Redaksi   2024/12/18 10:0 WIB
Kolom Opini

Menjadi 'Raja Kecil'  Tidak Semudah Membalikkan Telapak Tangan

MENJADI penguasa atau "raja kecil" seperti gubernur, bupati, atau wali kota di musim Pilkada Serentak 2024 ini tak semudah membalikkan telapak tangan.

Ambisi saja tak cukup jika tidak didukung faktor-faktor penunjang lainnya. Banyak hal harus dipersiapkan sebelum berperang di medan pertempuran, agar para kandidat tidak 'terbunuh' sia-sia oleh lawan politik.

Agar menang dalam pilkada, setiap kandidat perlu melakukan kajian dan analisis SWOT (strengths/kekuatan, weaknesses/kelemahan, opportunities/peluang, dan threats/ancaman).

Selain itu, Kandidat (Calon Kepala Daerah) harus bisa membentuk tim sukses yang solid dan mengakar hingga ke tingkat RT dan RW perlu diaplikasikan. Membina hubungan yang baik dengan penyelenggara pemilu baik KPU dan Bawaslu, langkah-langkah strategis yang tidak boleh diabaikan oleh para kandidat. Namun, muara dari semua itu terdapat tiga kunci utama yang harus dimiliki oleh setiap calon jika ingin menyandang predikat sebagai gubernur, bupati, atau wali kota.

Popularitas adalah fondasi awal bagi setiap calon yang ingin bertarung dalam Pilkada. Seorang calon yang terkenal, layaknya seorang artis papan atas, akan memiliki peluang besar untuk terpilih dibandingkan dengan orang yang tak populer.

Ada ungkapan yang mengatakan, tak kenal makanya tak sayang.

Pada Pilkada Serentak 2024 seorang kandidat dengan pengikut yang banyak memiliki peluang tinggi ketika mencalonkan diri sebagai kepala daerah.

Apalagi, mereka para kandidat memiliki modal banyak dan reputasi yang baik akan mudah menarik simpati rakyat dan popularitas mereka dibangun selama bertahun-tahun, bukan dalam waktu singkat.

Popularitas dapat dibangun melalui pemberitaan di media massa (televisi, online, cetak), terutama jika calon tersebut melakukan sesuatu yang sensasional atau viral.

Aktivitas semacam ini dapat menarik perhatian media, sehingga meningkatkan keterkenalan calon untuk diliput.

Selain itu pula, paslon itu aktif di berbagai platform media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, Twitter, dan YouTube juga penting. Konten yang menarik, informatif, dan edukatif dibuat calon akan membantu membangun citra positif.

Keterlibatan dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan, seperti bakti sosial, juga memberikan kesan positif dan menunjukkan komitmen terhadap kepentingan publik.

Kehadiran paslon itu secara langsung di tengah masyarakat memberikan dampak yang signifikan terhadap citra dan popularitas seorang calon.

Popularitas sendiri tidak dapat diraih secara instan, ia membutuhkan waktu proses yang panjang, dan biaya yang signifikan.

Jadi tidak mudah bagi calon untuk terkenal hanya bermodalkan pasang spanduk atau bermain di medsos. Tapi membutuhkan waktu yang lama.

Begitupun soal elektabilitas kandidat, berarti keterpilihan atau tingkat ketertarikan publik untuk memilih seorang calon kepala daerah.

Elektabilitas mengindikasikan seberapa besar kemungkinan seorang calon dipilih oleh masyarakat. Elektabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa calon tersebut diinginkan oleh mayoritas pemilih.

Belajar dari politisi yang telah terpilih dan membaca beragam literatur dalam upaya meningkatkan elektabilitas calon. Antara lain, membentuk citra yang baik, menunjukkan integritas dan komitmen terhadap masyarakat melalui tindakan nyata, itulah beberapa cara untuk meningkatkan elektabilitas.

Berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat, juga akan meningkatkan elektabilitas di mata pemilih.

Kampanye yang unik dan kreatif, juga bisa menyasar demografis yang tepat, dan pesan kampanye disampaikan sesuai kebutuhan masyarakat, akan meningkatkan keterpilihan calon.

Selain itu berkolaborasi dengan organisasi masyarakat untuk memahami dan memenuhi kebutuhan mereka pun, merupakan langkah penting dalam meningkatkan elektabilitas.

Membangun jejaring yang luas dan mengakar ke akar rumput sangat diperlukan. Ini mencakup hubungan dengan tokoh masyarakat, tokoh pemuda, generasi milenial, pemimpin daerah, dan organisasi masyarakat (ormas).

Ini menunjukkan hasil nyata dan rekam jejak yang baik dari tindakan-tindakan positif akan memperkuat elektabilitas calon juga.

Pemilih akan lebih percaya pada calon yang memberikan bukti nyata daripada yang hanya memberi janji. Jadi, kandidat harus merupakan orang orang pilihan yang telah teruji track record nya, memiliki integritas dan keikhlasan yang tinggi untuk membangun daerahnya.

Sebelum dan sesudah terpilih, mereka merupakan tokoh yang dirindukan masyarakat untuk perubahan dari segala sektor bukan menjadi raja yang dilayani tetapi mereka adalah pemimpin yang melayani masyarakat dan mampu membangun semua sektor dan membawa daerah mereka dari keterpurukan bahkan menjadi daerah yang maju.

Selain itu, mampu mengoptimalkan semua sumber daya alam untuk meningkatkan PAD, maka mereka layak jadi pemenang pemilu dengan kualitas dan dukungan murni masyarakat tanpa kecurangan dan money politik.

Guna mengukur elektabilitas, perlu dilakukan survei yang akurat oleh lembaga survei terpercaya. Menggunakan jasa lembaga survei yang kredibel dan independen penting untuk mendapatkan hasil yang objektif.

Hasil survei dapat digunakan untuk memahami kekuatan dan kelemahan calon di mata pemilih, sehingga memungkinkan calon untuk memperbaiki strategi kampanye sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pemilih.

Bagaimana isi tas atau dukungan finansial kandidat, sangat penting dan mutlak dimiliki para calon dalam setiap kontestasi politik.

Ongkos politik menjadi penguasa itu memerlukan dana yang besar untuk memenuhi berbagai keperluan operasional. Dana yang fantastis ini untuk memastikan kampanye dapat berjalan dengan mudah dan lancar.

Biaya kampanye biasanya digunakan untuk menutupi kebutuhan seperti biaya rapat umum, iklan di media massa, pembuatan alat peraga kampanye seperti brosur, baliho, dan spanduk.

Selain itu, operasional tim sukses juga memerlukan dana untuk membayar honorarium dan menyediakan logistik seperti makan, minum, dan transportasi.

Menggalang dana dari berbagai sumber, baik dari calon, partai politik, maupun dari donatur yang memiliki kepentingan, merupakan langkah penting.

Modal kampanye untuk calon bupati dan wali kota dapat mencapai Rp40-50 miliar, sedangkan untuk calon gubernur bisa mencapai ratusan miliar rupiah.

Angka yang fantastis ini menunjukkan betapa mahalnya untuk duduk di kursi kekuasaan. Kalau pun menang modal sebesar itu tak akan kembali jika hanya mengandalkan gaji dan tunjangan jabatan.

Mengelola ketiga kunci itu dengan baik adalah langkah awal menuju kemenangan dalam pilkada. Popularitas tanpa elektabilitas tidak akan cukup, begitu juga sebaliknya.

Dukungan finansial yang kuat akan memastikan bahwa strategi dan taktik dijalankan dengan optimal. Melalui perencanaan yang matang dan strategi yang jitu insya Allah, kemenangan dapat diraih.

Di dunia politik, jika seseorang memenangkan pertarungan, maka Ia akan dipuja bak seorang raja atau ratu. 

Namun, jika tumbang, maka Ia akan dihina dan dikucilkan dalam pergaulan. Itulah kejamnya dunia politik di zaman edan sekarang ini. Empati dan simpati tidak berlaku dalam kamus ini.

Kandidat harus memiliki mental baja adalah kunci utama jika Ia ingin bergelut di dunia politik yang penuh dengan drama dan tipu muslihat. (*)

Tags : kandidat, pemenang kandidat, pilkada 2024, pesan dan harapan kandidat menang, kemenangan tidak semudah membalikkan telapak tangan,