DR MUHAMMAD SAHLAN, pengajar di Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik (FT), Universitas Indonesia (UI), merupakan tokoh yang selama ini gencar melakukan upaya penggalakan budidaya lebah di tanah air agar menghasilkan madu terbaik.
Ia pernah mengembangkan propolis asli Indonesia yang dihasilkan oleh lebah tanpa sengat atau lebah trigona (tetragonula biroi aff).
Hak itu dilakukan sebagai alternatif pengobatan dan pencegahan penyebaran Virus Corona (Covid-19).
Sebagai pengajar, ia rajin turun ke masyarakat untuk berbagi pengetahuan terutama tentang cara membudidayakan lebah secara maksimal, seperti yang belum lama ini dilakukannya.
Pada kegiatan tersebut, FT UI bekerja sama dengan Asosiasi Perlebahan Indonesia DKI Jakarta dan Talentani, menyelenggarakan acara bertema "Strategi Sukses Bisnis Budidaya Lebah dan Produk Turunannya".
Sahlan dan tim yang terdiri dari Dr. Safira Candra Asih, Dr. Apriliana Cahya Khayrani, dan Dr. Kenny Lischer memberikan materi edukatif dan pelatihan praktis mengenai budidaya lebah dan produk turunannya.
Narasumber yang dihadirkan merupakan ahli di bidang perlebahan, antara lain Akso Diana, S.Pt, M.Si dari Kementerian Pertanian yang membahas teori budidaya lebah madu.
Menurutnya, usaha budidaya lebah dan madu sangat potensial dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.
Terlebih lagi jika usaha tersebut diintegrasikan dengan eduwisata alam dan memiliki sistem pengolahan yang lebih modern, tentunya akan lebih memiliki value dan meningkatkan penjualan.
Akso memaparkan bahwa mengintegrasikan usaha budidaya lebah dengan eduwisata perlu siteplan yang memadai. Selain itu perlu memperhatikan ketersediaan pakan lebah dengan tanaman yang berbunga sepanjang waktu sekaligus memiliki nilai estetik.
Apalagi jika dilengkapi dengan perlengkapan panen dan pasca panen madu yang modern, maka dapat mempertahankan hasil panen madu agar tetap terjaga kualitasnya," katanya.
Pembicara lainnya, staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Dr. Rambat Lupiyoadi yang menjelaskan tentang perancangan dan pembangunan model bisnis lebah madu yang berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan bisnis perlebahan.
Ia juga memberikan rekomendasi bahwa kegiatan perlebahan dapat menjadi salah satu alternatif usaha yang menjanjikan karena dari aspek lingkungan dapat menguntungkan tanaman sekitar.
Ia menyampaikan dari hasil riset menunjukkan dengan adanya lebah dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas buah. Selain itu dari aspek pasar, saat ini konsumsi madu sangat potensial. Hal ini bisa dilihat dari produksi madu lokal yang masih rendah sementara kebutuhan sangat tinggi sehingga masih ada gap.
"Saat ini untuk memenuhi kebutuhan impor madu, tentunya secara finansial usaha lebah madu akan memberikan pendapatan dan kesejahteraan petani serta pelaku usaha madu," ujar Dr. Rambat.
Selanjutnya, Shofia Nurul Hakim, S.Pt. M.P. dari Kementerian Pertanian, yang membahas kebijakan hilirisasi dalam mendukung nilai tambah dan daya saing produk madu serta pemasaran madu di pasar domestik dan internasional.
Menurutnya, peran Kementerian Pertanian khususnya Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjennak) pada tahun 2024 ini adalah memberikan bantuan berupa alat dan renovasi bangunan untuk kelompok tani yang mengelola perlebahan di beberapa wilayah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan value pelaku usaha perlebahan di Indonesia.
Kegiatan ini mendapat tanggapan positif terlihat dari antusiasme para peserta dari berbagai institusi, termasuk kelompok tani kota binaan Suku Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian Kota Administrasi Jakarta Selatan, Ditjennak Kementerian Pertanian, pondok pesantren, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Depok, peserta mandiri dari PT Malindo dan beberapa pensiunan perusahaan.
Sebanyak 22 partisipan merasakan manfaat dari penjelasan yang disampaikan oleh Sahlan dan pembicara lainnya.
"Saya beruntung ikut hadir, karena mendapatkan pengetahuan baru tentang bisnis pemasaran lebah dari salah seorang pembicara," kata Hidayat, pensiunan PT Malindo, yang tertarik berbisnis madu.
Manfaat lain juga dirasakan oleh salah seorang peserta, "Saya jadi paham cara bisnis budidaya madu dan turunannya. Selama ini saya belajar mandiri mengandalkan youtube," kata Isa Iskandar, ustad di Pondok Pesantren Wadi Al-Barokah, Ciherang Bogor.
Kegiatan ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat (pengmas) yang rutin dilakukan oleh UI melalui para pengajarnya. Tim Pengmas FTUI yang turun ke lapangan ini berasal dari Departemen Teknik Kimia, dipimpin oleh Dr. Muhamad Sahlan.
Pengmas ini merupakan bagian dari tri darma perguruan tinggi dimana peserta diberikan edukasi mengenai budidaya lebah yang menghasilkan produk seperti madu, propolis, Royal Jeli, Bee Bread, dan Bee Toksin.
"Terlebih keunggulan propolis asli Indonesia, antara lain mencegah kanker dan mengobati jamur dan juga produk turunan lebah lainnya, seperti bee venom memiliki nilai jual yang tinggi,” jelas Dr. Muhamad Sahlan, tentang kegiatan yang berlangsung pada Sabtu, 27 Juli 2024.
"Selain itu, Pengmas ini juga memberikan wawasan mengenai model bisnis yang dapat diterapkan untuk keberlanjutan usaha di bidang perlebahan," tambahnya.
Di akhir kegiatan pengmas, peserta diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan tanya-jawab, sehingga memberikan ruang bagi peserta untuk berinteraksi dan mendapatkan pengetahuan lebih mendalam mengenai perlebahan.
"Terima kasih banyak kepada Tim Universitas Indonesia dan Asosiasi Perlebahan Indonesia DKI Jakarta atas bantuan bibit lebah yang diberikan semoga bermanfaat untuk edukasi di Taman Agro Edu Wisata Ragunan," ungkap Banih, Ketua Kelompok Tani Kota, pada kegiatan yang berlangsung di Taman Agro Edu Wisata Ragunan.
Dekan FTUI, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU, menyampaikan, Tim pengmas FTUI yang mewakili Universitas Indonesia, bersama Asosiasi Perlebahan Indonesia dan Talentani, berkomitmen mendukung pengembangan industri perlebahan dan mendorong praktik budidaya yang berkelanjutan.
"Melalui kegiatan pengabdian masyarakat, diharapkan dapat tercipta peluang ekonomi yang lebih luas dan memperkuat sektor perlebahan di Indonesia," terangnya. (*)
Tags : UI, Muhamad Sahlan, budidaya lebah, tetragonula biroi aff, Heri Hermansyah, Pengmas,