Riau   2024/08/31 9:52 WIB

Bandara SSK II Pekanbaru Lakukan Antisipasi Virus Mpox, 'yang Sampai Kini Belum Terdeteksi'

Bandara SSK II Pekanbaru Lakukan Antisipasi Virus Mpox, 'yang Sampai Kini Belum Terdeteksi'

PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru mengadakan rapat koordinasi bersama Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas 1 Pekanbaru, untuk melakukan upaya meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Monkeypox (Mpox). 

"Virus Mpox sampai kini belum terdeteksi."

"Pencegahan perlu juga merupakan langkah pertama yang harus kita ambil. Semua pihak di bandara harus memahami risiko dan cara penularan Mpox agar kita dapat mencegah penyebaran lebih lanjut," kata Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Pekanbaru, dr Aryanti, MM MKM, Rabu (28/8/2024).

Rapat dilakukan dan fokus pada pencegahan dan pengendalian Mpox di pintu masuk negara melalui bandara.

Langkah ini merupakan respons cepat terhadap keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan Mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) pada 14 Agustus 2024. 

Penetapan status ini mendorong peningkatan kerjasama antara sektor kesehatan dan transportasi udara di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, untuk mencegah penyebaran penyakit yang semakin mengkhawatirkan ini.

dr Aryanti memaparkan pentingnya pemahaman dan pencegahan Mpox dalam pertemuan itu.

Selain itu, EGM Bandara SSK II Pekanbaru, Radityo Ari Purwoko, yang biasa dipanggil Oki, turut menekankan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi Mpox.

Ia menjelaskan bahwa Bandara Internasional SSK II Pekanbaru telah menyiapkan langkah-langkah strategis, termasuk pemasangan thermal scanner untuk mendeteksi suhu tubuh penumpang dan penyediaan tempat isolasi jika ditemukan kasus suspect.

Sejumlah pihak yang terlibat dalam rapat ini mencakup berbagai instansi, seperti PT Angkasa Pura II, Balai Kekarantinaan Kesehatan, Kantor Imigrasi, Bea Cukai, Airlines Operator Committee (AOC), serta berbagai maskapai dan groundhandling yang beroperasi di Bandara Internasional SSK II Pekanbaru.

Kerjasama lintas sektor ini diharapkan dapat memperkuat langkah pencegahan di pintu masuk udara internasional.

Di samping itu, Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE 5 DJU Tahun 2024 terkait penggunaan SatuSehat Health Pass bagi pelaku perjalanan luar negeri.

Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kontrol kesehatan dan meminimalisir risiko penularan penyakit dari luar negeri ke Indonesia.

Bandara Internasional SSK II Pekanbaru juga mempersiapkan diri untuk mengadopsi SatuSehat Health Pass, meskipun saat ini penerapannya baru berlaku di Bandara Soekarno-Hatta dan I Gusti Ngurah Rai. 

"Kami tetap waspada dan siap jika diminta untuk menerapkan protokol kesehatan tambahan," kata Oki, menekankan pentingnya kesiapsiagaan di situasi pandemi yang dinamis ini.

Dalam rapat tersebut, dr Aryanti juga menyoroti bahwa Mpox merupakan penyakit yang sangat mudah menular, sehingga pengetahuan dan kesadaran mengenai langkah pencegahan harus terus disosialisasikan kepada semua pihak yang terkait dengan perjalanan udara.

Rapat ini berhasil menetapkan berbagai strategi pengawasan kesehatan di Bandara Internasional SSK II Pekanbaru, termasuk memperkuat fasilitas karantina, meningkatkan sosialisasi kepada penumpang, dan menjalin koordinasi intensif dengan maskapai penerbangan.

tetapi di tengah meningkatnya kekhawatiran global akibat wabah cacar monyet atau Mpox, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Riau memastikan hingga saat ini virus tersebut belum ditemukan di wilayah Riau.

"Meskipun virus ini belum terdeteksi di sini, kewaspadaan harus tetap tinggi mengingat tingginya mobilitas masyarakat, baik dalam negeri maupun internasional," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Riau, Sri Sadono Mulyanto, Jumat (30/8).

Meski belum ada laporan kasus Mpox di Riau, Ibeng menekankan agar masyarakat tidak terlena.

Ibeng menegaskan pentingnya langkah-langkah pencegahan untuk melindungi masyarakat dari potensi penyebaran virus ini.

Beberapa langkah yang direkomendasikan termasuk rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mengenakan masker di tempat-tempat umum.

“Pencegahan utama adalah menjaga kebersihan diri,” tegasnya.

Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) juga merekomendasikan vaksinasi sebagai prioritas bagi petugas laboratorium, tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan, serta kelompok yang berisiko tinggi terpapar.

Ibeng juga mengingatkan, jika ada individu yang menunjukkan gejala Mpox, tindakan pencegahan harus segera diambil.

Langkah ini termasuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan isolasi bagi individu yang terinfeksi, guna mencegah penularan lebih lanjut.

Diketahui, Mpox menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi dari orang yang terinfeksi.

Gejala yang ditimbulkan sangat mirip dengan cacar biasa, termasuk demam tinggi, ruam kulit khas, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Ruam biasanya muncul pertama kali di wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Namun, untuk mendapatkan diagnosis yang pasti, diperlukan pemeriksaan medis yang lebih spesifik.

Ibeng menambahkan, meskipun saat ini Riau belum memiliki kasus Mpox, koordinasi terus dilakukan dengan berbagai pihak, termasuk rumah sakit dan klinik kesehatan, untuk memastikan kesiapsiagaan jika terjadi kasus di masa depan.

"Kami juga terus memantau perkembangan di daerah-daerah lain sebagai upaya deteksi dini," jelasnya.

Dengan situasi yang terus berkembang, masyarakat Riau diharapkan tetap waspada dan menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin untuk mencegah penyebaran Mpox ke wilayah ini. (*)

Tags : Bandara SSK II Pekanbaru, Monkeypox, Mpox,