ASAL - usul sebutan 'Akau' (tempat kuliner) di Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri) yang begitu populer saat ini bukan hanya sebatas nama saja.
Akau, Seorang warga Tionghoa salah satu sebutan nama seseorang Warga Negara Tururnan (dahulunya) yang mahir dalam memperagakan memasak.
"Akau mahir memasak mie rebus dan mie cap cai yang banyak digemari pelanggannya sewaktu itu," cerita Slamet Nasron, salah satu putera kelahiran Tanjung Pinang yang juga mantan Anggota DPRD Kota Pekanbaru (1999-2009) ini mengenangnya.
Akau begitu populer di Tanjungpinang. Itu sejenis ‘pasar kuliner’ khas kota Tanjungpinang. Pada era 60 hingga 80-an silam, lokasinya tersebar di beberapa ruas jalan.
"Pada masa silam, pasar kuliner khas Tanjungpinang ini biasanya buka pada sore hingga tengah malam dan menggunakan ruas-ruas jalan yang ada di kota tua," kata Slamet lagi.
Slamet Nasron sendiri sudah menginjak umur 65 tahun ini mencoba mengenang kembali masa jaya pasar kuliner di Tanjung Pinang. Dalam bincang-bincangnya dengan riaupagi.com Ia menuturkan kisah masa mudanya di Tanjung Pinang sebelum daerah itu menjadi Provinsi Kepri.
Suasana akau di jalan Temiang, Tanjungpinang dengan pengunjung yang sedang menunggu pesanan, sekitar tahun 1983. (Foto. GoWest.id)
"Seperti di jalan Temiang, Pos dan Gambir. Akau di jalan Potong Lembu yang masih bisa kita kunjungi saat ini. Kuliner yang dijajakan oleh pedagang yang rata-rata keturunan Tionghoa tersebut juga beragam," katanya.
Ia mengenang Akau, seorang penduduk Tionghoa di Tanjung Pinang mahir memasak mie, dengan cekatan dan cepat hingga Ia memiliki pelanggan yang banyak digemari khususnya penduduk Tanjung Pinang, "maka hingga saat ini jalan Potong Lembu salah satu pasar kuliner di Tanjung Pinang disebut juga dengan pasar kuliner Akau."
Mulai jenis makanan laut, mie hingga minuman seperti es teh yang biasa disebut teh obeng serta kopi panas atau biasa disebut orang Kepulauan Riau sebagai kopi o hingga es cendol dengan kacang merah yang melegenda masih ada ditemukan di pasar ini.
Tetapi Slamet kembali menyebutkan, ada beberapa cerita tentang asal mula nama Akau untuk menyebut pasar kuliner khas Tanjungpinang ini.
Akau asalnya adalah nama seorang Tionghoa, yang biasa disapa dengan nama panggilan A-kau.
Konon, beliau adalah seorang penjual kopi tiaam (kopi manis dalam loghat orang Tio-chiu) di emperan toko di sekitar Jalan Pos yang letaknya dekat dengan hotel Tanjung Pinang pada awal tahun 1970-an kini sudah pindah ke Potong Lembu.
"Gerobak kopinya buka sejak petang hingga malam hari. Karena seduhan kopinya enak, nama A-kau semakin populer."
"Banyak orang datang dan duduk di sana untuk menikmati kopi buatannya di sana. Apabila ditanya dimana tempat minum kopi yang enak kala malam di Tanjungpinang tempo dulu, maka orang akan mengatakan A-kau lah tempatnya," cerita Slamet mengenangnya.
Nama A-kau semakin populer dan kemudian lekat menjadi nama kawasan tempat ia berjualan di Jalan Temiang.
Suasana AKAU jalan Pos waktu malam. (Foto. GoWest.id)
Lama kelamaan usaha kaki lima yang dirintis oleh A-Kau diikuti oleh orang lain yang berjualan makanan dan minuman lain pula. Makin lama makin banyak orang berjualan makanan dan minuman dari sore hingga malam di sisi kiri dan kanan Jalan Temiang itu, sampai ke Simpang dekat kelenteng.
Karena nama A-Kau yang telah menjadi ‘label’ nama kawasan itu pada malam hari, maka lekatlah namanya disebut Akau sebagai pusat kuliner kala malam di Tanjungpinang.
"Di Jalan Pos Itulah Akau pertama membuka usahanya di Kota Tanjungpinang."
"Sebagai pasar kuliner malam hari, tempat berjualan di Akau sebenarnya tidak permanen. Sejak sore meja dan gerobak dagangan digelar dan tengah malam dibersihkan kembali. Pada pagi harinya, Jalan Temiang kembali menjadi jalan umum," cerita Slamet.
Kawasan tempat para pedagang Akau berusaha bukan permanen. Paling tidak telah beberapa kali pindah tempat sejak di Jalan Temiang pada awal tahun 1960-an hingga pada tempat yang sekarang di kawasan Potong Lembu. Lokasi yang sekarang biasa disebut orang sebagai Akau Potong Lembu.
Akau pertama di Jalan Temiang bertahan hingga dekade 80-an. Kemudian berkembang juga Akau-Akau sejenis di dekade itu. Seperti Akau jalan Pos hingga Akau di terminal bus dan taksi di jalan Teuku Umar.
Selain berkembang Akau di jalan Pos, pada era yang sama juga tumbuh Akau di jalan Gambir, dekat Pasar Mutiara. Orang-orang Tionghoa dulu menyebut kawasan ini Po-boi.
Pada akhir tahun 1980-an, pemerintah Kabupaten Kepulauan Riau dan Pemerintah Kota Administratif Tanjungpinang, memindahkan aktifitas para pedagang kuliner jalanan di jalan Pos, Gambir hingga Temiang ke lokasi terminal bus dan taksi di jalan Teuku Umar.
Model meja dan kursi di AKAU Jalan Pos. (Foto. GoWest.id)
"Sekarang aktifitas para pedagang Akau disatukan pada satu lokasi. Namun, ada juga pedagang yang memilih lokasi berjualam baru di jalan Potong Lembu," terang Slamet.
Jadi, aktifitas para pedagang kuliner di lokasi terminal bus dan taksi di jalan Teuku Umar, tidak bertahan lama. Akau di Jalan Teuku Umar ditutup ketika Bupati Kepulauan Riau kala itu dijabat Abdul Manan Saiman dan dialihkan menjadi lokasi parkir dan terminal ke batu 8 pada dekade 90-an. (*)
Tags : Asal-usul Akau, Warga Tionghoa Tanjungpinang, Pasar Kuliner Akau yang Populer,