"Komunitas petani yang terdiri dari 50 orang yang tinggal bersama di bawah satu atap mengatakan cara hidup mereka telah membuktikan diri apa yang dapat mereka lakukan selama pandemi Covid-19"
elompok itu semula dibentuk tahun 1974 dan menempati sebuah rumah besar di East Bergholt, Suffolk, Inggris timur di area seluas 28 hektar. Seorang anggota komunitas David Hodgson mengatakan tinggal bersama dan berbagi keterampilan selama pandemi merupakan "berkah". "Dalam kelompok kami ada sejumlah orang dengan berbagai keterampilan luar biasa yang bermanfaat bagi kami semua," kata pria berusia 71 tahun itu.
Komunitas petani itu, menurut David Hodgs, berhasil melindungi diri dari penularan virus corona dengan bekerja sama dan bersikap "hati-hati dan waspada". Sejumlah anggota komunitas tergolong kelompok rentan, termasuk seorang warga berusia 99 tahun. Mereka memutuskan untuk menerapkan pembatasan sosial sejak awal Maret, sebelum Inggris memberlakukan karantina nasional pada bulan yang sama, dan telah menggelar pertemuan rutin untuk menentukan cara terbaik melindungi diri.
Di antara langkah yang diputuskan ialah menghentikan sementara kegiatan bernyanyi, yoga, dan kelompok filosofi yang biasanya terbuka untuk umum. Selain itu, mereka menerapkan jadwal piket bersih-bersih. Protokol menjaga jarak relatif mudah diterapkan karena tempatnya luas dan mereka praktis hidup secara swasembada yang memang cocok diterapkan di masa karantina, kata Hodgs seperti dirilis BBC News.
David mengatakan bahwa selama pandemi terdapat kenaikan peminat hingga 300% untuk menjadi anggota komunitas. Untuk menjadi anggota dan menetap di sana, mereka dapat membeli saham dan membayar iuran tahunan. Sebagian besar dari mereka juga mempunyai pekerjaan lain di luar lingkungan tempat tinggalnya. Namun mereka harus meluangkan waktu sekitar 15 jam per minggu untuk bekerja di lingkungan komunitas, termasuk rumah dan tanahnya. Mereka beternak kambing dan babi, menanam buah, sayur, serta gandum untuk roti. Susu dan mentega dibuat dari beternak sapi.
Komunitas menghasilkan listrik secara mandiri
Saat karantina pertama pada Maret hingga Juli lalu, para anggota membuat masker dan membuka toko. Mereka juga melakukan sesi meditasi dan makan bersama serta melakukan aktivitas lain sambil menjaga jarak. "Bila kami perlu sesuatu dari toko atau dari apotek di desa, permintaan itu kami sampaikan di media sosial dan seseorang dari komunitas kami akan menindaklanjuti," kata David dalam blog tentang kehidupannya selama karantina periode pertama.
Komunitas ini mengatakan mereka tetap mengetatkan peraturan walaupun secara nasional Inggris melonggarkan karantina pada liburan musim panas lalu. David mengatakan, "Kami secara hati-hati menerima sejumlah orang yang berpotensi menjadi anggota dengan berkunjung ke komunitas kami ini. Kami juga menerima sejumlah rekan dan anggota keluarga antara waktu karantina satu dan dua."
Inggris kembali menerapkan karantina ketat pada November sampai awal Desember dan kembali menerapkan pengetatan di sebagian besar daerah mulai 16 Desember lalu. "Untuk melakukan permintaan ini, kami siapkan satu tempat di bawah pohon-pohon, kami bangun toilet serta dapur sementara," kata David.
"Kami batasi masa tinggal ini hanya tiga hari. Dengan langkah ini, kami tetap dapat bertemu dengan anggota keluarga dan tidak membiarkan mereka masuk ke gedung utama."
Gedung yang dibangun pada abad ke-16 itu, memiliki lebih dari 100 kamar. Gedung ini dulu digunakan sebagai biara dan juga barak militer sebelum dibeli pada 1974 oleh 14 keluarga yang membentuk komunitas ini. David dulu bekerja sebagai arsitek sebelum pindah ke komunitas ini pada 1989. Ia mengajak dua anaknya dan bekerja di daerah sekitar sebagai dosen selama tiga kali seminggu.
Namun ia pensiun dini dan menghabiskan waktunya mengurus kebun sayur dan tanaman. Ia mengatakan para anggota menikmati jamuan Natal dengan tetap jaga jarak. David mengatakan mereka tetap berjaga-jaga pada masa liburan Natal dan tahun baru ini dan terus melindungi satu sama lain. (*)
Tags : 50 Orang Tinggal Satu Rumah, Berhasil Lindungi Diri, Tak Tertular Virus Corona,