Tiga provinsi (Kalimantan Barat, Bangka Belitung dan Riau) sebagai opsi dipilihnya lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT)
ementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM telah merampungkan kajian pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) yang bekerjasama dengan ThorCon International Pte, Ltd.
Kajian ini diharapkan secara ilmiah sudah memenuhi persyaratan, ini merupakan tahap awal, ungkap Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTEK), Sujatmiko dalam acara pemaparan laporan akhir kajian PLTT di Indonesia seperti disampaikan Dhita Ashari, Humas PT Thorcon dalam rilisnya.
Pihak P3TKEBTEK telah menyampaikan hal kajian pengembangan dan Implementasi PLTT di Indonesia diakui sudah berjalan selama 10 bulan. Berdasarkan hasil kajian, sambungnya seluruh regulasi yang dibutuhkan untuk melakukan pembangunan PLTN dari sisi bauran energi maupun perizinan keselamatan instalasi nuklir sudah memadai.
Ini berdasarkan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan UU No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 yang mengamanatkan penggunaan PLTN pada tahun 2025. Selain itu juga PP No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035.
Dalam PP Nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), dinyatakan bahwa untuk mengurangi emisi karbon dan guna memenuhi permintaan energi nasional yang mendesak maka energi nuklir dapat dimanfaatkan sebagai pasokan energi dengan kondisi harus dioperasikan pada tingkat keselamatan tinggi dengan harga terjangkau yang ditargetkan di bawah BPP Nasional US$ 0.077 per kWh.
Teknologi ThorCon TMSR500 memiliki tingkat keselamatan yang tinggi karena dapat beroperasi pada tekanan rendah, juga hemat biaya serta menghasilkan energi listrik yang bersih. Selanjutnya dari aspek finansial, ia menilai proyek pembangkit listrik TMSR500 merupakan proyek yang memenuhi kelayakan keekonomian. Dengan asumsi 2 x 500 MW pembangkit TMSR500 dimana beroperasi 24 jam selama 365 hari dalam satu tahun dengan faktor kapasitas 90% menunjukkan, bahwa proyek pembangkit listrik TMSR500 layak secara finansial dengan harga jual sebesar US$ 0.069 per kWh dibawah BPP nasional.
Tiga provinsi telah dipilih sebagai lokasi potensial pembangunan PLTT. Ketiga provinsi tersebut meliputi Kalimantan Barat, Bangka Belitung dan Riau, ia bilang wilayah ini dipilih lantaran besarnya kebutuhan listrik di wilayah tersebut untuk meningkatkan industri. Sejauh ini PLTT tipe TMSR500 dapat dianggap sebagai salah satu solusi pembangkit listrik bebas karbon yang layak dipertimbangkan untuk dibangun guna memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia pada periode 2026 - 2027.
Tahun 2021 akan Dibangun non-fission test bed platform
Thorcon International Pte.Ltd akan membangun non-fission test bed platform tahun depan. Pembangunan tersebut terkait proyek Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) Thorcon berkapasitas 500 megawatt (MW).
Jika tahun 2020 ini Perpresnya (Peraturan Presiden) terbit, maka tahun depan (2021) Thorcon akan mulai membangun non-fission test bed platform yang sangat mungkin dibangun oleh PT PAL Indonesia (Persero). Nilai pembangunan non-fission test bed platform sekitar Rp400 miliar, kata Bob S Effendi, Kepala Perwakilan Thorcon di Jakarta, melalui rilisnya.
Thorcon International merupakan Independent Power Producer (IPP) melakukan investasi sebesar US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 17 Triliun untuk membangun PLTT di Indonesia. Sesuai hasil kajian, Badan Layanan Umum Pusat Penelitan dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (BLU-P3TEK KEBTKE) Kementerian ESDM, seluruh regulasi yang dibutuhkan untuk melakukan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dari sisi bauran energi maupun perijinan keselamatan instalasi nuklir sudah memadai.
Thorcon International, perusahaan asal Amerika Serikat ini, telah mengidentifikasi beberapa tantangan dalam membangun Thorium Molten Salt Reactor 500MW (TMSR500) Power Plant atau reaktor desain pembangkit PLTT. Nantinya, PT PAL yang akan mengembangkan komponen TMSR500 Power Plant dan Test Bed Platform.
PLTT akan dibangun dengan menggunakan model desain struktur Kapal dengan panjang 174 meter dan lebar 66 meter, yang setara dengan tanker kelas Panamax ini rencananya akan di bangun oleh Daewoo Shipyard & Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan, yang merupakan galangan kapal nomor 2 terbesar di Dunia.
PLTT pertama di targetkan akan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 10%. Non-fission test bed platform adalah fasilitas uji coba tanpa fisi, jadi aman tidak ada radiasi, tandas Bob S. Effendi, Kepala Perwakilan Indonesia Thorcon International Pte Ltd.
Thorcon dan PLN Lakukan Studi Persiapan
Thorcon International dan PT PLN (Persero) akan melakukan studi persiapan implementasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berbasis thorium.
Studi tersebut akan membahas sejumlah aspek, khususnya mengenai studi tapak yang akan melibatkan stakeholders nuklir, dan juga skema bisnis yang akan dilakukan. Studi ini juga akan melakukan kajian apakah pembangkit listrik tenaga thorium (PLTT) selain bebas emisi juga dapat memberikan solusi yang ideal yang dapat mengurangi pengunaan batu bara yang selama ini dominan untuk digunakan sebagai bahan bakar pembangkitan.
Seperti disebutkan, Bob S. Effendi, memastikan pembangkit nuklir dapat menjadi salah satu solusi yang memiliki peluang untuk dapat menggantikan pembangkit batubara karena memiliki faktor kapasitas 90% jauh di atas PLTU.
Pembangkit nuklir juga dapat dibangun dimana saja, bahkan mendekati beban. Pembangkit nuklir juga memiliki biaya yang lebih murah daripada PLTU. Harapannya, berdasarkan hasil kajian tersebut akan membuktikan apakah PLTT dapat menjadi komponen penting dari transisi energi karena kunci keberhasilan dari transisi adalah menggantikan energi fosil dengan sumber energi bersih bebas karbon yang memiliki kemampuan dan biaya yang sama atau lebih murah, katanya seperti dikutip dalam rilis.
Menurutnya, pembangunan pembangkit nuklir juga dapat memperbaiki bauran energi serta dapat menurunkan cost PLN. Hal tersebut bisa berdampak pada penurunan tarif tenaga listrik. Apalagi, dunia saat ini juga telah berkomitmen untuk menurunkan emisi dengan mengurangi bauran PLTU pada 2030. Target mengurangi PLTU juga didukung berkurangnya cadangan batu bara. Maka, sudah waktunya direncanakan dan dipersiapkan sumber energi bersih yang dapat menggantikan peran batu bara, katanya.
Pembangkit rencananya akan dibangun oleh Daewoo Shipyard & Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan yang merupakan galangan kapal terbesar di dunia. DSME menyatakan sanggup membangun pembangkit tersebut dalam waktu 3 tahun. Sementara itu, reaktor pembangkit akan dipasok oleh Doosan, produsen alat berat asal Korea Selatan.
Dalam pembangunan pembangkit, Thorcon akan bekerja sama dengan PT Pal Indonesia (Persero). Kerja sama ini merupakan pengembangan bisnis PT Pal yang merupakan perusahaan industri galangan kapal. Nantinya, jika PLTN tersebut terwujud, PT Pal akan mendukung fabrikasi reaktor, sementara Thorcon sebagai pemilik lisensi dan investor.
Keseriusan pengembangan PLTN tersebut juga telah mendapatkan kesepakatan melanjutkan kerja sama dari Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi (P3Tek) Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (KEBTKE) Kementerian ESDM. (rls)
Tags : -,