JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG memprediksi musim kemarau berkepanjangan tak akan terjadi pada 2020. Hal ini berbeda dibandingkan tahun ini yang mengalami kemarau terjadi lebih panjang dua bulan dari waktu normal.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, musim kemarau panjang tak akan terjadi tahun depan lantaran fenomena El Nino diprediksi tak terjadi hingga Juni 2020. Indikasi munculnya fenomena perbedaan signifikan suhu muka air laut di sebelah timur Afrika dan barat daya Sumatera juga tak akan terjadi, sehingga suhu muka air laut di Indonesia pada 2020 menjadi normal. Artinya diprediksi tidak terjadi musim kemarau berkepanjangan, kata Dwikorita di kantor BNPB, Jakarta, pada media, Senin.
Menurut Dwikorita, curah hujan bulanan sepanjang 2020 akan sama dengan klimatologinya. Tak akan ada anomali terhadap curah hujan di Indonesia tahun depan. Ia menyebut, awal musim bahkan sudah mulai sejak akhir 2019. Pada 2020, curah hujan akan meningkat pada Januari hingga Maret 2020. Hujan akan meningkat secara bertahap, khususnya di Sumatera bagian selatan, Jawa, NTT, Kalimantan bagian tengah, Sulawesi, dan Papua. Puncaknya pada Februari Maret, kata Dwikorita.
Meski demikian, dia meminta agar masyarakat tetap waspada terhadap perbedaan cuaca di wilayah Aceh dan Riau. Musim kemarau tetap akan terjadi di kedua wilayah tersebut pada Februari hingga Maret 2020. Hal tersebut dapat menimbulkan kekeringan dan kebakaran lahan. Sementara di wilayah lainnya, musim kemarau baru akan terjadi pada April hingga Oktober 2020.
Untuk minimalkan dampak musim kemarau, maka diimbau semua pihak memaksimalkan kapasitas waduk, embung, dan kolam retensi untuk penyimpanan cadangan air. Bisa dilakukan pada puncak musim hujan pada Februari hingga Maret 2020, ucapnya. (*)
Tags : -,