Teknologi   16-06-2025 12:52 WIB

Ancaman AI Mengubah Banyak Aspek Kehidupan Modern, 'Juga akan Ambil Alih Beberapa Pekerjaan dalam Waktu Dekat Ini'

Ancaman AI Mengubah Banyak Aspek Kehidupan Modern, 'Juga akan Ambil Alih Beberapa Pekerjaan dalam Waktu Dekat Ini'
artificial intelligence (AI)

TEKNOLOGI - Teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) berkembang sangat cepat, dan mengubah banyak aspek kehidupan modern.

Namun, beberapa ahli khawatir perkembangan AI dapat dimanfaatkan untuk tujuan jahat, bahkan dapat mengancam pekerjaan.

Apa itu AI dan bagaimana cara kerjanya?

AI memungkinkan komputer untuk bertindak dan merespons sesuatu seperti manusia.

Komputer dapat disuplai informasi dalam jumlah besar dan dilatih untuk mengidentifikasi pola-pola dari informasi tersebut, untuk membuat prediksi, memecahkan masalah, bahkan belajar dari kesalahan mereka sendiri.

Selain mengandalkan data, AI juga mengandalkan algoritma, sebagai serangkaian aturan yang harus diikuti secara berurutan untuk menyelesaikan tugas yang diperintahkan kepadanya.

Teknologi ini berada di balik asisten virtual berbasis suara seperti Siri dan Alexa.

AI juga memungkinkan Spotify, Youtube, menyarankan apa yang ingin Anda dengar atau tonton selanjutnya.

Selain itu, teknologi ini membantu Facebook dan Twitter menentukan konten mana yang akan mereka tampilkan kepada pengguna.

AI memungkinkan Amazon menganalisis kebiasaan berbelanja pelanggannya untuk merekomendasikan pembelian-pembelian selanjutnya.

Amazon juga memanfaatkan AI untuk menindak ulasan-ulasan palsu.

Apa itu Chat GPT dan My AI Snapchat?

Dua aplikasi yang ditopang AI dan menjadi sangat populer dalam beberapa bulan terakhir adalah ChatGPT dan My AI Snapchat.

Keduanya adalah contoh dari apa yang disebut sebagai AI “generatif”.

Mereka bekerja menggunakan pola dan struktur yang diidentifikasi dalam sumber data berjumlah besar untuk menghasilkan konten-konten baru dan orisinal yang terasa seperti dibuat oleh manusia.

AI digabungkan dengan program komputer bernama chatbot, yang bisa “berbicara” dengan manusia melalui teks.

Aplikasi itu bisa menjawab pertanyaan, bercerita, dan menulis kode komputer.

Tetapi keduanya terkadang menghasilkan jawaban yang salah untuk pengguna, dan dapat mereproduksi bias yang terkandung di dalam sumber materinya, seperti seksisme dan rasisme.

Mengapa kritikus khawatir AI bisa berbahaya?

Dengan minimnya ketentuan yang mengatur soal bagaimana AI dimanfaatkan sejauh ini, para ahli telah memperingatkan bahwa perkembangannya yang cepat bisa menjadi berbahaya.

Beberapa pihak bahkan menilai penelitian terkait AI harus dihentikan.

Pada bulan Mei, Geoffrey Hinton, yang dianggap sebagai salah satu bapak AI, mengundurkan diri dari pekerjaannya di Google dan memperingatkan bahwa chatbot AI akan segera menjadi lebih cerdas dari manusia.

Setelah itu, masih dalam bulan yang sama, Pusat Keamanan AI yang berbasis di AS menerbitkan pernyataan yang didukung oleh puluhan spesialis teknologi terkemuka.

Mereka berpendapat AI dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan informasi yang salah dan dapat mengguncang masyarakat.

Dalam skenario terburuk, mereka menilai AI mungkin menjadi sangat cerdas sehingga mengambil alih dunia, yang berujung pada punahnya kemanusiaan.

Namun, Kepala teknologi Uni Eropa Margrethe Vestager mengatakan kepada BBC bahwa hal yang lebih mendesak adalah potensi AI untuk menggaungkan bias atau diskriminasi.

Dia prihatin terhadap peran AI yang bisa memengaruhi keputusan hidup masyarakat seperti pengajuan pinjaman, hingga bahwa “pasti ada risiko” AI dapat dimanfaatkan untuk memengaruhi hasil pemilu.

Yang lainnya, termasuk pionir teknologi Martha Lane Fox mengatakan kita tidak boleh “terlalu histeris” terkait AI, dan dia mendesak ada pembahasan yang lebih masuk akal soal kemampuan AI.

Aturan apa yang berlaku terkait AI saat ini?

Pemerintah di seluruh dunia masih bergulat soal bagaimana meregulasi AI.

Anggota-anggota Parlemen Eropa baru saja mendukung Undang-Undang Kecerdasan Buatan yang diusulkan oleh Uni Eropa, yang akan memberlakukan kerangka hukum yang ketat terkait AI dan harus diikuti oleh perusahaan-perusahaan.

Margrethe Vestager mengatakan “pagar pembatas” diperlukan untuk melawan risiko terbesar yang mungkin ditimbulkan oleh AI.

Undang-undang - yang diharapkan mulai berlaku pada tahun 2025 – ini mengkategorikan aplikasi-aplikasi AI berdasarkan tingkat risikonya bagi konsumen.

Video game yang ditopang AI atau filter spam masuk ke dalam kategori dengan risiko terendah. Sedangkan yang tergolong berisiko tinggi adalah untuk mengevaluasi skor kredit atau memutuskan akses ke perumahan, yang akan dikontrol paling ketat.

Aturan ini tidak akan berlaku di Inggris, di mana pemerintah menetapkan visinya terkait masa depan AI pada Maret.

Inggris mengesampingkan regulator khusus untuk mengatur AI, dan sebaliknya mengatakan bahwa akan ada badan yang bertanggung jawab mengawasinya.

Namun Vestager mengatakan bahwa regulasi AI perlu menjadi “urusan global” dan ingin membangun konsensus di antara negara-negara yang berpikiran sama.

Anggota parlemen AS juga menyampaikan keprihatinan kode etik sukarela yang ada saat ini, sudah sesuai dengan kebutuhan.

Sementara itu, China berencana membuat perusahaan-perusahaan memberi tahu penggunanya setiap kali algoritma AI digunakan.

Pekerjaan apa yang berisiko terdampak AI?

AI berpotensi merevolusi dunia kerja, tetapi hal ini menimbulkan pertanyaan soal pekerjaan-pekerjaan apa yang mungkin digantikan.

Sebuah laporan baru-baru ini dari bank investasi Goldman Sachs menyatakan bahwa AI bisa menggantikan setara dengan 300 juta pekerjaan penuh waktu di seluruh dunia, karena tugas dan fungsi pekerjaan tersebut bisa dilakukan secara otomatis.

Itu setara dengan seperempat dari seluruh pekerjaan yang dilakukan oleh manusia di AS dan Eropa saat ini.

Laporan tersebut menyoroti sejumlah industri dan jenis pekerjaan yang bisa terpengaruh, termasuk administrasi, hukum, arsitektur, dan manajemen.

Namun laporan itu juga mengidentifikasi potensi yang sangat besar bagi banyak sektor, yang memperkirakan bahwa AI bisa meningkatkan PDB global sebesar 7%.

Beberapa bidang kedokteran dan sains sudah memanfaatkan AI, di mana dokter menggunakan teknologi ini untuk membantu mengidentifikasi kanker payudara.

Para ilmuwan juga memanfaatkan AI untuk mengembangkan antibiotik-antibiotik baru.

Jenis pekerjaan yang tidak akan diambil alih AI  

Banyak orang khawatir kecerdasan artifisial (AI) akan menggantikan pekerja manusia, namun para ahli mengatakan ada beberapa pekerjaan yang tidak akan diambil alih oleh komputer — setidaknya untuk sementara waktu.

Sejak awal revolusi industri, selalu ada ancaman bahwa mesin yang baru diciptakan – dari alat tenun mekanis sampai microchip – akan merebut pekerjaan manusia.

Dalam sebagian besar kasus, manusia yang menang.

Tapi sekarang, menurut beberapa pakar, seiring AI mulai digunakan di mana-mana, ancaman itu menjadi nyata: robot benar-benar akan mengambil alih beberapa pekerjaan.

Laporan dari bank Goldman Sachs pada Maret 2023 memperkirakan bahwa AI yang mampu menghasilkan konten dapat melakukan seperempat dari semua pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh manusia. 

Di Uni Eropa dan AS, kata laporan itu, 300 juta lapangan kerja berpotensi hilang karena otomatisasi. 

Dan akibatnya bisa mengerikan, kata Martin Ford, penulis buku Rule of the Robots: How Artificial Intelligence Will Transform Everything.

"Ini bukan hanya terjadi pada individu, tetapi bisa sangat sistemik," ujarnya.

"Itu bisa terjadi pada banyak orang, mungkin secara tiba-tiba, mungkin secara bersamaan. Dan dampaknya dirasakan tidak hanya oleh individu-individu tersebut, tetapi seluruh ekonomi. "

Untungnya, kabar itu tidak semuanya buruk. Para pakar juga mengatakan masih ada hal-hal yang tidak mampu dilakukan oleh AI — tugas-tugas yang membutuhkan kualitas khas manusia, seperti kecerdasan emosional dan pemikiran yang out-of-the-box.

Dan beralih ke peran yang membutuhkan keterampilan tersebut dapat membantu mengurangi kemungkinan Anda untuk digantikan.

“Saya pikir umumnya ada tiga kategori yang akan relatif ‘aman’ di masa mendatang,” kata Ford.

“Yang pertama adalah pekerjaan yang benar-benar kreatif: Anda tidak melakukan pekerjaan yang formulatik atau sekadar menata ulang sesuatu, tetapi benar-benar mengajukan ide-ide baru dan membangun sesuatu yang baru.”

Itu tidak berarti semua pekerjaan yang dianggap 'kreatif' akan aman. Bahkan, pekerjaan seperti desain grafis dan yang berhubungan dengan seni visual mungkin di antara yang pertama tutup; algoritma dasar dapat mengarahkan bot untuk menganalisis jutaan gambar, memungkinkan AI untuk menguasai estetika secara instan.

Namun pekerjaan yang memerlukan jenis kreativitas lainnya akan relatif aman, kata Ford: “dalam sains, dan kedokteran, dan hukum ... orang-orang yang pekerjaannya membuat strategi hukum atau strategi bisnis baru. Saya pikir akan terus ada tempat di sana untuk manusia.”

Kategori kedua yang aman, lanjutnya, adalah pekerjaan yang membutuhkan hubungan interpersonal yang kompleks. Contohnya perawat, konsultan bisnis, dan jurnalis investigasi.

Ini adalah pekerjaan, ujarnya, "di mana Anda membutuhkan pemahaman yang sangat mendalam tentang orang. Saya pikir akan butuh waktu lama sebelum AI punya kemampuan untuk berinteraksi dalam berbagai cara yang benar-benar membangun hubungan ".

Kategori ketiga yang aman, kata Ford, "adalah pekerjaan yang memerlukan mobilitas dan ketangkasan serta kemampuan memecahkan masalah di lingkungan yang tidak dapat diprediksi".

Banyak pekerjaan pertukangan – tukang listrik, tukang ledeng, tukang las dan sejenisnya – termasuk dalam kategori ini.

“Ini adalah jenis pekerjaan di mana Anda berurusan dengan situasi yang baru setiap waktu,” imbuh Ford.

“Mereka mungkin pekerjaan-pekerjaan yang paling susah untuk diotomasi. Untuk mengotomasi pekerjaan seperti ini, Anda butuh robot-robot dari cerita fiksi ilmiah. Anda butuh C-3PO dari Star Wars.”

Walaupun robot mungkin dapat mendeteksi kanker dengan lebih baik, misalnya, kebanyakan orang masih menginginkan dokter – manusia sungguhan – menjadi orang yang memberi tahu mereka tentang itu.

Ini berlaku untuk hampir semua pekerjaan, imbuh Ford, dan mengembangkan keterampilan manusia yang khas itu dapat membantu orang-orang untuk belajar bekerja bersama AI.

"Saya pikir cerdas bila kita benar-benar berpikir, 'tugas seperti apa dalam pekerjaan saya yang akan diganti, atau akan lebih baik dilakukan oleh komputer atau AI? Dan apa keahlian pelengkap saya?'" Ford memberi contoh teller bank, yang dahulu tugasnya menghitung uang dengan akurat.

Sekarang, tugas itu telah diambil alih oleh mesin — tapi masih ada tempat untuk teller.

"Tugas menghitung uang menjadi usang karena mesin," katanya. "Tapi sekarang, teller lebih fokus untuk berinteraksi dengan pelanggan dan memperkenalkan produk baru. Keterampilan sosial menjadi lebih penting."

Penting untuk dicamkan, kata Ford, bahwa pendidikan tinggi atau jabatan dengan bayaran mahal tidak berarti aman dari AI.

“Kita mungkin berpikir orang dengan pekerjaan kerah putih posisinya lebih tinggi di rantai makanan dibandingkan orang yang bekerja sebagai sopir,” ujarnya.

“Tetapi masa depan pekerja kerah putih lebih terancam dari, misalnya, sopir Uber, karena kita belum punya mobil tanpa pengemudi, tapi AI sudah bisa menulis laporan dengan baik.”

“Dalam banyak kasus, pekerja yang lebih berpendidikan akan lebih terancam daripada yang kurang berpendidikan. Bayangkan orang yang kerjanya membersihkan kamar hotel — sulit sekali mengotomatisasi pekerjaan itu.”

Pendek kata, mencari pekerjaan di lingkungan yang dinamis dan berubah-ubah, serta melibatkan tugas-tugas yang tidak dapat diprediksi, adalah cara yang bagus untuk mencegah pekerjaan Anda direbut oleh AI. Setidaknya untuk sementara.

Tags : Komputer, Teknologi, Kecerdasan buatan, Pekerjaan, Robotik, Komputer Internet, Aplikasi,