"Badai sitokin muncul pada pasien Covid-19 di mana sistem kekebalan tubuh mengalami terlalu banyak peradangan"
asien positif Covid-19 bisa terkena badai sitokin sering kali disebut bisa menyebabkan kematian pada pasien Covid-19. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan badai sitokin pada pasien Covid-19?
Badai sitokin sendiri sebenarnya bukanlah nama penyakit. Badai sitokin merupakan sindrom yang mengacu pada sekelompok gejala medis di mana sistem kekebalan tubuh mengalami terlalu banyak peradangan. Penanggung jawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr. Kariadi Semarang, Mahirsyah Wellyan TWH., S.Si., Apt., Msc., menjelaskan, badai sitokin atau cytokine storm merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh.
Ketika virus corona memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin. Sitokin sendiri merupakan protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel. Pelepasan atau keluarnya sitokin ini dapat mempengaruhi perilaku sel di sekitarnya. Sitokin yang keluar dalam jumlah sedikit tidak memiliki pengaruh pada kondisi paru pasien, atau keadaan parunya tidak bermasalah.
Akan tetapi kalau jumlah sitokin yang dikeluarkan di paru sudah banyak, disebut sebagai badai sitokin, maka itu akan membuat paru sangat padat dan kaku. Yang terburuk dari badai sitokin adalah paru-paru bisa mengalami peradangan. Menurut Mahirsyah, sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan akan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi.
Namun pada kondisi badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali. Akibatnya paru-paru pun bisa mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus. Peradangan pada paru-paru itu sayangnya bisa terus terjadi meski infeksi sudah selesai. Selama peradangan, sistem imun juga melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru.
Karena itu tanpa penanganan yang tepat, fungsi paru-paru pasien dapat menurun hingga membuat pasien sulit bernapas. Kondisi inilah yang kemudian bisa membuat pasien Covid-19 akhirnya meninggal dunia atau tak bisa bertahan. “Maka sering pada pasien Covid-19 membutuhkan ventilator untuk membantu pernapasan,” jelas Mahirsyah seperti dirilis kompas, Senin (16/5).
Sedangkan menurut penelitian ahli virologi dan imunologi dari Georgia State University di Atlanta, Mukesh Kumar, badai sitokin dipicu oleh infeksi virus dalam tubuh. Virus bisa menggandakan dirinya dengan sangat cepat setelah menginfeksi sel. Setelah itu, sel mulai mengirim sinyal bahaya. Ketika setiap sel merasakan bahwa ada sesuatu yang buruk terjadi, sel akan langsung meresponnya dengan membunuh dirinya sendiri. "Ini adalah mekanisme perlindungan sehingga tidak menyebar ke sel lain," ucap Khumar.
Jika ada banyak sel yang melakukan hal ini pada saat bersamaan, banyak jaringan yang bisa mati. Pada pasien Covid-19, jaringan tersebut sebagian besar berada di paru-paru. Saat jaringan rusak, dinding kantung udara kecil paru-paru menjadi bocor dan berisi cairan. Kondisi ini bisa menyebabkan pneumonia dan darah kekurangan oksigen. Ketika paru-paru rusak parah, sindrom gangguan pernapasan akan terjadi. Dari sinilah yang kemudian bisa menyebabkan organ lain mulai gagal berfungsi.
Waspada badai sitokin
Sementara Juru bicara Satgas Covid-19 Riau, dr Indra Yovi, mengingatkan pasien Covid-19 terutama yang menjalani isolasi mandiri dirumah untuk mewaspadai badai sitokin. Meskipun badai sitokin telah lama ditemukan di Riau, namun belakangan ini badai ini baru menjadi perbincangan masyarakat. "Pasien Covid-19 meninggal dunia di Riau banyak akibat badai sitokin, untuk itu masyarakat perlu waspada," kata dr Yovi seperti seperti dilansir dari mediacenterriau, Minggu (22/8).
Dijelaskan dr Yovi, memang tidak semua pasien Covid-19 yang mengalami badai sitokin meninggal dunia. Karena kematian akibat badai sitokin tersebut bisa diantisipasi jika pasien langsung diberikan penangangan medis sebelum kondisinya memburuk. "Ada juga yang pulih dari ICU setelah melewati badai sitokin, itu karena cepat mendapatkan pertolongan medis sebelum kondisinya memburuk. Jadi pasien Covid-19 yang isolasi dirumah jika sudah mulai merasa nafasnya sesak, saturasi dibawah 93, frekuensi nafas 22 kali permenit, jika sudah ada tanda-tanda seperti itu cepat kerumah sakit," sebutnya.
Untuk diketahui, badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa dialami oleh penderita Covid-19. Kondisi ini perlu diwaspadai dan perlu ditangani secara intensif, bila dibiarkan tanpa penanganan, badai sitokin dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ hingga menyebabkan kematian. Sitokin merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi. Namun, jika diproduksi secara berlebihan, sitokin justru dapat menyebabkan kerusakan di dalam tubuh. Inilah yang disebut sebagai badai sitokin. (*)
Tags : Sitokin, Pasien Covid-19, Kekebalan Tubuh, Waspada Sitokin Riau, Sorotan, Badai Sitokin di Riau,