Internasional   2021/03/09 23:28 WIB

AS Khawatir Penarikan Tentaranya dari Afghanistan

AS Khawatir Penarikan Tentaranya dari Afghanistan

INTERNASIONAL - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, memperingatkan presiden Afghanistan lewat sepucuk surat bahwa Taliban dapat segera bangkit di seluruh negeri jika pasukan AS dan NATO menarik diri seperti yang direncanakan pada bulan Mei.

Blinken mengusulkan serangkaian tindakan dalam suratnya, termasuk pemerintahan transisi baru yang inklusif. Kesepakatan yang dicapai selama pemerintahan Trump mengharuskan AS untuk menarik pasukan terakhirnya pada 1 Mei. Namun Blinken memperingatkan Presiden Asraf Ghani tentang "serangan musim semi" Taliban. Surat Blinken pada hari Minggu, mengusulkan pengurangan kekerasan selama 90 hari di Afghanistan dan upaya perdamaian internasional baru yang diawasi oleh PBB.

Pemerintahan AS yang baru, di bawah Presiden Joe Biden, mengumumkan pada Januari bahwa mereka akan meninjau kembali kesepakatan AS-Taliban yang diteken di Doha pada Februari 2020, dalam masa kepresidenan Donald Trump. Tetapi Blinken menulis dalam suratnya bahwa pemerintahan yang baru masih ragu-ragu apakah akan memenuhi jadwal penarikan yang ditetapkan dalam kesepakatan Doha.

Sekitar 2.500 tentara AS masih tersisa di Afghanistan, bagian dari hampir 10.000 pasukan yang dipimpin NATO di negara itu. Blinken menulis bahwa AS khawatir situasi keamanan di Afghanistan akan "memburuk dan bahwa Taliban dapat menguasai wilayah baru dengan cepat" jika pasukan AS ditarik secara penuh. Seperti dilansir BBC Ghani mengungkapkan keinginan agar AS menunda penarikannya.

Blinken juga mengusulkan "pemerintahan perdamaian transisi" untuk mengantarkan negara melewati masa genting ini, disusul dengan pemilihan nasional, serta konferensi perdamaian yang dipimpin PBB di Turki dan dihadiri kedua belah pihak. Pasukan yang dipimpin AS menggulingkan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan pada 2001, tak lama setelah serangan teror 11 September.

Tingkat kekerasan di negara ini tetap tinggi. Tahun lalu terjadi lonjakan pembunuhan terhadap jurnalis, aktivis, hakim, dan tokoh masyarakat sipil lainnya - pembunuhan yang sebagian besar diduga dilakukan oleh Taliban. Penarikan AS dan NATO yang direncanakan telah menimbulkan kekhawatiran, terutama di kalangan aktivis hak-hak perempuan, bahwa kembalinya Taliban ke kekuasaan dapat membahayakan kemajuan yang dibuat selama dua dekade terakhir.

Zalmay Khalilzad, diplomat AS yang mempelopori proses perdamaian intra-Afghanistan saat ini, akan bertemu dengan para pejabat Pakistan pada hari Senin di Pakistan, yang secara luas dipandang memiliki pengaruh atas Taliban.

Pemerintahan Trump menjadikan penarikan pasukan dari Afghanistan sebagai prioritas. Kesepakatan yang ditandatangani pada Februari 2020 mengatakan bahwa AS dan sekutu NATO-nya akan menarik semua pasukan dalam 14 bulan jika Taliban menepati janjinya, termasuk tidak mengizinkan al-Qaida atau militan lain untuk beroperasi di wilayah yang dikuasainya, dan melanjutkan pembicaraan perdamaian nasional.

Meskipun Taliban, sebuah gerakan Islam garis keras, menghentikan serangan terhadap pasukan internasional sebagai bagian dari perjanjian bersejarah itu, Taliban terus memerangi pemerintah Afghanistan. Sebagai syarat untuk memulai negosiasi dengan pemerintah Afghanistan, Taliban juga menuntut agar ribuan anak buah mereka dibebaskan dalam pertukaran tahanan. Perundingan langsung antara pemerintah Afghanistan dan Taliban kemudian dimulai di Doha pada September 2020, namun belum ada kesepakatan yang dicapai. (*)

Tags : AS, Penarikan Tentara AS, Afghanistan,