JAKARTA - Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) akhirnya angkat bicara mengenai rendahnya permintaan motor listrik di Tanah Air.
Menurut AISI, salah satu faktor utama yang menyebabkan lambatnya adopsi kendaraan listrik roda dua adalah kualitas produk yang belum memenuhi ekspektasi konsumen.
Ketua Umum AISI, Johannes Loman menjelaskan, motor listrik saat ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan utama pengguna sepeda motor di Indonesia.
Kendaraan roda dua di Tanah Air biasanya digunakan sebagai alat transportasi yang cepat dan efisien. Namun, motor listrik belum bisa mengakomodasi kebutuhan tersebut karena memerlukan waktu tambahan untuk pengisian daya (charging).
"Kalau melihat angkanya, permintaan motor listrik mulai berkembang. Tapi memang dalam industrinya, penerimaan konsumen belum secepat mobil listrik," ujar Loman dilansir detik.com, Sabtu (5/10).
Loman menambahkan, kendala utama motor listrik adalah terbatasnya jarak tempuh serta lamanya waktu pengisian daya.
Hal ini bertentangan dengan karakteristik pengguna sepeda motor di Indonesia yang menginginkan kendaraan dengan kecepatan tinggi dan daya jangkau yang luas.
"Penyebabnya karena keterbatasan jarak, waktu charging butuh waktu lama, sedangkan untuk sepeda motor butuh kecepatan dan range yang jauh," tambahnya.
Menurut Loman, konsumen Indonesia sangat selektif dalam memilih kendaraan baru. Mereka membutuhkan jaminan, produk yang dibeli tidak akan menimbulkan masalah di masa depan.
Selain itu, faktor harga dan keamanan berkendara menjadi pertimbangan utama konsumen dalam memutuskan untuk beralih ke motor listrik.
"Yang tak kalah penting adalah harga dan peace of mind. Penerimaan konsumen itu yang penting. Kalau konsumen kebutuhannya tercukupi, konsumen akan segera beralih," jelasnya.
Sebagian besar publik beranggapan, rendahnya minat terhadap motor listrik juga disebabkan kurang seriusnya merek-merek Jepang seperti Honda, Yamaha dan Suzuki dalam mengembangkan produk motor listrik.
Saat ini, baru Honda yang memiliki model kendaraan listrik di pasar Indonesia, itu pun hanya satu model.
Sebagai pemimpin pasar, gebrakan dari merek-merek asal Jepang ini sangat dinantikan untuk mendorong permintaan motor listrik yang masih rendah.
Kehadiran inovasi dari pemain besar tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk motor listrik di Indonesia.
Menurut data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, populasi motor listrik di Indonesia baru mencapai 109 ribu unit pada tahun ini.
Angka ini masih sangat kecil dibandingkan dengan populasi motor bensin yang mencapai 125 juta unit, menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Dengan tantangan tersebut, industri motor listrik di Indonesia masih harus berjuang keras untuk mencapai adopsi yang lebih luas.
Selain peningkatan kualitas produk, diperlukan pula infrastruktur pendukung, seperti stasiun pengisian daya, untuk menarik minat lebih banyak konsumen.
Sebagai kesimpulan, meski ada potensi besar untuk pertumbuhan motor listrik di masa depan, saat ini tantangan yang dihadapi industri ini masih cukup besar.
Kualitas produk, harga, dan ketersediaan infrastruktur akan menjadi kunci utama dalam memenangkan hati konsumen Indonesia. (*)
Tags : asosiasi industri sepeda motor indonesia, aisi, motor listrik, permintaan motor listrik sepi peminat,