PEKANBARU, RIAUPAGI.com - Laki-laki muda cenderung lebih berpotensi melanggar ketentuan Pembatasan sosial berskala Besar (PSBB) selama pandemi Covid-19. Drs Lelo Ali Ritonga melihat masih banyak anak muda berkumpul dikermaian yang semuanya berusia antara 13 sampai 24 tahun.
Para anak muda ditanya mengaku bertemu dengan kawan atau anggota keluarga yang tidak tinggal satu atap dengan mereka selama karantina wilayah. Sementara anak muda perempuan pada usia yang sama mengaku hal serupa, sebutnya dikontak ponselnya Minggu.
Kata Lelo lagi, kebijakan pembatasan sosial semestinya menargetkan orang-orang muda. Ketidakpatuhan 'berkaitan dengan kecemasan'. Banyak orang tua mengaku merasa lebih cemas selama PSBB diberlakukan, terutama jika orang tua mereka adalah pekerja esensial yang masih beraktivitas.
Mereka yang merasa depresi lebih mungkin mengabaikan aturan PSBB dengan bertemu kawan atau meninggalkan rumah untuk alasan yang tidak penting.
Sementara itu, orang-orang yang cemas lebih cenderung menjalankan aturan jaga jarak sosial serta mencuci tangan secara rutin.
Menurutnya, kesehatan mental bukanlah pembenar untuk tidak menjalankan peraturan. Namun kondisi psikologi itu dapat membantu kita memahami alasan sejumlah orang sulit mematuhi ketentuan. Semakin depresi seseorang, maka mereka semakin tidak patuh dan tidak termotivasi, kata dia.
Lelo juga mengkhawatirkan tentang ketidak patuhan warga di wilayah perbatasan. Selain mereka tidak patuh dengan anjuran diharuskan lebih sering mencuci tangan dan perlu berupaya mematuhi peraturan, hal itu bagi mereka bukan sesuatu yang mudah, disini tim gugus tugas harus lebih jeli dan peraturan tidak longgar, tuturnya.
Lelo jika berharap, penting kiranya untuk memahami kondisi psikologis orang-orang muda selama pandemi Covid-19 sehingga ada pertolongan yang segera bisa diberikan kepada mereka.
Laki-laki muda 'mengambil lebih banyak risiko'
Tapi menurut H Darmawi Aris SE dari Lembaga Melayu Riau (LMR) berpendapat jika menemukan laki-laki berusia 19-24 tahun yang sedang melakukan bertemu kawan-kawan mereka selama PSBB sebaik ditindak oleh kepolisian, baik berupa teguran verbal, denda, maupun ditahan.
Karena mereka merasa tidak berpeluang terpapar Covid-19 atau menyebarkannya kepada orang lain. Mereka cenderung menganggap anjuran pemerintah tidak penting. Jika ini benar bahwa laki-laki secara umum mengambil lebih banyak risiko sebagai upaya menonjolkan diri.
Sebarapa banyak sudah dipublikasi setelah Kepolisian menerbitkan data bahwa orang orang yang didenda akibat melanggar PSBB pada berusia 18-24, tanya dia.
Darmawi mengakui secara umum dan mayoritas dari seluruh kategori usia tidak mengikuti anjuran kebersihan diri seperti mencuci tangan secara rutin. Meski begitu, mereka berkata akan menjalankan anjuran itu dalam pekan-pekan ke depan.
Dia meminta pemerintah mesti berbuat lebih untuk menjelaskan dasar anjuran jaga jarak antar orang. Tujuannya, agar orang-orang muda memahami kebijakan yang diberlakukan selama pandemi ini. Pihak Kesehatan di Riau pun saat ini menyoroti kampanye yang dijalankan pemerintah tentang keharusan setiap orang tinggal di rumah dan dorongan agar pejabat tinggi pemerintah selalu menyampaikannya pada jumpa pers harian.
Warga diminta patuhi imbauan
Sementara melihat banyak mereka yang belum memetahui aturan baik PSBBB, Juru Bicara (Jubir) penanganan Covid-19 Riau, dr Indra Yovi menyatakan Riau bisa dikatakan aman jika dalam tiga minggu berturut-turut tidak ada terjadi penambahan kasus positif Covid-19.
Kita memahami betul kejenuhan yang dirasakan oleh seluruh masyarakat, khususnya masyarakat Riau sekarang. Pasalnya pandemi corona ini sudah berlangsung dari Bulan Maret sampai dengan sekarang. Dan kehidupan kita langsung berubah drastis, ditambah lagi dengan diterapkannya PSBB di Pekanbaru, ungkap dr Indra Yovi, Jumat (8/5/2020).
Tetapi kejenuhan di masyarakat tersebut, lanjut Indra, tidak dapat menyelesaikan masalah Covid-19, apalagi dengan menganggap enteng wabah ini. Kita lihat sendiri, di setiap harinya angka kasus positif di Riau ada penambahan. Kita (Riau) baru bisa dikatakan aman, jika dalam tiga minggu berturut-turut tidak ada penambahan kasus, jelasnya.
Dan kalau masih ada penambahan kasus di tiap harinya, pesannya, jangan pernah berfikir keadaan kita aman dan baik-baik saja. Karena covid-19 bisa mengenai siapa saja, apalagi orang-orang yang tidak menerapkan social distancing, cuci tangan rutin dan tidak memakai masker, sebutnya.
Yovi mengharapkan seluruh masyarakat Riau untuk dapat mematuhi imbauan pemerintah. Kalau mau corona ini cepat hilang, maka patuh, dan kalau tidak, saya tidak tahu corona ini sampai kapan akan berlangsung, ujarnya tegas.
Sejak Jumat, 8 Mei 2020 di Provinsi Riau terdapat penambahan 3 kasus positif Covid-19 (virus corona), kata dr Indra Yovi. Dengan tambahan 3 positif itu, maka total positif covid-19 di Riau berjumlah 69 orang. Dengan rincian 35 dirawat di rumah sakit, 28 sehat dan sudah dipulangkan, dan 6 meninggal dunia.
Pasien 67 positif Covid-19 di Riau adalah Tuan AS (56) yang merupakan warga Kabupaten Indragiri Hulu dan saat ini sudah diisolasi dan dirawat di Kabupaten Indragiri Hulu. Sementara untuk PDP yang masih dirawat berjumlah 183 pasien, PDP negatif covid-19 dan dipulangkan berjumlah 562 orang, dan PDP meninggal dunia berjumlah 95 orang. ODP dalam pemantauan berjumlah 7.605 orang, ODP sudah selesai pemantauan berjumlah 49.093 orang, jelasnya. (surya dharma panjaitan)
Tags : -,