INTERNASIONAL - Amerika Serikat mencatat lebih dari 250.000 kematian akibat Covid-19, di tengah kasus yang terus meningkat. Menurut data dari Johns Hopkins University, AS, kematian tercatat sebanyak 250.029 dan angka kasus hampir 11,5 juta, yang tertinggi di dunia.
Pejabat penyakit menular, Dr Anthony Fauci mengatakan kepada BBC negara itu menuju "ke arah yang salah pada saat yang sangat genting" dengan lebih banyak orang tinggal di rumah karena udara semakin dingin. Dengan angka infeksi yang terus meningkat, sistem kesehatan semakin kewalahan. Salah satu contohnya adalah di El Paso, kota di Texas barat yang menjadi salah satu pusat penyebaran tertinggi.
Sedemikian kewalahan pemerintah kota, para tahanan turut dikerahkan untuk membantu memindahkan jenazah korban Covid-19 ke truk-truk pendingin. Kota yang terletak di perbatasan dengan Meksiko ini dikenal dengan lanskap gurun pasir, kompleks militer, dan kondisi terik. Di tengah kasus yang terus meningkat ini, sejumlah asosiasi medis meminta Presiden Donald Trump menyerahkan data Covid-19 kepada presiden terpilih Joe Biden.
Dalam surat yang diterbitkan Selasa (17/11), kepala asosiasi medis, asosiasi perawat, dan asosiasi rumah sakit memperingatkan bahwa informasi tentang obat dan kapasitas rumah sakit "harus dibagikan (kepada Biden) untuk menyelamatkan banyak orang". Mereka meminta informasi itu harus segera diserahkan kepada tim Biden, "secepat mungkin untuk membantu perencanaan strategis guna menjamin perawatan pasien".
Surat itu muncul setelah Biden memperingatkan bahwa korban meninggal akan bertambah bila rencana pemerintahannya dihambat oleh Trump. Di lapangan, petugas yang kewalahan serta protokol kesehatan yang tidak diterapkan terjadi di banyak tempat di AS, termasuk di El Paso.
Rumah sakit kewalahan
Jumlah kasus virus corona di El Paso meningkat lebih dari 1.000 setiap hari dan jumlah total saat ini sekitar 76.000 orang yang terinfeksi. Jumlah kasus ini sama dengan jumlah total infeksi di Yunani atau Libia. Data menunjukan sekitar 1.120 warga El Paso tengah dirawat dan 782 orang meninggal. Rumah sakit dan pekerja medis kewalahan dalam menangani banyaknya pasien.
Juru bicara rumah sakit di El Paso mengatakan pihaknya melihat dampak "fisik dan mental" para petugas kesehatan yang menangani pasien Covid-19. Dengan jumlah kasus yang terus meningkat ini, gedung pusat pertemuan di El Paso baru-baru ini dijadikan rumah sakit darurat. Sejumlah rumah sakit terlalu penuh sehingga pasien perlu diangkut dengan pesawat udara ke kota-kota lain di negara bagian itu. Hakim El Paso, Ricardo Samaniego, mengatakan wilayah itu telah menyedikan 500 tempat tidur tambahan, namun dengan peningkatan yang begitu tinggi, fasilitas itu akan penuh minggu depan.
Sepuluh truk penyimpan jenazah dikerahkan
Selain rumah sakit, kamar jenazah juga penuh. Para petugas menjadikan truk-truk berpendingin sebagai tempat penyimpanan jenazah. Sejauh ini, petugas medis meminta setidaknya 10 truk penyimpan jenazah. Fasilitas truk ini dalam satu minggu terakhir menyimpan lebih dari 150 jenazah. Kementerian Pertahanan AS bulan ini mengerahkan tim medis untuk membantu petugas kesehatan di kawasan ini.
Perusahaan pemakaman juga kewalahan menghadapi situasi ini. Manajer salah satu perusahaan, Jorge Ortiz mengatakan kepada tKERA News ia menjadikan kapel di kantornya menjadi kamar pendingin. Ortiz mengatakan puncak pandemi pada pertengahan tahun "tidak ada apa-apanya dibandingkan saat ini". Kota di Texas itu juga mengalami kekurangan tenaga kerja dan para pejabat setempat menghadapi kritikan karena mengerahkan tahanan.
Para tahanan ikut membantu memindahkan jenazah ke truk pendingin. Juru bicara kantor pejabat kota mengatakan para tahanan - yang dipenjara karena pelanggaran ringan-dibayar sekitar US$2 (Rp28.000) per jam. Kerja itu disebutkan sukarela dan mereka dilengkapi dengan pakaian pelindung. Hakim Samaniego menyebut pengerahan tahanan adalah pilihan terakhir. "Bila tidak ada personel atau siapapun yang bisa membantu, kami mencari sukarelawan, termasuk tahanan, itulah pilihan terakhir," katanya seperti dikutip KFOX14 News.
Hakim menambahkan para pejabat menanti bantuan tentara namun militer belum memastikan apakah mereka dapat memenuhi permintaan itu. Dalam enam bulan terakhir, seorang perempuan di El Paso mengatakan enam anggota keluarganya meninggal karena Covid-19. Bonnie Soria Najera mengatakan kepada Good Morning America bahwa pamannya meninggal hari Minggu (15/11) lalu dan virus corona juga merenggut nyawa orang tuanya, dua tante, dan sepupunya. Ibu Najera pertama dites positif Mei lalu. Dalam waktu tiga hari, ibunya harus dibantu dengan ventilator. Ayahnya sakit tak lama kemudian dan harus dirawat di rumah sakit yang berbeda.
Satu minggu setelah dites positif, ibu Najera meninggal. Dan satu jam setelah mendapat kabar duka soal ibunya, ayahnya harus dibantu mesin ventilator, dan meninggal tiga minggu kemudian. Ia menyerukan kepada pemerintah Texas untuk menerapkan jaga jarak seperti yang telah diupayakan anggota keluarganya.
Tidak ada karantina wilayah di El Paso. Walaupun banyak warga El Paso yang khawatir, sejauh ini tidak ada karantina di Texas.
Hari Jumat lalu, pengadilan banding membatalkan aturan karantina setelah pemilik restoran dan jaksa negara bagian menuntut Hakim Samaniego karena menerapkan karantina. Jaksa Agung Negara Bagian Texas, Ken Paxton, menyebut Hakim Samaniego bersikap "tirani" atas langkah itu. Hakim menjawab dengan menyatakan "sangat disayangkan" bahwa jaksa agung hanya berbicara "dan bukannya datang ke El Paso dan melihat sendiri bersama saya dan berjalan menyusuri truk-truk penyimpan jenazah". Hakim Samaniego menambahkan ia kecewa dengan keputusan itu namun menambahkan warga El Paso harus mematuhi peraturan protokol kesehatan. (*)
Tags : Covid-19, Amerika Serikat, AS Gunakan Tahanan Angkut Jenazah,