Daik Lingga   2020/03/13 15:08 WIB

Menyulap Limbah Sabut Kelapa Menjadi Rupiah

Menyulap Limbah Sabut Kelapa Menjadi Rupiah

 

BIASANYA buah kelapa diturunkan dan isinya diambil untuk dijual, atau penjual air kelapa muda yang telah menguras isinya untuk dijadikan minuman segar, tinggallah sabut kelapa yang menumpuk.

Namun beda yang dilakukan Ibu Sury (40), berkat kerja kerasnya seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Pasir Kuning, Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), sabut kelapa tua bisa dimanfaatkan untuk membantu menjadikan kerajinan tangan berupa alat penyapu (batang penyapu).

Sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Daik Lingga, buah kelapa begitu gampang dijumpai. Namun tidak banyak yang memanfaatkan buah dengan nama latin Cocos Nucifera itu hingga sabutnya menjadi pundi rupiah. Ibu Sury ditemui dikediamannya, Jumat (14/3/2020) mengaku pekerjaan kreatif itu belajar dari peninggalan almarhum orang tuanya.

Di tangan Ibu Sury, warga Desa Tanjung Harapan ini, sabut pohon seribu manfaat diolah menjadi sapu (pembersih lantai atau halaman), sehingga bernilai ekonomis, bahkan bisa menyerap tenaga kerja tempatan.

Pemanfaatan sabut kelapa tak lepas Sury risih melihat sampah sabut kelapa yang dibuang, hingga menyebabkan limbah sabut menjadi persoalan baru di desanya. Tidak dimanfaatkannya sabut-sabut kelapa itu menjadi ide dalam memanfaatkan sabut kelapa menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi.

Keinginanya tersebut ia wujudkan tidak lepas dengan mempelajari beberapa manfaat sabut kelapa. Dengan inovasi, kreativitas, dan motivasi, Ibu Sury akhirnya bisa mengolah sabut kelapa yang awalnya dianggap limbah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi. Sury mengumpulkan sabut kelapa dari petani, lalu memprosesnya menjadi sapu untuk memenuhi masyarakat lokal.

Proses pembuatannya dari bahan sabut kelapa yang sudah agak tua, di kupas kulitnya, isi sabut lebih dahulu di rendam dalam drum. Setelah tiga hari diangkat dan di jemur serta dikeringkan disatukan sabut sedikit pas ukuran lebar penyapu, diikat dengan kayu untuk tangkainya, kemudian dilakukan pengikatan dari tali rotan dan sapu dari sabut kelapa siap di pasarkan.

class=wp-image-20896

Ibu Sury mengaku, satu hari bisa membuat dan menyelesaikan lima batang penyapu, satu batang dihargai Rp.50.000 dan Ia jual sendiri dipasar-pasar terdekat, sedangkan bahan sabut mencari sendiri, dari pada dibuang atau dibakar lebih baik dimanfaatkan. Sementara kayu untuk membuat tangkai dibantu suami dan anaknya mengambil di hutan, rotan di beli satu ikat Rp.9.000 sampai Rp.10.000. Masih mendapat untung satu batang penyapu tersebut Rp.30.000.

Dia belum memiliki target untuk menolak hasil karyanya itu ke perusahaan-perusahaan dalam dan luar daerah. Dikatakan Sury, sabut kelapa bisa dijadikan sebagai bahan dasar untuk membuat berbagai produk turunan. Pada dasarnya sabut kelapa hanya dimanfaatkan sebagai bahan pembuat peralatan rumah tangga. Namun seiring perkambangan teknologi dan gaya hidup, pemanfaatan sabut kelapa semakin bervariasi, salah satunya bisa juga digunakan sebagai alat penyapu ini, ujarnya.

Laporan: Mislianto
Editor Syamsul Bahri

Tags : -,