Headline Kesehatan   2020/03/29 16:17 WIB

WHO Peringatkan Anak Muda Soal Virus Corona

WHO Peringatkan Anak Muda Soal Virus Corona

KESEHATAN - Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan anak-anak muda agar tidak merasa menjadi orang yang tidak akan terkena oleh virus corona atau kalaupun terkena akan baik-baik saja.

Dr Rosena Allin-Khan, anggota parlemen Inggris yang juga seorang dokter di unit gawat darurat, seperti dilansir BBC bahwa penyakit ini tidak terbatas pada orang tua dan mereka yang sudah punya penyakit sebelumnya.

Ia menyampaikan pernyataan ini hanya beberapa hari sebelum berita tentang pasien muda yang meninggal dunia karena virus corona di Inggris. Kematian ini diduga merupakan korban termuda akibat virus corona di Inggris Raya sejauh ini.

Dr Allin-Khan mengatakan ia telah merawat pasien berumur antara 30 hingga 40 tahun yang sebelumnya bugar dan sehat dan kini mereka berada di unit perawatan intensif, berjuang untuk bertahan hidup.

Apa risikonya pada berbagai usia?

Sejauh ini secara keseluruhan, orang yang lebih tua memang memiliki risiko lebih besar. Perkiraan terakhir dari Imperial College London, tingkat kematian hampir 10 kali lipat bagi orang berusia 80 tahun ke atas dan lebih rendah bagi yang berumur di bawah 40.

Dan bagi orang tua, ketika mereka dirawat di rumah sakit, lebih besar kemungkinan mereka membutuhkan unit perawatan intensif. Kurang dari 5% dari usia di bawah 50 tahun perlu dirawat di rumah sakit karena gejala penyakit ini, tetapi angka ini meningkat hingga 24% bagi yang berusia antara 70-79 tahun.

Serupa dengan itu hanya 5% orang di bawah 40 tahun yang harus dirawat di rumah sakit dan membutuhkan penanganan di ruang intensif, sementara untuk orang berumur 60-an, kemungkinan itu 27%, dan angkanya menjadi 43% bagi orang berumur 70-an.

Bagi orang berumur 80 tahun ke atas, kebutuhan untuk menjalani perawatan di rumah sakit meningkat hingga 71% menurut perkiraan kasus-kasus di China dan Italia, dua negara dengan kasus terburuk di dunia saat ini. Rata-rata usia orang yang harus adalah 63 tahun, menurut audit yang dikerjakan oleh satu lembaga swadaya masyarakat.

Virus tak sama dengan rumus matematika

Angka-angka ini adalah rata-rata, maka di dalamnya tetap ada orang-orang lebih muda yang, sayangnya, menderita parah, dan dalam beberapa kasus harus berakhir dengan kematian. Di Italia, 0,4% kasus yang menimpa orang usia 40-an, berakhir dengan kematian.

Bandingkan dengan 19,7% pada pasien berusia 80-an.

Sementara itu, di AS, diperkirakan 0,7% kasus yang menimpa orang berusia 40-an berakhir dengan kematian. Direktur lembaga yang mengkaji alergi dan penyakit menular di AS, Anthony Fauci, mengatakan jumlah keseluruhan kematian sangat condong ke orang tua dan mereka yang punya penyakit bawaan.

Namun ia menambahkan bahwa virus bukanlah rumus matematika.

Ada saja kasus orang muda yang juga mengalami gejala sakit parah, kata Fauci.

WHO mengatakan sekalipun bukti memperlihatkan orang berumur di atas 60 tahun berada dalam risiko tinggi, ada juga orang muda dan anak-anak juga meninggal dunia.

Ini menjadi bukti klinis bahwa anak-anak juga bisa terpapar Covid-19 secara, namun secara umum kondisi mereka tidak separah pasien dewasa.

Namun tetap saja, anak-anak, terutama bayi, rentan untuk terinfeksi.

Penyakit bawaan
Penyakit bawaan juga memainkan peran.

Misalnya, ada sekitar 4,3 juta orang dewasa di Inggris Raya yang mengidap asma, yang membuat mereka menjadi lebih rentan untuk sakit parah jika terinfeksi virus corona, dan ini menimpa orang segala usia.

Tahun 2013, terakhir kali Kantor Statistik Nasional Inggris menyelenggarakan survei gaya hidup, 21% dari orang berusia 25-44 tahun dilaporkan memiliki penyakit jangka panjang.

Beberapa mungkin punya penyakit bawaan yang mereka tidak sadari.

Hentikan penyebaran
Sementara orang muda lebih kecil kemungkinan sakit parah karena virus ini, tetapi mereka dengan mudah bisa menyebarkan virus ke orang lain.

Mereka bisa jadi tidak punya gejala, atau ringan saja dan tak sadar bahwa mereka sudah terinfeksi.

Dan virus corona lebih mudah tersebar ketimbang virus flu. Setiap orang yang terinfeksi seara rata-rata menyebarkannya kepada dua atau tiga orang, menurut perkiraan para ahli.

Lalu dua hingga tiga orang ini kemudian menyebarkannya kepada dua atau tiga orang lagi, dan begitu seterusnya. Ini berarti sejumlah kecil saja yang terinfeksi, dengan cepat bisa berubah menjadi ratusan atau ribuan.

Maka itulah perlunya jaga jarak untuk memutus rantai penyebaran.

Apa yang terjadi pada tubuh jika terinfeksi Covid-19?

Bagi sebagian besar orang, penyakit ini ringan, tetapi sejumlah orang yang terinfeksi meninggal dunia. Jadi, bagaimana virus menyerang tubuh, mengapa beberapa orang bisa meninggal dunia, dan bagaimana cara perawatannya?

Masa inkubasi
Ini adalah saat virus memantapkan dirinya.

Virus ini bekerja dengan masuk ke dalam sel-sel tubuh Anda dan kemudian membajaknya.

Virus corona, yang secara resmi disebut Sars-CoV-2, dapat menyerang tubuh Anda ketika Anda menghirupnya (setelah seseorang batuk di dekat Anda) atau ketika Anda menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus dan kemudian mengusap wajah Anda.

Pertama, virus menginfeksi sel-sel yang melapisi tenggorokan, saluran udara, dan paru-paru Anda, lalu mengubahnya menjadi pabrik virus corona yang memuntahkan sejumlah besar virus baru dan terus menginfeksi lebih banyak sel.

Pada tahap awal ini, Anda tidak akan sakit dan beberapa orang mungkin tidak pernah mengalami gejala.

Masa inkubasiwaktu antara infeksi dan gejala pertama munculsangat bervariasi. Tetapi rata-rata lima hari.

Penyakit ringan
Ini yang akan dialami kebanyakan orang.

Covid-19 adalah infeksi ringan untuk delapan dari 10 orang yang terpapar. Gejala utamanya adalah demam dan batuk.

Nyeri tubuh, sakit tenggorokan, dan sakit kepala semuanya mungkin terjadi, tetapi tidak selalu.

Demam, dan umumnya merasa tak enak badan, adalah kondisi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh Anda merespons infeksi.

Tubuh Anda telah mengenali virus itu sebagai penyerang yang tidak bersahabat dan memberi isyarat ke seluruh tubuh bahwa ada sesuatu yang salah dengan melepaskan bahan kimia yang disebut sitokin.

Bahan kimia ini menggalang sistem kekebalan tubuh, tetapi juga menyebabkan tubuh nyeri, sakit, dan demam.

Batuk akibat virus corona, pada mulanya adalah batuk yang kering dan ini mungkin disebabkan oleh iritasi sel ketika sel itu terinfeksi oleh virus.

Beberapa orang akhirnya akan mulai batuk berdahak - lendir tebal yang mengandung sel-sel paru-paru mati, yang terbunuh oleh virus.

Gejala-gejala ini diobati dengan beristirahat, mengonsumsi banyak cairan dan parasetamol. Anda tidak akan memerlukan perawatan di rumah sakit.

Tahap ini berlangsung sekitar satu minggu - kebanyakan orang pulih pada titik ini karena sistem kekebalan tubuh telah memerangi virus.

Namun, beberapa akan menderita penyakit yang lebih serius.

Ini adalah informasi terbaik yang kita pahami saat ini mengenai tahap ini.

Namun, ada penelitian yang menunjukkan penyakit ini dapat menyebabkan lebih banyak gejala, seperti pilek.

Penyakit parah
Jika penyakit ini berkembang, itu terjadi karena sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap virus.

Sinyal-sinyal kimiawi itu tersebar ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan peradangan. Tetapi keadaan ini perlu diseimbangkan.

Terlalu banyak peradangan dapat menyebabkan kerusakan di seluruh tubuh.

Virus ini memicu ketidakseimbangan dalam respon kekebalan tubuh, ada terlalu banyak peradangan. Bagaimana virus itu melakukan ini, kami tidak tahu, kata Dr Nathalie MacDermott, dari King's College London.

Peradangan paru-paru disebut pneumonia.

Jika Anda mencermati alur pernapasan, di paru-paru terdapat kantong-kantong udara berukuran kecil.

Di sinilah oksigen bergerak ke dalam darah dan karbon dioksida bergerak keluar.

Tetapi dalam kasus pneumonia, kantung-kantung kecil mulai terisi dengan air dan pada akhirnya dapat menyebabkan kesulitan bernapas.

Beberapa orang membutuhkan ventilator untuk membantu mereka bernafas.

Tahap ini diperkirakan terjadi pada sekitar 14% orang, berdasarkan data dari China.

Penyakit kritis
Diperkirakan sekitar 6% pasien dari kasus-kasus virus corona, menjadi sakit kritis.

Pada titik ini tubuh mulai gagal dan ada peluang nyata kematian.

Masalahnya adalah sistem kekebalan tubuh sekarang di luar kendali dan menyebabkan kerusakan di seluruh tubuh.

Ini dapat menyebabkan syok septik, keadaan di mana tekanan darah turun ke tingkat rendah yang berbahaya dan organ-organ berhenti bekerja atau dengan kata lain gagal total.

Sindrom gangguan pernapasan akut yang disebabkan oleh peradangan di paru-paru, membuat tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup, yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.

Ini dapat menghentikan fungsi ginjal yang bekerja untuk membersihkan darah. Keadaan itu juga bisa merusak lapisan usus Anda.

Virus ini membuat tingkat peradangan yang sangat tinggi sehingga Anda meninggal itu terjadi karena kegagalan multi-organ, kata Dr. Bharat Pankhania.

Dan jika sistem kekebalan tidak bisa mencapai puncak virus, maka pada akhirnya dia akan menyebar ke setiap sudut tubuh di mana ia dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan.

Perawatan pada tahap ini akan melibatkan banyak alat kesehatan, dan dapat mencakup Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO) untuk membantu pernapasan.

Pada dasarnya ECMO adalah paru-paru buatan yang mengeluarkan darah dari tubuh melalui tabung tebal, mengoksigenasi dan memompanya kembali.

Tetapi pada akhirnya kerusakan dapat mencapai tingkat fatal di mana organ tidak lagi dapat menjaga tubuh tetap hidup.

Kematian pertama
Dokter telah menggambarkan bagaimana beberapa pasien meninggal meskipun para dokter sudah berusaha keras menyelamatkan mereka.

Dua pasien pertama yang meninggal di Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan, Cina, yang dirinci dalam jurnal Lancet Medical, tampaknya sehat, meskipun mereka perokok jangka panjang, dan itu mungkin melemahkan paru-paru mereka.

Yang pertama, seorang pria berusia 61 tahun, menderita pneumonia berat pada saat dia tiba di rumah sakit.

Dia menderita kesulitan pernapasan akut, dan meskipun memakai ventilator, paru-parunya gagal dan jantungnya berhenti berdetak.

Dia meninggal 11 hari setelah dia dirawat.

Pasien kedua, seorang pria berusia 69 tahun, juga menderita sindrom gangguan pernapasan akut.

Dia sudah dirawat dengan mesin ECMO tetapi upaya itu tidak cukup.

Dia meninggal karena pneumonia parah dan syok septik ketika tekanan darahnya 'kolaps'. (*)

Tags : -,