Headline Sosial   2020/07/17 20:36 WIB

Virus Corona: Dunia Terancam Bencana Kelaparan, kata PBB

Virus Corona: Dunia Terancam Bencana Kelaparan, kata PBB

PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) memohon dana sebesar US$10,3 miliar atau setara dengan Rp152 triliun kepada khalayak dunia untuk melawan pandemi Covid-19 dan dampaknya.

Uang itu, yang merupakan penggalangan dana terbesar PBB, akan dipakai untuk membantu masyarakat berpendapatan rendah serta negara-negara rentan. PBB mengatakan hingga sebanyak 265 juta orang terancam kelaparan pada akhir tahun ini karena dampak pandemi virus corona.

Jika gagal bertindak, PBB mewanti-wanti bahwa dampak pandemi bisa merusak pembangunan selama berpuluh tahun. PBB awalnya meminta sumbangan sebesar US$2 miliar (Rp30 triliun) saat pandemi mulai merebak pada Maret lalu.

Namun, jumlah itu kemudian direvisi. PBB mengatakan negara-negara kaya telah membuang aturan keuangan untuk melindungi ekonomi mereka sendiri dan kini harus melakukan hal serupa untuk negara-negara miskin.

Seperti dilansir BBC News Imogen Foulkes, dari Jenewa, pandemi berdampak besar bagi kaum miskin dunia. Apabila negara-negara kaya tidak bergerak, menurut PBB, dunia akan menghadapi serangkaian krisis. Jutaan pekerja migran di-PHK sehingga tidak bisa mengirim uang ke kampung halaman mereka, program vaksinasi anak tertunda, dan negara-negara yang dilanda konflik selama beberapa tahun terakhir tidak mampu menghadapi pandemi.

Di Yaman, seperempat dari seluruh kasus terkonfirmasi telah meninggal dunia. Persentase ini lima kali lebih tinggi dari rata-rata dunia. Seruan PBB mengemuka seiring dengan kampanye Komite Darurat Bencana di Inggris untuk membantu masyarakat yang paling terdampak pandemi.

Sebanyak 14 lembaga amal, termasuk Oxfam, Christian Aid, Islamic Relief, dan Palang Merah Inggris akan bergabung dalam upaya meminta publik Inggris untuk menyumbang. Saat ini ada sebanyak lebih dari 13 juta kasus Covid-1 di seluruh dunia dan hampir 600.000 orang meninggal dunia.

Dampak akibat pandemi covid-19

Dunia terancam dilanda bencana kelaparan berskala besar seperti kisah Alkitab akibat pandemi virus corona, sebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

David Beasley, kepala World Food Programme (WFP), menegaskan aksi cepat diperlukan untuk menghindari bencana tersebut. Sebuah laporan mengestimasi bahwa jumlah orang yang menderita akibat kelaparan bisa melonjak dari 135 juta jiwa menjadi 250 juta jiwa. Orang-orang yang paling terpapar risiko kelaparan berada di 10 negara yang tengah mengalami konflik, krisis ekonomi, dan perubahan iklim, sebut WFP.

Pemaparan WFP yang tercantum dalam Laporan Krisis Makanan Dunia menyoroti Yaman, Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Venezuela, Ethiopia, Sudan Selatan, Sudan, Suriah, Nigeria, dan Haiti.

Di Sudan Selatan, seperti dijabarkan laporan tahunan tersebut, sebanyak 61% penduduknya terdampak krisis makanan tahun lalu. Bahkan, sebelum wabah virus corona berlangsung, sebagian wilayah Afrika Timur dan Asia Selatan telah mengalami kekurangan makanan yang parah akibat kekeringan dan wabah serangga terparah sejak berpuluh tahun terakhir.

Berbicara di depan para delegasi Dewan Keamanan PBB dalam konferensi melalui tayangan video, Beasley mengatakan dunia harus bertindak bijak dan cepat beraksi.

Kita dapat menghadapi sejumlah bencana kelaparan dalam skala seperti kisah Alkitab dalam beberapa bulan mendatang. Kenyataannya, waktu tidak berpihak pada kita.

Ditambahkannya, Saya percaya bahwa dengan keahlian kita dan kemitraan kita, kita dapat mengumpulkan tim dan program yang diperlukan guna memastikan pandemi Covid-19 tidak menjadi bencana kemanusiaan dan krisis makanan.

Ekonom senior WFP, Arif Husain, mengatakan dampak pandemi terhadap ekonomi berpotensi menimbulkan bencana untuk jutaan jiwa yang sudah berada di ujung tanduk.

Ini adalah pukulan godam bagi jutaan jiwa yang hanya bisa makan jika memperoleh upah, sebut Husain dalam pernyataan.

Lockdown dan resesi ekonomi dunia sudah menghancurkan simpanan mereka. Hanya perlu satu ledakan lagiseperti Covid-19untuk mendorong mereka hingga jatuh. Sekarang kita harus bertindak secara kolektif untuk memitigasi dampak bencana dunia ini.

Awal bulan ini, WFP mengatakan mengurangi bantuan hingga setengah ke sejumlah kawasan Yaman yang dikendalikan pemberontak Houthi akibat krisis pendanaan. Lembaga PBB itu mengaku penyumbang telah menghentikan sumbangan mereka karena khawatir pengantaran bantuan akan dihalangi pemberontak Houthi.

Setiap bulan WFP memberi makanan kepada 12 juta warga Yaman, 80% di antara mereka berada di kawasan yang dikendalikan pasukan Houthi. Yaman mengonfirmasi kasus Covid-19 pertamanya awal bulan ini. Sejumlah lembaga bantuan mewanti-wanti penyakit itu dapat dengan cepat membuat sistem kesehatan negara itu kewalahan. (*)

Tags : -,