INTERNASIONAL - Seperti banyak negara di dunia, Inggris dan Australia dalam setahun terakhir terus mencari cara yang seefektif mungkin untuk bisa menekan pandemi Covid-19 di wilayah masing-masing.
Salah satu langkah yang mereka ambil adalah penerapan aturan karantina secara ketat, disertai dengan tes virus corona bagi semua penumpang yang baru saja tiba di Inggris maupun Australia dengan pesawat terbang. Inggris akan mulai menerapkan karantina hotel pada Senin (15/02) mendatang bagi mereka yang baru tiba dari 33 negara yang masuk dalam daftar merah, termasuk Argentina, Portugal, Uni Emirat Arab, dan Brasil.
Sementara Australia telah menerapkan peraturan karantina hotel sejak Maret 2020. Seperti dirilis BBC pada dokumen resmi pemerintah terkait persyaratan hotel-hotel yang dilibatkan dalam peraturan karantina. Berdasarkan dokumen itu, peraturan karantina hotel di Inggris lebih longgar dari yang telah diterapkan di Australia. Pemerintah Inggris sendiri mengatakan peraturan karantina itu "sejalan dengan yang diterapkan di negara-negara lain."
Sistem Australia dianggap sebagai salah satu yang terbaik di dunia terkait upaya meredam penularan pandemi. Namun menyusul kasus penularan terhadap tamu dan staf hotel, serta adanya varian baru, peraturan di Australia diperketat dan kembali ditinjau ulang. Langkah ini diambil setelah negara bagian Victoria, Australia menjalani lima hari karantina guna menekan penularan terkait sistem karantina hotel. Pejabat kementerian dalam negeri Inggris, Victoria Atkins mengatakan sistem yang akan dimulai di Inggris "sangat ketat" dengan "standar termasuk yang paling ketat di dunia". Namun ia mengatakan, "peraturan akan terus ditinjau ulang."
Apa saja aturan baru pengetesan di Inggris?
Semua penumpang yang akan tiba di Inggris harus mengisi formulir petunjuk keberadaan penumpang sebelum datang, menulis daftar nomor kontak yang bisa dihubungi, negara keberangkatan dan alamat mereka di Inggris. Mereka pun harus menunjukkan bukti hasil tes negative Covid-19 agar diperbolehkan masuk. Tes harus dijalani paling lama 72 jam sebelum keberangkatan, dan petugas perbatasan akan memeriksa di tempat.
Selanjutnya, penumpang yang baru tiba harus isolasi mandiri selama 10 hari. Mulai Senin (15/02), mereka yang baru tiba harus menjalani tes virus corona pada hari kedua dan kedelapan masa karantina, yang harus mereka bayar sendiri. Bila hasilnya positif, mereka harus isolasi mandiri untuk 10 hari berikutnya. Denda sebesar £1.000 (sekitar Rp19 juta) dijatuhkan bagi setiap penumpang internasional yang tidak menjalani tes virus corona wajib. Ini akan berlanjut dengan denda £2.000 bagi yang tidak menjalani tes kedua, dan masa karantina bagi pelanggar otomatis diperpanjang hingga 14 hari.
Pihak maskapai pun diganjar denda £2.000 per penumpang yang tiba tanpa mengisi formulir secara lengkap dan bukti negatif hasil tes corona. Pemerintah Inggris menyatakan bakal menerapkan "perlindungan yang lebih ketat," dengan melacak kasus-kasus baru secara lebih efektif. Ada sejumlah pekerja yang dikecualikan dari aturan wajib karantina, termasuk pilot pesawat dan pekerja pertanian musiman. Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara juga menerapkan aturan masing-masing, dan perbedaannya hanya sedikit.
Program "tes untuk perjalanan keluar" akan tetap diterapkan. Ini memungkinkan penumpang dari negara-negara yang tidak masuk daftar merah untuk mengambil tes pada hari kelima masa isolasi. Biaya tesnya antara £65 dan £120, sedangkan hasilnya biasanya akan diterima dalam kurun 24 hingga 48 jam. Mereka yang hasil tesnya negatif kemudian boleh berhenti isolasi. Sedangkan yang hasilnya positif harus karantina lagi selama 10 hari setelah menjalani tes.
Semua penumpang yang menggunakan skema itu tetap harus menjalani tes berikut pada hari kedelapan isolasi. Hotel Karantina bagi penumpang dari negara "Daftar Merah" Para penumpang non-warga Inggris dari 33 negara yang masuk daftar merah dalam 10 hari sebelum keberangkatan sudah dilarang masuk. Mulai Senin (15/02), warga Inggris dan Irlandia yang tiba dari negara-negara daftar merah harus menjalani karantina di sejumlah hotel yang sudah ditunjuk pemerintah. Begitu pula mereka yang tiba di Skotlandia dari negara manapun lewat pesawat terbang juga harus isolasi di hotel.
Para penumpang yang ke Inggris hanya bisa tiba di lima bandara berikut:
Di Inggris, butuh £1.750 bagi penumpang yang datang dengan biaya sendiri untuk ongkos transportasi, tes Covid, makan, dan akomodasi. Setiap penumpang dewasa tambahan, atau anak-anak di atas usia 12 tahun, dikenakan biaya ekstra £650, sedangkan yang berumur 5 hingga 12 tahun sebesar £325. Akomodasi untuk karantina harus dipesan sebelumnya lewat daring (online), namun tidak bisa memilih hotel.
Penumpang yang tiba tanpa pesan akomodasi terlebih dahulu akan didenda £4.000 dan masih harus bayar karantina. Para penumpang yang tiba akan diantar langsung ke hotel yang sudah ditunjuk dan harus tinggal di kamar selama 10 hari dengan pengawasan petugas bila keluar kamar. Para penumpang yang dari satu keluarga boleh menjalani karantina bersama-sama dan beberapa hotel pun membolehkan peserta isolasi untuk olahraga.
Bagi siapa yang tidak mau dikarantina di hotel yang telah ditunjuk akan diganjar denda antara £5,000 hingga £10,000. Sedangkan siapapun yang berbohong mengisi formuir penelusuran penumpang dan ketahuan berangkat dari negara yang masuk daftar merah bakal dihukum penjara maksimal 10 tahun. Petugas kurir dari Portugal diperbolehkan ke Inggris. Mereka dikecualikan dari wajib karantina di hotel dan tidak harus menunjukkan tes negatif covid.
Negara mana saja yang masuk daftar merah?
Daftar merah sebagian besar mencakup negara-negara di Amerika Selatan dan Afrika. Satu negara Eropa, Portugal, juga masuk daftar karena keterkaitannya dengan Brazil. Uni Emirat Arab juga masuk. Pengecualian diberlakukan bagi penumpang dewasa, termasuk anak-anak di bawah usia 11 tahun, dari wilayah yang masuk Area Kunjungan Umum - yaitu Republik Irlandia, Channel Islands, maupun Isle of Man.
Siapa yang dibolehkan pergi dari Inggris?
Salah satu inti kebijakan lockdown adalah orang boleh pergi ke luar negeri hanya untuk alasan-alasan penting. Ini sama dengan penerapan skema "alasan yang bisa diterima" bila bepergian antar-kota di Inggris, yaitu:
Mereka yang meninggalkan Inggris harus membuat pernyataan soal kenapa mereka perlu bepergian, yang akan diperiksa oleh pihak maskapai sebelum keberangkatan.
Bagaimana dengan aturan di Australia?
Dibanding dengan yang di Inggris, Australia ternyata lebih ketat. Diberlakukan sejak awal tahun lalu, sistem di Australia diakui secara internasional lebih baik. Mempertimbangkan wabah yang muncul berkali-kali di kalangan petugas hotel dan tamunya, bersamaan dengan munculnya varian baru corona, aturan di Australia yang sudah ketat justru akan dibuat lebih ketat lagi. Kebijakan itu muncul setelah negara bagian Victoria di Australia memasuki hari kelima penerapan lockdown, yang di sana lazim disebut "circuit breaker" dalam upaya menekan tingkat penularan, di antaranya menerapkan sistem karantina hotel.
Di Australia, mereka yang menjalani karantina di hotel tidak boleh meninggalkan kamar masing-masing. Itu setelah insiden di bulan-bulan awal pandemi saat petugas keamanan hotel dan sejumlah tamu terlihat berbaur bersama dan itu dituding menyebarkan virus. Salah satu dari sekian wabah tersebut yang menyebabkan lonjakan kasus sehingga pemerintah kota Melbourne menerapkan kebijakan lockdown selama lima bulan.
Staf hotel dinilai tidak boleh berisiko dengan mengantar tamunya keluar. Sebaliknya, aturan di Inggris menyebut bahwa petugas keamanan boleh "mengantar siapapun penumpang yang baru datang untuk bisa keluar agar bisa merokok atau menghirup udara segar". Di Australia, kebijakan mengantar makanan ke kamar hotel telah berubah setelah hal itu dipandang jadi risiko penularan.
Seorang perempuan dari Singapura yang hasil tesnya negative selama beberapa hari tinggal di hotel akhirnya tertular dengan virus corona yang variannya sama dengan yang ditemukan suatu keluarga beranggotakan lima orang dari Nigeria yang menginap di kamar seberangnya. Tidak ada penjelasan bagaimana dia tertular virus itu, namun ada dugaan pintu dari masing-masing kamar tamu tersebut terbuka secara bersamaan saat mengambil makanan.
Pihak berwenang menyatakan bahwa muatan virus di udara dalam kamar yang dihuni keluarga tersebut - yang lima-limanya tertular - bisa saja karena virus itu dibawa lewat udara di sepanjang koridor hotel. Itu menjadi salah satu sebab staf hotel kini mengantar makanan hanya di waktu-waktu tertentu untuk mencegah tetamu membuka pintu-pintu kamar mereka secara bersamaan.
Sementara itu, aturan karanatina di Inggris hanya menyebutkan bahwa layanan ke kamar tamu akan "dilakukan sepenuhnya sesuai dengan cara terbaik pencegahan penularan Covid-19" - namun tidak disebutkan apakah antaran itu terjadwal. Makin bertambah bukti bahwa virus corona berisiko menular melalui udara baik di dalam kamar, di ruang antar-kamar, dan tempat-tempat umum seperti koridor hotel.
Petugas keamanan yang saat itu dapat piket jaga seharian di koridor tertular virus meski tidak berkontak dengan siapapun. Muncul dugaan yang beredar luas bahwa aerosol yang menular telah terkumpul di udara di ruangan yang berventilasi buruk sehingga membuat petugas itu tertular. Di negara bagian Victoria, staf hotel kini harus dilengkapi masker tipe N95, mirip dengan tipe FFP2 di Inggris.
Sebaliknya dengan yang di Inggris, menurut dokumen yang diedarkan ke hotel-hotel menyebut bahwa masker bedah standar yang harus dipakai. Padahal bentuknya lebih tipis dan dipandang kurang efektif menghalau masuknya aerosol. Juga disebutkan bahwa bila perawatan darurat dibutuhkan sebelum sebuah kamar sudah didisinfektan dan dibiarkan kosong selama 72 jam, staf harus memakai Alat Pelindung Diri (PPE) yang mencegah masuknya droplet.
Cipratan air ludah tersembur karena batuk dan embusan nafas yang berat dan umumnya dianggap bisa berpindah hingga jarak dua meter. Tidak ada panduan spesifik atas perlindungan yang diperlukan untuk melindungi dari aerosol yang bertebaran di udara. Profesor Nancy Baxter dari University of Melbourne, merupakan di antara kaum ilmuwan yang mendesak agar para staf hotel dilengkapi alat yang lebih baik lagi. "Saya sungguh yakin bila menempatkan pekerja di situasi yang berisiko, yang memang telah terlihat dengan menugaskan mereka di hotel lokasi karantina, dan membuat mereka bisa terpapar Covid-19, maka harus dipastikan bahwa mereka punya perlindungan semaksimal mungkin agar tidak tertular."
Setelah penularan di kalangan staf hotel di Australia, dan di tengah kekhawatiran munculnya varian baru, maka semua pegawai hotel kini dites virus corona setiap hari. Ini termasuk bila karyawan itu mengambil giliran libur, maka mereka tetap harus diberi upah di hari-hari libur itu. Namun, Inggris justru tidak menyarankan tes covid secara teratur bagi karyawan hotel. Mereka hanya diminta, bila hasil tesnya positif atau menunjukkan gejala-gejala Covid, "mereka harus disarankan tinggal di rumah dan tidak perlu masuk kerja". Para menteri di Inggris mengaku sudah "berbagi keahlian" dengan pemerintah Australia soal karantina. Kini, muncul pertanyaan apakah pelajaran yang sudah dipetik dari Australia itu bisa ditindaklanjuti. (*)
Tags : Karantina Covid-19, Inggris dan Australia Berlakukan Karantina ,