Karier   2022/04/13 21:30 WIB

Bos Chevron Cerita soal Masa Kejayaan, 'yang Keberadaannya Hampir Seabad di Riau'

Bos Chevron Cerita soal Masa Kejayaan, 'yang Keberadaannya Hampir Seabad di Riau'
Albert Simanjuntak

KONTRAK PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Blok Rokan, Riau berakhir tepatnya Minggu, 8 Agustus 2021. Pengelolaan Blok Rokan dilanjutkan oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), unit usaha PT Pertamina (Persero) tepatnya dimulai Senin, 9 Agustus 2021 kemarin. 

Chevron sendiri telah berada di Indonesia hampir seabad lamanya, tepatnya 97 tahun lalu pada 1924. Namun kala itu memang bukan dengan nama Chevron, melainkan Standard Oil Company of California (Socal).

Tak ayal, bila Chevron merupakan salah satu "pemain tua" di industri minyak dan gas (migas) di Indonesia.

Raksasa migas asal Amerika Serikat (AS) ini juga lah yang menjadi pendorong masa kejayaan industri migas di Tanah Air pada 1970-an.

Tak tanggung-tanggung produksi minyak yang dihasilkan dari satu blok saja, yakni Blok Rokan, bisa mencapai 1 juta barel per hari (bph). Bandingkan dengan kondisi saat ini di mana produksi minyak dari seluruh blok yang ada di Tanah Air saja tidak sampai 1 juta bph.

Kini produksi minyak Blok Rokan masih menjadi terbesar kedua di Indonesia. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat produksi terangkut (lifting) minyak Blok Rokan pada semester I 2021 rata-rata mencapai 160.646 barel per hari (bph) atau 97,4% dari target di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar 165.000 bph.

Meski dalam hitungan hari perusahaan yang dulunya sempat dipegang oleh Caltex ini tak lagi mengelola blok ini, namun pengeboran sumur tetap terus dilakukan hingga kontrak berakhir pada 8 Agustus 2021 kemarin.

Pada pekan lalu, Chevron telah berhasil mengebor sumur ke-100 pada masa transisi sejak Desember 2020 lalu.

Lantas, bagaimana persiapan Chevron dalam pengalihan Blok Rokan ini? Apa saja kontribusi yang pernah diberikan Chevron bagi Indonesia selama 97 tahun ada di negeri ini?

Albert Simanjuntak, Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit dan President Director PT CPI yang boleh dibilang bos nya Chevron pun mau berbicara.

Dalam Program Energy Corner Squawk Box, yang dirilis CNBC Indonesia, Kamis 5 Agustus 2021 kemarin, Albert tak segan-segan menceritakan hal tersebut. 

"Pertama-tama hampir satu abad Chevron di Indonesia tentu kami ucapkan puji syukur kepada tuhan YME dan pada seluruh pihak yang berkepentingan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan juga pihak-pihak yang telah membantu kami di dalam menjalankan operasi kami di Indonesia," kata Albert.

Sekelumit tentang sejarah Chevron di Indonesia diawali dengan tibanya ahli geologi dari Standard Oil Company of California (Socal) pada tahun 1924, yang dilanjutnya dengan melakukan survei, jadi tim Socal selanjutnya bermitra dengan Texaco membentuk Caltex tahun 30-an.

Bersama-sama melakukan eksplorasi di daerah Sumatera Tengah yang sekarang di kenal Riau. Sukur alhamdulillah penemuan migas didapatkan di awal tahun 40-an yakni di Lapangan Sebanga, Duri, dan Minas. Upaya untuk mengeksplorasi dan memproduksi sempat terhenti karena adanya perang kemerdekaan dan akhirnya pada tahun 1953 lapangan Minas yang terbesar di Asia Tenggara berhasil diproduksikan.

Sejak itu Chevron yang dikenal sebagai Caltex Pacific Indonesia yang sekarang jadi Chevron Pacific Indonesia terus melakukan penambahan sumur-sumur produksi pencarian sumber cadangan baru dan mencapai produksi puncak di tahun '73 sebesar 1 juta barel per hari.

Dan hal ini tentu tidak lepas dari inovasi dan teknologi yang diterapkan oleh Chevron atau CPI. Salah satu teknologi yang diterapkan sejak tahun 1980-an adalah steam flood yang mana diterapkan di Duri Field bahkan Duri Field dikenal sebagai salah satu lapangan minyak yang diterapkan injeksi uap atau steam flood yang terbesar di dunia.

"Kita sangat bangga salah satu keberhasilan kita capai adalah alih teknologi dari ahli-ahli dari Amerika yang sekarang sudah dikuasai oleh karyawan-karyawan nasional dan Duri Field sendiri mencapai puncak produksinya pada tahun '90-an 300 ribu bph," sebutnya.

Dan syukur sekali Chevron masih bisa melanjutkan operasi yang selamat andal dan lancar.

Menurutnya, satu tujuan Chevron di dalam menjelajah dunia mencari sumber-sumber minyak dan gas tak lain adalah menciptakan kehidupan lebih baik bagi umat manusia. Kemajuan peradaban tak akan tercapai tanpa energi yang dapat diandalkan dan terjangkau, serta melalui cara-cara yang lebih bersih untuk mendapatkannya.

Jadi, memenuhi kebutuhan energi yang terus berkembang jelas menuntut inovasi yang terus menerus tujuan tersebut hanya bisa diraih jika ada kombinasi keunggulan sumber daya manusia dan teknologi.

"Sudah lama sekali Chevron ada di RI bahkan sejak Presiden Pertama RI Soekarno sampai Presiden sekarang. Tentu saja banyak penyesuaian yang dialami banyak ragam jenis kepemimpinan, bagaimana Chevron bisa bertahan dan melakukan penyesuaian, bahkan di tengah keberbedaan kepemimpinan-kepemimpinan tadi," terangnya. (*)

Tags : Bos Chevron Albert Simanjuntak, Masa Kejayaan Chevron, Keberadaan Chevron di Riau Hampir Seabad ,