LINGKUNGAN - Aktivis Sahabat Alam Rimba [Salamba] memperkirakan lebih dari 7 juta orang di Riau berada di wilayah waspada panas ekstrem pada sebulan terakhir, ketika gelombang panas bergerak ke arah timur, dan kemungkinan akan mengalami suhu tertinggi pada lebih dari 32 derajat Celsius seiring berjalannya waktu.
"Waspada panas ekstrem yang juga terjadi pada wilayah Riau."
"Tetapi kelembapan yang berlebihan juga akan membuat semua orang terasa semakin menyesakkan," kata Ir Marganda Simamora SH M.Si dari Yayasan Salamba menyikapi suhu belakangan ini cukup panas menyesakkan juga terjadi di Provinsi penghasil Migas bumi itu.
Menurutnya, tahun lalu Riau juga mengalami gelombang panas, berupa cuaca panas tidak normal yang berlangsung lebih dari dua pekan.
Para pejabat kembali memperingatkan warga agar mengambil tindakan pencegahan. Sebagian besar wilayah daerah berada dalam peringatan atau kewaspadaan cuaca panas.
Tetapi, menurut Ganda, perubahan iklim yang tidak menentu, akibat produksi CO2 yang semakin besar akibat pengelolaan kawasan gambut yang tidak baik.
"Akibat ini pemerintah menggelontorkan dana sangat besar untuk moratorium gambut namun nyatanya kawasan gambut di Riau sudah banyak dialih fungsikan menjadi kawasan perkebunan bahkan di kuasai oleh perusahaan besar," kata dia.
Daerah-daerah yqng mengalami alih fungsi lahan itu sebut saja seperti pada Kabupaten Rokan Hilir, Bengkalis [Pulau Rupat], Rokan Hulu, Meranti, Pelalawan, Inhu dan Indragiri Hilir, sebagai penyuplai karbon dan terjadinya pemanasan global.
"Panas sangat berbahaya dalam beberapa tahun terakhir mulai tampak muncul di Riau, namun hingga tahun 2023 kemarin memang belum ada hingga memakan korban, tetapi dampaknya karena berbagai penyebab yang terkait panas tetap ada," urainya.
Sebelumnya pihak Peramal Layanan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika [BMKG] mengatakan suhu udara pada dua minggu pertama bulan Mei 2024 rata-rata lebih panas 20-30 derajat Fahrenheit dari biasanya.
Rekor awal terpanas pada bulan itu masih diduduki kota Pekanbaru yang terletak di Ibu Kotanya Riau.
Tetapi seperti disebutkan Ganda Mora lagi, menyarankan agar warga mengurangi waktu di luar ruangan antara pukul 10 pagi dan 6 sore, tetap terhidrasi dan mengenakan pakaian yang ringan dan longgar.
Sementara petugas pemadam kebakaran meningkatkan pengendalian kebakaran hutan yang bisa sewaktu waktu memungkinkan sangat besar terjadi pada situasi peningkata suhu ekatrim, kata Kepala Pelaksana [Kalaksa] Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Provinsi Riau, M. Edy Afrizal SE MH.
"Biasanya setelah memburuk dengan cepat karena dipicu oleh angin di sepanjang tahun ini kebakaran hutan bisa kecil yang terjadi. Tetapi perintah evakuasi dan peringatan di daerah berpenduduk jarang di dekat danau dan sungai juga kami waspadai," kata dia dalam bincang-bincangnya di Warung Kopi Bengkalis Jalan Sutomo, Pekanbaru belum lama ini.
“Ya. Jadi kami mengalami insiden yang meluas di sini dalam sepekan terakhir. Biasanya kebakaran ini dipicu oleh angin panas dengan kelembapan relatif rendah.”
Kebakaran yang disebut Edy itu menimbulkan kepulan asap hitam dalam jumlah besar saat melintasi semak-semak dan kayu sekitar 130 kilometer arah utara dari Kota Pekanbaru.
Menurutnya, meskipun sebagian besar wilayah Riau dilanda panas yang terik tetapi beberapa bagian wilayah daerah berada dalam peringatan waspada karhutla. (*)
Tags : Cuaca, suhu ekstrim, waspada panas, riau, lingkungan, Alam,