Linkungan   2024/07/19 16:0 WIB

18 Tahun Jadi Aktivis Lingkungan, Marganda Simamora Beritahu Cara Konservasi Mangrove

18 Tahun Jadi Aktivis Lingkungan, Marganda Simamora Beritahu Cara Konservasi Mangrove
Ir Marganda Simamora SH M.Si, Ketua Yayasan Sahabat Alam Rimba [Salamba]

LINGKUNGAN - Aktivis Sahabat Alam Rimba [Salamba], Ir Marganda Simamora SH M.Si sudah 18 tahun terakhir berkecimpung di lingkungan hidup ini minta Pemerintah jangan cuma fokus rehabilitasi mangrove.

Ia memberitahu soal konservasi mangrove yang dalam istilah sekarang blue carbon atau karbon biru mungkin masih jarang didengar.

Tapi di kalangan aktivis lingkungan, ekosistem blue carbon merupakan hal yang cukup jadi perhatian.

Menurutnya, karbon biru merupakan istilah untuk karbon yang ditangkap oleh ekosistem laut dan pesisir pantai.

Seperti diketahui, aktivitas manusia banyak menghasilkan karbon dioksida yang menimbulkan dampak buruk pada lingkungan serta bisa memicu perubahan iklim dunia.

Nah, di pesisir pantai inilah tersedia cara alami untuk mengurangi dampak gas rumah kaca terhadap atmosfer melalui penyerapan karbon tersebut.

Oleh karena itu, ekosistem blue carbon di pesisir pantai memegang peranan penting dalam mitigasi dinamika perubahan iklim.

Yayasan Sahabat Alam Rimba [Salamba] gencarkan tanaman kehidupan 

Informasinya, blue carbon ini berpotensi mengurangi emisi penyebab perubahan iklim dengan memanfaatkan kawasan pesisir, mangrove, lahan basah dan padang lamun atau seagrass. 

Terlepas dari manfaatnya yang besar, menurut Ganda Mora [nama sapaan kesehariannya] menyayangkan ekosistem karbon biru pesisir merupakan salah satu yang paling terancam di muka bumi, dengan perkiraan kerusakan sebesar 340.000 hingga 980.000 hektar setiap tahunnya.

"Tidak sedikit aktivis lingkungan yang berusaha menjaga kelestarian ekosistem blue carbon ini."

"Ketika terdegradasi atau hilang, ekosistem ini dapat menjadi sumber gas rumah kaca karbon dioksida yang signifikan," kata dia menyikapi.

Ganda Mora yang kini sedang menyusun tesis doktoral bidang lingkungan hidup ini menjadi aktivis lingkungan sudah 18 tahun terakhir.

Di tahun 2015, Ia mendirikan Yayasan Sahabat Alam Rimba [Salamba], sebuah organisasi non-pemerintah yang fokus pada isu lingkungan, khususnya laut dan hutan.

Program-program yang digagas oleh organisasi ini antara lain adalah aksi bersih-bersih pantai, mengurangi penggunaan sedotan plastik, hingga konservasi hutan dan mangrove.

Berdasarkan pantauan para media lokal dan nasional, sang aktivis ini memang cukup sering membagikan keterlibatannya dalam pelestarian lingkungan.

Salah satunya konservasi hutan mangrove yang merupakan unsur penting dalam ekosistem blue carbon.

Mangrove diyakininya, sebagai tanaman yang mampu mengikat dan melepas emisi karbon.

"Bahkan pengurangan emisi karbon menggunakan ekosistem perairan seperti hutan mangrove diyakini lebih kuat dari potensi yang ada di daratan," sebutnya.

Menurutnya, tujuan program ini guna memberi edukasi soal nilai dan manfaat mangrove merupakan solusi konservasi dan rehabilitasi mangrove di masa depan.

Program ini juga diharapkan bisa meningkatkan kesadaran tentang pentingnya ekosistem mangrove di wilayah pesisir.

Wah, gak cuma ganteng ternyata ganda Maora ini juga menjadi sosok inspiratif sebagai aktivis lingkungan!

Tetapi aktivis ini minta Pemerintah jangan cuma fokus rehabilitasi Mangrove.

"Jangan hanya fokus rehabilitasi, pemerintah juga perlu memperhatikan ancaman perusakan Mangrove yang tersebar di wilayah Riau," sebutnya.

Rehabilitasi hutan mangrove di Provinsi Riau, Ganda menjelaskan, secara keseluruhan, area terabrasi di Riau mencapai 618 hektar, lahan terbuka mencapai 5.795 hektar, dan tambak mencapai 827 hektar.

"Kawasan inilah yang berpotensi menjadi habitat mangrove dan perlu dikonservasi sesegera mungkin," ujarnya.

Keberadaan hutan mangrove di Riau menurutnya, sudah menjadi perhatian di seluruh penjuru dunia.

Oleh sebab itu, katanya lagi, ke depan perlu adanya strategi untuk perlindungan untuk memperbaiki dan tetap memberikan ruang pemanfaatan sesuai dengan aturan yang ada.

“Setelah mengikuti zoom, kita mengumpulkan laporan dari teman-teman yang melaksanakan kunjungan lapangan untuk identifikasi masalah mangrove yang di Provinsi Riau,” kata Ganda.

Adapun strategi pencapaian rehabilitasi mangrove meliputi penguatan Kelompok Kerja Mangrove Nasional dan Daerah, mengusulkan program ABT/PEN mangrove, dan menggunakan program loan dari world bank.

Output yang dihasilkan berupa peningkatan ketahanan pesisir melalui program rehabilitasi mangrove dan pemberdayaan masyarakat serta pemanfaatan karbon dari mangrove.

Penanaman dan pdemeliharaan tumbuhan Mangrove.

Ganda menambahkan sudah sering memberikan masukan dan saran telah dirampungkan yang kemudian akan disempurnakan dalam waktu dekat sebelum dilaporkan juga kepada Penjagub khususnya pejabat di Riau.

“Di Riau pada umumnya kita ketahui bahwa mangrove disana yang paling luas, dan permasalahannya juga yang paling kompleks. Untuk itu dalam rangka penanganan kedepan kita butuh koordinasi dan kolaborasi,” katra Ganda.

Saran aktivis lingkungan

Sementara itu, Yayasan Sahabat Alam Rimba [Salamba] salah satu Aktivis Lingkungan ini meminta pemerintah tidak hanya fokus rehabilitasi.

Akan tetapi juga memperhatikan ancaman perusakan Mangrove yang tersebar di wilayah Riau.

Seperti yang ada di dalam hutan lindung, hutan marga satwa di daerah-daerah, di lokasi itu sempat juga ditemukan pohon mangrove tinggi yang sudah mati karena alat berat, sementara yang lainnya telah menjadi tambak ikan.

Diperkirakan luasannya mencapai puluhan ribu hektare.

"Seperti di Pulau Barkey dan Sinaboi Kabupaten Rokan Hilir [Rohil] yang ditumbuhi Mangrove tidak hanya di pantai saja. Akan tetapi ada juga di wilayah lain," kata dia.

"Yang jadi persoalan saat ini, tidak ada pengawasan khusus yang dilakukan pemerintah daerah. Semua hanya fokus pada rehabilitasi," dalam amatannya.

Harusnya, kata Ganda, pemerintah membentuk kelompok masyarakat untuk mengawasi mangrove. Agar rehabilitasi berjalan dengan baik, hutan mangrove yang saat ini ada juga ikut terjaga.

Ketua Yayasan Sahabat Alam Rimba [Salamba], Ir Marganda Simamora SH M.Si

Selain itu, pemerintah juga diminta membuat atau memasang buffer zone atau zona pembatas wilayah Konservasi mangrov di Riau.

Bisa saja, ada oknum yang tidak mengetahui lokasi tersebut merupakan wilayah konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove.

"Jadi selain kita memberikan pendapatan kepada masyarakat, hutan mangrove juga terjaga dengan baik. Kalau kerjanya hanya rehabilitasi, kita tidak tahu hari ini ada yang merusak," ia menandaskan. (*)

Tags : mangrove, konservasi, aktivis lingkungan, ganda mora, blue carbon, ganda mora 18 tahun Jadi aktivis lingkungan, Ganda Mora beritahu Cara Konservasi Mangrove, lingkungan Alam,