Artikel   2025/01/19 12:6 WIB

Anak Peduli Mengurus Orang Tua Tetap Mendapat Berkah

Anak Peduli Mengurus Orang Tua Tetap Mendapat Berkah

ABDULLAH, seorang anak laki-laki yang peduli mengurus orang tua nya mendapat berkah. Berbeda dengan saudara-saudaranya, lelaki ini mau mengurus bapaknya yang menua.

Pada zaman Bani Israil, hiduplah sebuah keluarga yang miskin. Mereka terdiri atas seorang ayah dan empat orang anak.

Bapak tersebut sudah berusia tua renta dan kepayahan menjalani hari demi hari. Hanya satu dari keempat putranya yang bersedia merawatnya. Sebut saja anak itu bernama Abdullah.

“Kalian tidak mau merawat ayah karena tidak akan mendapatkan warisan sepeninggalannya nanti. Biarlah aku yang merawatnya,” ujar Abdullah.

Setiap hari, anak tersebut melayani bapaknya. Dengan lembut dan santun, Abdullah mengurus segala keperluan sang ayah. Hingga akhirnya, ayahnya itu wafat tanpa meninggalkan warisan harta sedikitpun.

Abdullah kemudian memandikan, menshalatkan, serta menguburkan jenazah bapaknya. Sesudah itu, ia pun kembali ke rumahnya.

Pada malam hari, Abdullah bermimpi didatangi seseorang yang berpenampilan miskin, tetapi berlagak sombong. Orang aneh itu berkata kepadanya, “Datanglah ke tempat ini, lalu galilah tanah di sana. Niscaya akan engkau temukan uang 100 dinar. Ambil saja!”

“Apakah ada keberkahan dari uang tersebut?” tanya Abdullah.

“Tidak!” jawab si pria sebelum melesat pergi.

Keesokan paginya, Abdullah menuturkan mimpinya itu kepada istrinya. Perempuan tersebut menyarankannya untuk pergi ke tempat yang dimaksud. Kalau benar ada uang 100 dinar di sana, ambil lalu belanjakan untuk keperluan sehari-hari. Namun, Abdullah enggan melakukannya.

Ternyata, mimpi yang sama terus dialaminya selama beberapa malam. Setiap pagi pula, sang istri memintanya untuk pergi ke tempat yang ditunjukkan dalam mimpi, lalu mengambil uang yang ada di sana.

Abdullah tetap tak bergeming. Pada malam keempat, ia mengalami mimpi yang agak berbeda. Sebab, pria aneh yang mendatanginya kali ini berkata, “Ambil uang satu dinar dari sana!”

“Apakah ada keberkahan di dalamnya?” tanya Abdullah.

“Ya, ada!” seru si lelaki sebelum menghilang dari pandangan.

Pada pagi hari, Abdullah mendatangi lokasi yang dimaksud, sesuai petunjuk pria misterius dalam mimpinya semalam. Benar saja, ada tumpukan uang di dalam tanah. Namun, ia hanya mengambil satu dinar.

Dalam perjalanan pulang, Abdullah berpapasan dengan seorang nelayan penjual ikan. Ia pun membeli dua ikan seharga satu dinar darinya.

Begitu sampai ke rumah, sang istri menerima ikan-ikan yang dibeli Abdullah. Lantas, betapa terkejutnya! Sebab, di dalam perut kedua ikan itu terdapat intan yang sangat indah.

“Kalau raja tahu, intan ini pasti akan dibelinya dengan harga berapapun,” gumam Abdullah.

Tak menunggu waktu lama, orang-orang mengetahui berita tentang batu mulia yang ditemukan Abdullah dalam perut ikan. Dari istana, raja datang ke rumahnya karena tertarik untuk melihat.

Raja berkata, “ Berapa harga intan ini?”

“Emas sebobot tidak kurang dari 30 angkutan kuda,” jawab Abdullah.

Tanpa tawar-menawar lagi, penguasa tersebut bersedia membayar. Tidak lama kemudian, datanglah rombongan pengawal dari istana. Sebanyak 30 angkutan kuda mengangkut emas untuk membayar intan milik Abdullah.

Keesokan hari, seorang prajurit mengetuk rumah Abdullah. Ternyata, sang raja merasa bahwa intan yang sudah dibelinya akan lebih indah kalau memiliki pasangan. Maka intan yang ada dalam perut ikan milik Abdullah kemudian dibeli raja tersebut.

“Apakah kamu mempunyai intan pasangannya? Kalau ada, intan itu akan kami beli dengan harga yang berlipat-lipat,” ujar si utusan istana.

Abdullah bersedia menjualnya. Maka kini, hartanya yang sudah banyak itu bertambah lagi. Demikianlah keberkahan yang dirasakannya setelah menunjukkan bakti kepada orang tua yang menjelang akhir usia.

Bagaimana Cara Berbakti Kepada Orang Tua Yang Sudah Tiada?

Betapa beruntungnya mereka yang masih memiliki orang tua ,apalagi bila kedua-duanya sampai berumur lanjut, yang hidup hingga kakek-nenek.  Karena hal apa demikian dikatakan beruntung, sebab mereka yang masih memiliki kedua orang tua, bisa memberikan bakti terbaik. Bila mereka mempunyai keluasan rezeki, maka mereka bisa berkesempatan mengajak kedua orang tuanya untuk umroh atau haji, meminta maaf kepada kedua orang tua, membahagiakan kedua orang tua, dan sederet perbuatan bakti lainnya.

Namun beda halnya dengan mereka yang orang tuanya sudah tiada (meninggal dunia), mau mengajak naik haji sudah tak bisa, membelikan ini itu pun tak bisa, tak seperti saat kedua orang tua masih ada. Terlebih lagi anjuran untuk memuliakan orang tua, berbakti kepada orang tua difirmankan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al- Isra’ [17]: 23).

Dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa kata qadhaa dalam ayat ini berarti perintah. Sementara itu mujahid berkata artinya adalah berwasiat.

Berarti ayat ini sangat penting dan utama untuk diperhatikan dan diamalkan oleh seluruh umat Islam agar benar-benar bersemangat dalam memuliakan orangtua. Apalagi, perintah ini Allah tegaskan setelah perintah untuk ikhlas beribadah dengan tidak mempersekutukan-Nya.

Dengan kata lain, siapapun dari umat Islam yang tidak memuliakan orangtuanya berarti dia tidak berhak atas kemuliaan. Sebaliknya, kehinaan demi kehinaan akan selalu menghampiri perjalan hidupnya di dunia maupun akhirat.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” [QS: Luqman [31]: 14]

Kedua orang tua, terutama Ibu kita adalah sumber karomah nyata di kehidupan, doa mereka untuk anak-anaknya insyaallah mustajab. Karena seperti yang disabdakan dalam sebuah hadits.

“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394)

Saat kita hendak melakukan sesuatu, hendaklah meminta restu dan doa dari kedua orang tua kita, karena ridho Allah tergantung dari pada ridho mereka (orang tua).

Lalu bagaimana cara kita berbakti dan memuliakan orang tua yang sudah tiada?

Berikut ada beberapa cara yang bisa sahabat lakukan bila ingin berbakti kepada kedua orang tua (Ibu/Ayah) yang sudah tiada.

Selalu mendoakan
Mendoakan setiap habis shalat dan memohonkan ampunan untuk kedua orang tua serta diri kita. Membacakan Al- Qur’an atas nama mereka

Sedekah atas nama orang tua
Ini salah satu hal paling mudah yang bisa kita lakukan, yaitu kita bersedekah atas nama orang tua kita. Terutama sedekah jariyah yang pahalanya tidak terputus, betapa bahagianya kedua orang tua kita di alam kubur saat anaknya bersedakah atas nama mereka.

Menjaga nama baik orang tua
Bersikap dan berperilaku yang baik di lingkungan, menjaga harkat dan martabat nama orang tua kita dengan memiliki adab-adab yang baik dalam bergaul dan lain sebagainya. Agar orang lain juga bisa ikut mendoakan orang tua kita, misalnya karena kita berkelakuan baik dan sopan, suka membantu tetangga yang kesulitan, membantu orang yang kesusahan, rajin berinfak dan sedekah. Maka mereka akan ikut mendoakan seperti ini misalnya

“Ya Allah limpahkanlah kebaikan dan Rahmat-Mu kepada kedua orang tua dari anak ini, karena telah memelihara dan mendidik dengan baik anak-anak mereka, sehingga anak mereka pun memiliki sifat dan perilaku baik”.

Respect for other okey.

Bersilaturahmi ke kerabat serta teman orang tua
Cara Berbakti kepada orang tua kita yang sudah tiada, salah satunya bisa dengan menjaga dan menjalin silaturahmi baik dengan kerabat dari orang tua kita. Menjaga hubungan baik yang pernah dijalin oleh orang tua kita kepada saudara-saudara ataupun kerabatnya.

Melunasi ataupun menanggung Kewajiban Orang Tua yang belum sempat ditunaikan
Bila misalnya orang tua kita pernah berhutang, maka kita bisa berbakti dengan cara melunasi hutang mereka. Bila almarhum dari kedua orang tua kita pernah ingin bersedekah untuk yatim misalnya, maka kita yang menunaikan apa yang pernah menjadi keinginan baiknya.

Bagi sahabat semua jangan bersedih karena tak bisa memberikan bakti terbaik. Bila orang tua kita sudah tiada, kita masih bisa memberikan bakti kita. Misalnya yang paling mudah adalah dengan berinfak dan sedekah atas nama orang tua kita. Wallahu a’lam. (*)

Tags : berbakti kepada orang tua, anak berbakti mengurus orang tua, berkah, keberkahan, menghormati orang tua  ,