BISNIS - Hingga Februari 2020 ini, proses alih kelola Blok Rokan belum juga putus. PT. Pertamina mengaku masih melakukan perapihan data dan juga angka kewajiban investasi dan juga revenue dengan Chevron untuk mengelola Blok Rokan.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko (PIMR) Pertamina, Heru Setiawan menjelaskan saat ini proses transisi masih berlangsung. Namun, memang diakui oleh Heru bahwa Pertamina belum bisa langsung melakukan investasi khususnya untuk pengeboran dalam waktu dekat.
Masih dibahas di SKK. Tinggal sekarang bagaimana perjanjian harus dirapikan. Diskusi masih tetap sama Chevron, cuma sekarang bagaimana tahapannya, kewajiban kewajiban pembagian revenue harus dirapikan, kata Heru di Jakarta dirilis Republika.co.id, Senin (2/3).
Heru berharap sebenarnya Pertamina bisa mulai masuk untuk investasi menjaga produksi Blok Rokan pada tahun ini. Hal ini perlu dilakukan perusahaan untuk bisa menekan decline rate dari Blok Rokan. Pelajaran dari penurunan produksi Blok Mahakam tak ingin diulangi oleh Pertamina.
Kita usahain kita sudah mulai transisi sehingga level produksi terjaga, ujar Heru.
Kepala SKK Migas, Dwi Sutjipto menjelaskan investasi untuk pengeboran perlu dilakukan pada tahun ini agar tidak terjadi penurunan alami atau natural decline. Dwi menjelaskan untuk mengantisipasi decline rate SKK tengah menyiapkan beberapa skenario jika nantinya Pertamina tak dapat masuk di Blok Rokan untuk melakukan kegiatan investasi di Blok Rokan. Salah satunya yakni dengan mendesak agar Chevron mau berinvestasi sebelum kontrak berakhir di tahun depan.
Di antaranya yakni Chevron sendiri yang akan investasi. Sehingga di akhir project kita gimana mengompensasi unrecovered cost sisa yang belum terkelola. Kita sedang menunggu proposal dari Chevron, ujar Dwi saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (28/2).
Selain rencana untuk melakukan kegiatan pengeboran di tahun ini. Pertamina juga bakal menerapkan teknologi (Enhanced Oil Recovery/EOR) yang telah dikerjakan Chevron di Blok Rokan.
Chevron telah melakukan uji coba teknologi tersebut dengan menginjeksi bahan kimia ke sumur minyak di Lapangan Minas. Hasilnya, terdapat potensi produksi minyak hingga 100 ribu barel per hari.
Dengan asumsi tersebut, pada 2024, produksi Blok Rokan seharusnya bisa meningkat dan mencapai 500 ribu barel per hari sesuai dengan proposal Pertamina kepada pemerintah.
Berdasarkan data, Blok Rokan merupakan blok minyak terbesar di Indonesia. Blok migas seluas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan dengan tiga lapangan memiliki potensi minyak yang baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap.
Tags : -,