank dan sertifikasi seperti RSPO. Proses sertifikasi memberikan petani akses serta jaminan ke pasar nasional dan internasional. Sebagai perusahaan mitra, Inecda mendapat kepastian dan jaminan buah yang diterima telah memenuhi sistem kemampu-telusuran sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Perusahaan turut memberikan pembinaan kepada para petani agar memastikan kejelasan tandan buah segar yang mereka hasilkan.

Transparansi informasi tentang asal tandan buah segar merupakan hal yang substansial. Inecda berkomitmen untuk tidak menerima buah yang berasal dari kawasan yang dilindungi. Permasalahan yang kerap kali dihadapi para petani adalah minimnya pengetahuan tentang praktik perkebunan yang lestari. Inecda mengambil langkah dengan memberikan pelatihan dan bimbingan yang rutin melalui tenaga yang terampil dan petani diberi kesempatan untuk studi banding. Seperti yang dilakukan Ponimin sekarang, beliau tidak sendirian dalam menangani hama kelapa sawit.

Ponimin dibantu oleh burung hantu berjenis Tyto alba yang menjaga setiap hektarnya kebun milik petani yang terdairi dari KUD bebas dari serangan hama tikus. Sebelum beliau mengetahui mengenai Tyto alba yang terbukti efektif dalam menangkal hama tikus, Ponimin menggunakan pestisida atau racun tikus. Tidak hanya tikus yang ditanggulangi oleh burung hantu, hama lainnya juga turut ditanggulangi secara alami.

Para petani dibantu untuk menanam bunga Air Mata Pengantin atau yang dikenal dengan Antigonon untuk membasmi hama ulat api yang dapat merusak pohon kelapa sawit yang masih muda. Tidak hanya Antigonon, bunga pukul delapan [Turnera subulata] dan Cassia cobanensis juga turut ditanam. Tanaman-tanaman indah ini menjadi host plant bagi serangga predator ulat api, Sycanus. Berbagai bunga ditanam secara cantik disekitar perkebunan untuk membantu petani menghindari penanganan hama dengan bahan kimia. Penggunaan predator alami untuk membasmi hama ini merupakan implemetasi dari praktik perkebunan yang berkelanjutan dan lestari. (*)

Tags : Kisah Petani Sawit, Petani Merantau ke Riau, Perantau Gesit Sukses di Kawasan Sawit,