Headline Sorotan   2024/09/02 17:53 WIB

Bandar Bakau Dumai Jadi Pusat Edukasi Hingga Sumber Ekonomi Masyarakat, SALAMBA: 'Tetapi Masih Disorot Perannya Dalam Ekosistem Pesisir'

Bandar Bakau Dumai Jadi Pusat Edukasi Hingga Sumber Ekonomi Masyarakat, SALAMBA: 'Tetapi Masih Disorot Perannya Dalam Ekosistem Pesisir'
Ir Marganda Simamora SH M.Si, Ketua Yayasan Sahabat Alam Rimba [SALAMBA].

"Bandar Bakau Dumai masih di sorot perannya untuk menyelamatkan hidup masyarakat pesisir maupun dalam ekosistemnya"

andar Bakau Dumai dinyatakan sudah jadi pelindung aneka flora dan fauna, serta pusat edukasi, riset, dan rekreasi alam. Kawasan seluas 24 hektare ini tempat ragam mangrove hidup. Seperti rhizophora apiculata [bakau minyak], mangrove pedada [mangrove api-api] dan banyak lainnya.

Tetapi Aktivis Sahabat Alam Rimba [SALAMBA] masih menyoroti Bandar Bakau Dumai ini dalam perannya sebagai ekosistem pesisir.

"Peran krusial hutan mangrove yang ada di Bandar Bakau Dumai ini belum bisa sepenuhnya dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir dan perlindungan lingkungan yang dikenal dengan kemampuannya menahan abrasi pantai, baik berfungsi sebagai habitat bagi berbagai spesies laut dan penyaring polutan yang mengalir dari daratan ke laut," kata Ketua Yayasan SALAMBA, Ir. Marganda Simamora SH M.Si, Senin (2/8/2024).

Selain itu, kata Ganda Mora [nama panggilannya] berpendapat, bahwa hutan mangrove seharusnya berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer, membantu mengurangi dampak pemanasan global.

SALAMBA, menjelaskan betapa pentingnya keberadaan mangrove. Menurutnya hutan mangrove sangat penting bagi ekosistem pesisir, sebutnya yang kembali mengingatkan Hari Mangrove Sedunia terus diperingati setiap 26 Juli ini.

Dua mahasiswi Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, membentang tali diantara mangrove membentuk persegi empat.

Tanda batas serupa dibuat pada tiga lokasi: dekat laut, sekitar pondok dan depan gerbang jalan utama. Semua dalam hutan mangrove Bandar Bakau Dumai. Tiap pembatas yang disebut plot itu berukuran 10×10 meter.

Saniyyah Okta, sedang bikin penelitian untuk tugas akhir kuliah.

Nia, memilih Bandar Bakau Dumai sebagai lokasi penelitian atas rekomendasi dosen. Hutan mangrove di Jalan Nelayan Laut Ujung, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai Barat, itu tumbuh dengan sejarah panjang.

Masa orde baru, hutan mangrove itu hampir gundul karena ditebang untuk keperluan domestik dan industri.

Darwis Mohd Saleh

Darwis Mohd Saleh, warga Dumai Barat, ketika pulang dari perantauan awal reformasi, bertekad memulihkan kembali situs budaya Dumai ini.

Bakau, satu jenis mangrove, lekat dengan sejarah Kota Dumai. Masyarakat di sana tak asing dengan cerita legenda Putri Tujuh.

Sepenggal dongeng ini menyebut, buah bakau menimpa pasukan Pangeran Empang Kuala ketika bertempur melawan pasukan Cik Sima, Ratu Kerajaan Seri Bunga Tanjung.

Darwis terlebih dahulu meminta petuah dari sejumlah tokoh masyarakat dan tetua adat sembelum mewujudkan keinginan ini.

Dia kumpulkan kawan-kawan dan bentuk Komunitas Pecinta Alam Bahari [PAB].

Mereka awali dengan berenang dari Selat Pulau Rupat, Bengkalis. Kemudian diresmikan dengan kenduri besar.

Masalahnya, Darwis harus berebut kawasan dengan perusahaan negara PT Pelabuhan Indonesia [Pelindo] I yang hendak perluas dermaga.

Berkat kegigihan dan konsistensi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akhirnya menetapkan areal itu jadi kawasan hutan produksi terbatas berdasarkan SK 903/2016 tentang kawasan hutan Riau.

Sebelumnya, lokasi itu bukan kawasan hutan alias areal pengunaan lain.

Pelindo merasa punya angin ketika berupaya menyingkirkan Darwis dengan ragam cara. Mulai tawaran ganti rugi hingga teror yang berujung pada penangkapan.

Usaha Darwis, tidak sia-sia. Lebih dua dekade, Bandar Bakau dikunjungi banyak orang, komunitas hingga organisasi dari berbagai latar belakang. Salah satunya menjadi pusat penelitian.

Selain Nia, baru-baru ini, mahasiswa Universitas Riau, Karin Aisya, juga habiskan waktu di sana untuk tugas akhir.

Karin hendak menghitung potensi karbon yang tersimpan dalam Bandar Bakau Dumai.

Hutan mangrove, katanya,  menyimpan karbon tertinggi, selain padang lamun dan hutan rawa gambut.

Karin pilih Bandar Bakau Dumai, karena kawasan hutan itu sudah lama diperjuangkan Darwis.

Hutan mangrove itu juga menghadapi tekanan lingkungan sekitar, seperti, pembangunan kawasan industri dan pelabuhan, yang dapat menurunkan fungsi ekologis hutan bandar bakau ini.

Darwis bilang, sudah tak terhitung jumlah penelitian di Bandar Bakau Dumai.

Tidak hanya mahasiswa, akademisi juga meriset berbagai potensi sumber daya alam, sosial hingga ekonomi yang tumbuh dalam kawasan mangrove ini.

Aras Mulyadi, Rektor Universitas Riau 2014-2022 juga meneliti di Bandar Bakau Dumai soal aspek ekologi, lingkungan, kelembagaan, sosial dan ekonomi.

Beberapa kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan penyuluhan juga banyak dilakukan di sana. Termasuk memimpin praktikum mahasiswa sarjana hingga doktor bidang ilmu kelautan dan lingkungan.

“Kepada mahasiswa diberikan materi pengenalan keanekaragaman hayati atau biodiversiti dan lingkungan serta best practices pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan,” kata Aras lewat keterangan tertulis melalui WhtasApp-nya.

Berharap kawasan mangrove pulih dan tumbuh rapat 

Darwis mendirikan bank mangrove untuk menjaga ketersediaan bibit dan berharap kawasan mangrove pulih dan tumbuh rapat saja tidak cukup. Aksi ini sejak 2010 lalu, sekaligus menopang pemulihan Bandar Bakau, dan Dumai umumnya.

“Bank mangrove itu proses persemaian bibit mangrove mulai propagul, sistem kacang-kacangan dan biji-bijian. Bank mangrove untuk sertifikasi pengadaan bibit yang selama ini salah dalam menekan deforestasi hutan mangrove di Dumai,” katanya.

Bank mangrove menandai nasabah yang sukarela mengisi lumpur dalam polybag untuk wadah pembibitan. Selanjutnya, tiap-tiap polybag yang terisi dihitung sebagai tabungan.

Jumlahnya dibukukan berdasarkan nama nasabah. Sewaktu-waktu nasabah dapat mengambil bibit secara cuma-cuma alias gratis bila diperlukan untuk aksi penanaman.

Ada juga nasabah menabung dengan uang. Pengurus bank mangrove akan menggunakan dana itu buat beli peralatan dan perlengkapan pembibitan termasuk operasional terkait lainnya.

“Kebanyakan nasabah lebih suka menikmati sensasi main lumpur,” kata Darwis.

Saat ini, putra bungsu Darwis, Gelombang Reforman, tiap hari, rutin mengisi lumpur ke dalam polybag. Meski tak ada nasabah datang, yang biasa dari pengunjung Bandar Bakau Dumai.

Kebanyakan nasabah berasal dari siswa sekolah atau komunitas tertentu. Seiring waktu, dunia usaha juga ikut menabung.

Pentingnya rehabilitasi mangrove di Dumai hingga luar daerah.

Ada beberapa nasabah buat Darwis terkesan. Seorang pelajar dari Bali, datang bersama ibunya ke Bandar Bakau Dumai menyumbang Rp300.000. Ambil foto, video dan wawancara singkat. Lalu diunggah ke media sosial.

Gara-gara itu, beberapa bule hubungi Darwis dan turut mengirim uang. Ada pula yang mengirim indukan kambing dan bumbu pecal.

Darwis bilang, tak terhitung nasabah yang menabung di bank mangrove tetapi belum pernah ketemu.

Cara dia merawat hubungan itu, membagikan foto kenangan yang selalu menjadi pengingat di laman Facebook.

Dia selalu mendokumentasi tiap bantuan yang mendukung pemulihan Bandar Bakau Dumai.

Bank mangrove menjadi sumber pemasukan Darwis dan Kelompok Tani Hutan [KTH]. Bibit mangrove dijual Rp6.000 per polybag.

Hasil penjualan dibagi untuk anggota kelompok, pengadaan polybag baru, kas kelompok tani dan bank mangrove itu sendiri. Sedikit sisa untuk konsumsi dan operasional harian.

“Bank mangrove satu upaya membangun ekonomi mandiri dalam operasional kelompok di bawah Pecinta Alam Bahari Club," ,” kata Darwis.

"Intinya menjadi pekerjaan sampingan bagi masyarakat yang hendak menabung lumpur. Memanfaatkan waktu senggang setelah melakukan pekerjaan utama,” sambungnya.

Bank mangrove, kini, menjadi media pelatihan bagi masyarakat sekitar hingga luar daerah. Darwis dipanggil ke sejumlah daerah untuk beri ceramah dan berbagi pengalaman.

Pengurus bank mangrove pun jadi penyuluh mandiri. Mulai dari pembibitan hingga teknik penanaman: pemilihan bibit dan lokasi tanam.

Awal Desember 2023, bank mangrove Bandar Bakau Dumai, setidaknya menyimpan 5.000 bibit.

Sejak awal tahun, Darwis mencoba menanam dua jenis bibit mangrove sekaligus dalam satu polybag. Tujuannya, selain bekal rehabilitasi mangrove juga untuk pengayaan jenis.

Aras menyebut,  bank mangrove salah satu praktik terbaik konservasi dan rehabilitasi hutan di Bandar Bakau Dumai. Praktik lain, penanaman mangrove dan perlindungan fauna bakau.

Hutan mangrove jadi sumber ekonomi bagi perempuan

Hutan mangrove ini juga sumber ekonomi bagi perempuan. Dari ekosiwsata di hutan mangrove ini, berbagai peluang ekonomi muncul seperti usaha makanan, sampai batik motif mangrove.

Ia jadi pekerjaan sampingan bagi perempuan sekitar ekowisata mangrove pesisir Dumai ini.

Bandar Bakau Dumai jadi tujuan ragam penelitian. Ekologi hingga sosial.

Rosnita, punya warung di rumah tetapi kerap terima pesanan kue, sejak Bandar Bakau jadi pusat kunjungan wisatawan.

Tiap tamu yang datang, pasti memesan dua sampai tiga macam kue, seperti kue bangkit, bawang dan kacang. Ada juga kue semprong dan bolu.

“Sejak ada Bandar Bakau hampir tidak pernah sepi pesanan. Dalam satu bulan, ada saja tiga atau empat kali jadwal kunjungan. Sekali datang rombongan,” kata Rosnita, sambil mencetak lempengen tepung hasil adonan.

Darwis yang punya ide sumber ekonomi ini. Mulanya, beberapa warga hendak membuka kedai dalam kawasan Bandar Bakau Dumai. Dia menyaratkan harus makanan atau jajanan lokal.

Dari situ, dia menawarkan tiap pengunjung menikmati kuliner khas setempat, seperti, sambal mentah, lempeng sagu hingga panganan lain sesuai permintaan.

Rupanya ide itu berdampak positif. Darwis pun mendirikan Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) skala mandiri.

Disebut mandiri karena masih ditopang modal pribadi perempuan-perempuan yang terlibat di dalamnya. Mulai dari biaya pembelian bahan makanan hingga peralatan memasaknya.

Jumlah perempuan pelaku UMKM khusus kue di Bandar Bakau Dumai ada lima orang. Beda lagi kelompok pembatik. Kerajinan tangan ini dipimpin langsung Darwati, istri Darwis.

Perempuan kelahiran Pekalangon, itu membatik dengan canting yang dia pesan langsung dari kampung halaman termasuk peralatan lain, seperti wajan, saringan, gawangan hingga zat pewarna.

Batik Bandar Bakau Dumai sudah dikenal. Ia menjadi buah tangan para istri pejabat yang datang atau pindah tugas dari kota itu. Kain-kain batik hasil kerja Darwati juga menggantung di berbagai pameran daerah hingga nasional.

Ia turut memperkenalkan Bandar Bakau Dumai. Darwati pun sering keliling daerah beri pelatihan membatik.

“Menolong perekonomian keluarga,” kata Darwati.

Darwis juga promosi di laman Facebook Tuan Darwis Moh Saleh. Selain kuliner dan membatik, Bandar Bakau Dumai yang dikelola oleh Kelompok Tani Hutan [KTH] juga membuat perabotan, seperti meja dari kayu-kayu bekas.

Bandar Bakau Dumai sebagai pusat pendidikan

Darwis sempat menjadikan Bandar Bakau Dumai sebagai pusat pendidikan bagi anak-anak sekitar.

Dia mendirikan sekolah alam dengan waktu belajar pada akhir pekan atau hari libur.

Tingkat sekolah ini dibagi berdasarkan status pendidikan formal anak-anak, mulai dasar hingga menengah atas. Tiap siswa cukup bayar Rp5.000 per pekan untuk mendapatkan materi dan praktik langsung.

Bandar Bakau Dumai, selain tempat penelitian juga wisata alam dan tempat bermain yang cocok buat menikmati udara segar.

Bandar Bakau memberi ilmu dan materi pelajaran pada siswa sekolah alam secara alami.

Selain mengenal jenis-jenis mangrove, kawasan yang direhabilitasi itu juga rumah bagi satwa-satwa yang bergantungan dengan hutan mangrove dan menjadi kesatuan ekosistem.

Darwis bilang, selain menumbuhkan sistem sosial, Bandar Bakau yang dikelola dengan baik itu juga melahirkan hewan-hewan muloska seperti kerang-kerangan.

Burung punai, gagak dan enggang juga sering didapati hinggap dan melintas di areal itu.

Ketika pasang besar atau gelombang mudah mendapat ikan sembilang. Kalau musim air pasang tenang biasa banyak ikan kitang dan udang putih.

Darwis selalu pasang tajur atau rawai di sela-sela pohon mangrove. Umpannya, lintah laut juga dari hutan mangrove.

Sepanjang pengamatan Darwis, sudah terpantau empat kucing bakau dalam kawasan ini tetapi satu mati terlindas truk saat menyeberang jalan malam hari.

Ada juga ayam kate atau ayam hutan dan ular. Kepiting bakau pun ada. Bahkan gamat atau biasa disebut timun laut juga kerap ditemukan. Begitu juga lebah.

“Bandar Bakau Dumai sebagai habitat flora dan fauna, baik yang hidup di perairan laut maupun daratan. Juga sebagai benteng ekologis bagi alam dalam mempertahankan diri dari bencana lingkungan pesisir,” kata Aras.

Aras menilai, Bandar Bakau berperan sebagai eco edu park yang dikemas sebagai ekowisata pendidikan dan lingkungan.

Selain pengenalan keanekaragaman hayati pesisir, di sini juga dapat didalami praktik terbaik pengelolaan dan rehabilitasi lingkungan yang diterapkan pengelola.

“Sekolah alam ini merupakan pendidikan informal yang memiliki kurikulum dan tenaga fasilitator. Mereka [pengajar] memberikan pendidikan dan pengetahuan tentang lingkungan pesisir pada peserta didik yang umumnya anak-anak nelayan dan masyarakat sekitar,” katanya.

Bandar Bakau Dumai juga mendapat sorotan dari Aktivis SALAMBA. Aktivis menyoroti soal peran vital mangrove dalam ekosistem pesisir.

Yayasan Sahabat Alam Rimba [SALAMBA] gencar tanam tumbuhan kehidupan.

SALAMBA juga menyoroti peran krusial hutan mangrove dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir dan perlindungan lingkungan.

Mangrove, yang dikenal dengan kemampuannya menahan abrasi pantai, berfungsi sebagai habitat bagi berbagai spesies laut dan penyaring polutan yang mengalir dari daratan ke laut.

"Selain itu, hutan mangrove berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer, membantu mengurangi dampak pemanasan global," kata Ganda Mora.

Menurutnya, betapa pentingnya keberadaan mangrove, hutan mangrove sangat penting bagi ekosistem pesisir. 

“Hutan mangrove yang ada saat ini memiliki fungsi yang sangat penting dan vital bagi daratan kita. Selain menyediakan habitat untuk berbagai makhluk hidup, seperti hewan dan tanaman, mangrove juga berfungsi sebagai filter alami yang membantu mengurangi sedimentasi dan mencegah abrasi pantai," ucapnya. 

" Di wilayah pesisir, yang terletak di sepanjang garis pantai utara Dumai, peran mangrove sangat krusial dalam melindungi daratan dari dampak gelombang laut dan perubahan iklim," sebutnya.

Pentingnya mangrove dalam mendukung ekosistem laut. 

"Mangrove memiliki peran yang sangat signifikan dalam kelangsungan hidup kita. Selain berfungsi sebagai habitat bagi berbagai spesies, mangrove juga mendukung sektor pertanian dan perikanan," katanya.

'Lebih dari itu, mangrove berfungsi sebagai filter alami yang melindungi terumbu karang dari dampak sedimentasi dan polusi," ujarnya. 

Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya terkait perubahan kondisi mangrove, terutama di wilayah-wilayah yang telah dialihfungsikan menjadi area usaha seperti tambak udang.

“Dulu, mangrove di sekitar pantai sangat lebat dan sehat. Namun, seiring waktu, banyak area mangrove yang telah diubah fungsinya menjadi lahan usaha, seperti tambak udang," ucapnya.

"Perubahan ini berdampak negatif pada ekosistem laut, mengurangi jumlah mangrove dan merusak fungsi ekologisnya," sambungnya.

"Sangat penting bagi kita tidak hanya fokus pada penanaman mangrove saja, tetapi juga memastikan bahwa pemeliharaan dilakukan dengan baik dan bahwa keberhasilan penanaman dapat dipantau secara berkala," tambahnya. 

Ke depan Ganda berharap agar pemerintah dan komunitas lebih memperhatikan keberlanjutan hutan mangrove. 

Bank mangrove, pusat pembibitan untuk mendukung ketersediaan dan rehabilitasi mangrove di Dumai hingga luar daerah

“Menanam mangrove saja tidak cukup; pemeliharaan dan pemantauan yang baik adalah kunci keberhasilan. Pemerintah desa juga harus lebih aktif dalam memberikan edukasi dan dukungan yang diperlukan untuk menjaga dan memperluas area mangrove,” katanya.

"Kita perlu memastikan bahwa mangrove yang ditanam dapat bertahan dan berkembang dengan baik, bukan hanya fokus pada jumlah penanaman," katanya. 

Jadi Ganda Mora mengingatkan kembali, setiap peringatan Hari Mangrove Sedunia, pentingnya menjaga dan melindungi hutan mangrove, yang merupakan komponen vital dalam menjaga kesehatan ekosistem pesisir dan melawan perubahan iklim. (*)

Tags : hutan mangrove, bandar bakau dumai, hutan mangrove jadi pusat edukasi, hutan mangrove jadi sumber ekonomi masyarakat, peran mangrove dalam ekosistem pesisir, Sorotan, riaupagi.com,