KESEHATAN - Seorang dokter ahli penyakit dalam, menduga, kasus cacar monyet kemungkinan sudah ada di Indonesia, namun belum terdeteksi.
Hal itu dia utarakan karena cacar monyet saat ini sudah menyebar di 87 negara, sebagian besar di Eropa, sebanyak lebih 26.000 kasus. Di Asia, kasus ini terdeteksi di Singapura, Thailand dan Filipina,
Zubairi Djoerban, spesialis penyakit dalam, mengatakan, tidaklah logis apabila kasus cacar monyet belum ditemukan di Indonesia, sementara penyakit itu sudah menyebar ke berbagai negara.
"Enggak logis kalau di Indonesia belum ada [kasus positif cacat monyet]. Jadi, mungkin sekali sudah ada, namun belum terdeteksi," kata Zubairi dirilis BBC News Indonesia, Kamis (04/08).
Kementerian Kesehatan sejauh ini mengatakan belum menemukan kasus positif cacar monyet di Indonesia, kecuali satu kasus suspek di Jawa Tengah.
Sampai Kamis (04/08) malam, pasien suspek cacar monyet, yang berusia 55 tahun ini, dilaporkan bukanlah pelaku perjalanan luar negeri.
Saat ini dia ditempatkan di sebuah rumah sakit di Jawa Tengah dan terus dipantau kondisinya.
"Saat ini sedang diisolasi di salah-satu rumah sakit, yang dilakukan untuk investigasi berikutnya, termasuk pemeriksaan PCR untuk menjadikan apakah ini betul pasien cacar monyet atau bukan," kata Juru bicara Kemenkes, Muhammad Syahrir di Jakarta.
Disebutkan pasien itu memiliki gejala mirip cacar monyet, yaitu demam dan ada bintil-bintil mirip cacar di tubuhnya.
Akhir bulan lalu, Kementerian Kesehatan juga melaporkan setidaknya ada sembilan suspek pasien cacar monyet, namun belakangan dinyatakan negatif.
Indonesia telah mewaspadai merebaknya kasus ini setelah Badan Kesehatan Dunia, WHO, menetapkan wabah cacar monyet sebagai keadaan darurat kesehatan global.
Apa yang harus dilakukan pemerintah?
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah mengeluarkan rekomendasi kepada pemerintah tentang penanganan wabah cacar monyet.
Mereka meminta pemerintah mempeluas dan memperketat skrining pada pintu masuk pelabuhan, bandara dan pos lintas batas darat negara.
"Dengan melakukan pengawasan terhadap pelaku perjalanan melalui pengamatan suhu, pengamatan tanda dan gejala," kata Ketua Umum IDI, Adib Khumaidi, Selasa (02/08).
Menanggapinya, Juru bicara Kemenkes, Muhammad Syahril mengklaim, pemerintah telah mempeluas dan memperketat skrining di kawasan itu.
"Kita sudah melakukan kewaspadaan dalam negeri sejak awal di pintu-pintu masuk negara kita," kata Syahril.
Bagaimana kesiapan rumah sakit?
Mengantisipasi kemungkinan adanya kasus positif cacar monyet, pemerintah juga mengklaim telah menyiapkan berbagai fasilitas penunjang di berbagai rumah sakit, termasuk ruangan isolasi.
"Ruangan yang disediakan adalah ruangan isolasi biasa. Bukan ruang isolasi yang bertekanan negatif.
"Dan ini bisa dilakukan oleh seluruh rumah sakit, karena rumah sakit harus memiliki ruang isolasi," kata Syahril.
Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), Bambang Wibowo, namun sampai berita ini diturunkan, belum ada tanggapan.
Di Semarang, RSUP Kariadi telah menyiapkan 30 tim dokter dan 100 tempat tidur untuk antisipasi wabah cacar monyet.
Selain mempersiapkan tim dokter, RSUP Kariadi juga sudah menyiagakan ruang isolasi untuk persiapan karantina pasien cacar monyet.
"Saat ini kita sudah mulai menata ruang isolasi juga," kata Koordinator humas RSUP Dr Kariadi Semarang, Vivi Vira kepada Kompas (04/08).
Mengenali gejala cacar monyet
Bagaimanapun, menurut dokter ahli penyakit dalam, Zubairi Djoerban, pekerjaan rumah yang juga harus dilakukan pemerintah saat ini adalah mengedukasi masyarakat tentang tanda gejala hingga penularannya.
"Gejalanya, pada prinsipnya, kelainan kulit mirip banget dengan cacar, yaitu bintik-bintik yang ada airnya.
"Bedanya, pada cacar monyet disertai pembesaran getah bening di leher, lipat paha atau di ketiak," ungkap Zubairi.
Juru bicara Kemenkes, Muhammad Syahril, mengatakan, gejala yang khas pada penderita cacar monyet, yaitu demam tinggi di atas 38C, serta sakit kepala yang berat.
IDI dalam rekomendasinya juga menekankan agar pengenalan tentang gejala, aspek penularan, serta langkah pencegahan cacar monyet itu disosialisasikan kepada masyarakat.
Seperti apa penularannya?
Seseorang bisa tertular cacar monyet, pertama, ada "kontak erat, karena kelainan di kulit itu bisa mengandung virus".
Kedua, penularan itu bisa melalui droplet melalui batuk, pilek dan bersin, kata Zubairi.
"Yang berikutnya, melalui hubungan seksual, apakah hubungan seksual laki-perempuan, atau lelaki sama lelaki," jelasnya.
Apa itu cacar monyet?
Penyakit cacar monyet disebabkan oleh virus cacar monyet, anggota genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae, berdasarkan keterangan WHO.
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis (dapat ditularkan hewan ke manusia) yang terjadi terutama di daerah hutan hujan tropis Afrika tengah dan wilayah barat, serta kadang-kadang dibawa ke daerah lain.
Ada dua jenis virus utama, yang berasal dari Afrika barat dan Afrika tengah.
Dua kasus pasien yang terinfeksi di Inggris sebelumnya melakukan perjalanan dari Nigeria. Jadi, kemungkinan mereka terinfeksi jenis virus Afrika Barat, yang umumnya ringan, walaupun ini belum terkonfirmasi.
Kemudian, kasus ketiga terjadi pada petugas kesehatan yang tertular virus dari salah satu pasien.
Empat kasus terbaru - tiga di London dan satu di timur laut Inggris - tidak memiliki kaitan satu sama yang lain ataupun riwayat perjalanan apapun. Tampaknya, mereka terinfeksi saat berada di Inggris.
UKHSA mengatakan, siapa pun yang khawatir bahwa mereka pernah berinteraksi atau memiliki gejala, harus segera menemui petugas kesehatan.
Seberapa berbahaya cacar monyet dan seberapa umum terjadi?
Sebagian besar kasus cacar monyet masuk dalam kategori ringan, terkadang menyerupai cacar air, dan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu.
Namun, cacar monyet terkadang bisa lebih parah, dan telah dilaporkan menyebabkan kematian di Afrika barat.
Virus ini pertama kali diidentifikasi pada monyet yang hidup penangkaran. Sejak tahun 1970 telah terjadi wabah sporadis yang dilaporkan terjadi di 10 negara Afrika.
Pada tahun 2003, penyakit ini menginfeksi pasien di Amerika Serikat, untuk pertama kalinya terlihat di luar Afrika.
Para pasien di AS tertular penyakit ini dari kontak dekat dengan anjing padang rumput yang telah terinfeksi oleh berbagai mamalia kecil yang diimpor ke negara itu.
Sebanyak 81 kasus dilaporkan, tetapi tidak ada yang mengakibatkan kematian. (*)
Tags : Kesehatan, Organisasi Kesehatan Dunia,