Sorotan   2020/08/13 04:18:00 PM WIB

Akibat Pandemi, Layanan Kesehatan Dikhawatirkan 'Jebol'

Akibat Pandemi, Layanan Kesehatan Dikhawatirkan 'Jebol'

"Sejumlah puskesmas dan rumah sakit di berbagai daerah terpaksa menutup sementara layanan kesehatan karena tenaga medisnya dinyatakan positif Covid-19. Di sisi lain, kapasitas fasilitas kesehatan yang tersedia dikhawatirkan tidak bisa mengakomodasi pasien di tengah tren peningkatan kasus yang terus terjadi"

height=83onsekuensinya, menurut juru bicara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Halik Malik, fasilitas kesehatan dan tenaga medis harus mengantisipasi kasus yang tinggi dan terus bertambah. "Yang dialami saat ini rumah sakit banyak yang terpaksa harus membatasi layanan karena petugasnya ada yang diistirahatkan, ada yang dirawat, dan harus mengurangi jadwal bekerja karena meningkatnya beban di rumah sakit tempat mereka bekerja," ujar Halik MaliK dirilis BBC News Indonesia, Rabu (12/08).

"Akibatnya, ada kondisi di mana tempat perawatan itu tidak seimbang dengan kondisi kebutuhan layanan atau kebutuhan perawatan pasien yang memang perlu dirawat terkait Covid ini," imbuhnya.

Firdza Radiany — seorang analis data yang juga merupakan insiator pandemictalks, platform edukasi terkait Covid-19— memperkirakan, jika Indonesia tidak ada upaya untuk menekan kasus aktif sampai dibawah 10% dan tetap konsisten di kisaran 30%-40%, maka dalam waktu tiga hingga enam bulan ke depan okupansi tiap provinsi akan semakin penuh. "Sejak awal [pandemi] active cases (kasus aktif) kita cukup konsisten di 30-40%, bayangkan nanti kalau active cases sudah sampai 200.000, kami yakin sudah mulai jebol," ujar Firdza.

Pakar matematika epidemiologi dari Insitut Teknologi Bandung (ITB), Nuning Nuraini, menyebut dua fenomena ini mengindikasikan tenaga medis dan sistem kesehatan "menjadi korban" pandemi yang dia proyeksikan akan berlangsung lama. "Akhirnya yang menjadi korban adalah nakes (tenaga kesehatan) dan sistem kesehatan karena seperti yang kita sudah tahu, tanpa Covid pun sebenarnya fasilitas kesehatan di seluruh provinsi tidak merata," ujar Nuning.

Puskesmas dan rumah sakit tutup layanan

Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, menutup layanan empat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) selama tiga hari pada Selasa (11/08), setelah tenaga medis dan pegawai puskesmas itu terkonfirmasi positif Covid-19.

Empat puskesmas di kota Bogor yang ditutup sementara waktu adalah Puskesmas Gang Aut, Puskesmas Cipaku, Puskesmas Bogor Utara dan Puskesmas Mekarwangi. Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, berkata 27 tenaga medis dan pegawai puskesmas yang terpapar Covid-19.

Mereka meliputi hampir seluruh layanan kesehatan puskesmas, mulai dari dokter umum, dokter magang, petugas farmasi, analis, petugas pendaftaran. Lainnya adalah sekuriti, bagian gizi, pegawai promosi kesehatan, petugas administrasi, staf, hingga petugas kebersihan. 

Sehari sebelumnya, manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibabat di Kota Cimahi, Jawa Barat, menutup seluruh pelayanan dalam batas waktu yang tidak ditentukan, setelah belasan karyawannya dinyatakan positif terjangkit virus corona. "Sehubungan ada 12 karyawan dari RSUD Cibabat yang terkonfirmasi [positif Covid019], kita melakukan tracing, kontak erat dan prinsipnya Wali Kota ingin rumah sakit ini steril, tidak ada sumber penularan, baik sesama karyawan maupun ke pasien," jelas direktur utama RSUD Cibabat, Reri Marliah.

"Pelayanan RSUD untuk sementara ditutup, baik untuk rawat jalan, rawat inap, maupun IGD," imbuhnya.

Serupa, dua puskesmas di Banda Aceh juga terpaksa menutup layanannya akibat beberapa tenaga medis terkonfirmasi positif Covid-19, pekan lalu. Demikian halnya yang terjadi di Puskesmas Harapan di Sentani Timur, Papua. Ketika delapan tenaga medis terinfeksi virus corona, pemerintah daerah Kabupaten Jayapura langsung menutup layanannya selama tujuh hari pada Juni silam.

"Memang banyak petugas kesehatan kita terkena, termasuk dokter, perawat, bidan, tenaga penunjang lainnya itu kena, baik di rumah sakit maupun puskesmas," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Khairul Lie.

Juru Bicara IDI, Halik Malik, menyebut di tengah tren peningkatan kasus Covid-19, tenaga medis harus berjibaku supaya tidak terpapar virus mematikan tersebut. "Kesulitannya karena karena kita juga menghindari korban Covid di kalangn tenaga medis, karena cukup banyak laporan tenaga medis yang terpapar positif corona kemudian harus diisolasi dan dirawat, bahkan tidak sedikit yang gugur dalam pelayanan Covid ini," ujar juru bicara IDI, Halik Malik, kepada BBC Indonesia.

Merujuk data IDI, lebih dari 150 tenaga medis meninggal akibat Covid-19. Jumlah itu terdiri dari 75 dokter, 55 perawat, 15 bidan, dan delapan dokter gigi. 

Cukupkah kapasitas tempat tidur rumah sakit?

Sementara itu, Kementerian Kesehatan pada 7 Agustus 2020, mencatat 40,1% dari 37.828 kapasitas tempat tidur isolasi rumah sakit telah digunakan dalam penanganan pasien Covid-19. Melihat data itu, Firdza Radiany — analis data sekaligus inisiator pandemictalks, platform edukasi terkait Covid-19— menghitung bahwa kapasitas tempat tidur rumah sakit sudah diisi oleh 15.182 pasien Covid-19.

Mengingat di Indonesia terdapat 38.076 pasien kasus aktif pada saat itu, artinya hanya 39,9% yang masuk dalam kategori pasien isolasi di rumah sakit. Adapun sisanya, yakni 22.894 kasus aktif dikategorikan sebagai pasien isolasi mandiri.

Kasus aktif adalah pasien Covid-19 yang masih dinyatakan positif. Cara menghitungnya adalah dengan mengurangi seluruh kasus positif dengan jumlah kematian dan pasien yang sembuh. "Sejak awal [pandemi] active cases (kasus aktif) kita cukup konsisten di 30-40%, bayangkan nanti kalau active cases sudah sampai 200.000, kami yakin sudah mulai jebol," ujar Firdza. 

Firdza menambahkan, jika Indonesia tidak ada upaya untuk menekan kasus aktif sampai dibawah 10% dan tetap konsisten di kisaran 30-40%, dalam waktu tiga hingga enam bulan ke depan okupansi tiap provinsi akan semakin penuh. "Saat ini baru 12 provinsi yang [memiliki] tingkat okupansi di atas rata-rata 40%. Jangan sampai ke-34 provinsi melewati rerata 40% tersebut," kata dia.

Juru bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, mengungkapkan selama beberapa hari terakhir kasus aktif menurun. "Kita harus memastikan bahwa kasus aktif yang ada setiap hari harusnya makin kecil, dan kasus kesembuhannya makin besar dan kasus kematiannya makin kecil," kata Wiku dalam konferensi pers Selasa (11/08).

Dibandingkan negara-negara lain, lanjut Wiku, kasus aktif Indonesia dibawah rata-rata kasus aktif di seluruh dunia. Sementara kematian di Indonesia lebih tinggi daripada dunia. Adapun kasus aktif di Indonesia per Rabu (12/08) adalah 39.017, atau 29,8% dari total 130.718 kasus. Data Kementerian Kesehatan pada 7 Agustus 2020 pula mengungkap bahwa kapasitas tempat tidur rumah sakit di Papua di ambang batas, yakni 94,3% dari total kapasitas 473 tempat tidur. Artinya, hanya 27 tempat tersedia.

Satgas Covid-19 Kabupaten Jayapura, Papua, yang sebelumnya terpaksa membuat rumah sakit darurat dengan menyewa hotel karena pasien rumah sakit rujukan di kabupaten itu melebihi kapasitas, kini telah menyiapkan antisipasi jika terjadi lonjakan pasien kembali. "Waktu pertama kita membuat rumah sakit darurat dengan menyewa hotel, tetapi w aktu itu kapasitas rumah sakit kita hanya di bawah 10 tempat tidur, kemudian kita sudah kita upgrade menjadi 44 tempat tidur," ujar Khairul Lie, yang juga menjabat sebagai juru bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Jayapura.

"Kemudian kepala daerah kita memerintahkan untuk menyiapkan wisma atlet di Sentani, tetapi memang ada beberapa kendala. Jadi kita mungkin menyiapkan beberapa tempat, karena di Sentani tidak punya tempat yang cukup representatif, jadi kita masih mengandalkan untuk bisa merujuk ke rumah sakit di Jayapura," imbuhnya kemudian.

Adapun, pakar matematika epidemiologi dari Insitut Teknologi Bandung (ITB), Nuning Nuraini, meyakini hingga saat ini Indonesia belum mencapai puncak gelombang wabah. Dia memperkirakan pandemi akan berlangsung hingga tahun depan. "Saya masih percaya pada situasi bahwa kita belum mencapai puncak, itu yang terjadi. Kalaupun akhir tahun sudah mulai turun, itu sudah bagus menurut saya," katanya. (*)

Tags : Covid-19, Pandemi Corona, Kesehatan, Layanan Kesehatan Tutup,