Headline Batam   2024/12/22 13:11 WIB

Batam Bukan Tempat yang Cocok untuk Pensiun, LP3 Anak Negeri: 'Kotanya Memang Maju, Tapi karena Orientasinya Uang'

Batam Bukan Tempat yang Cocok untuk Pensiun, LP3 Anak Negeri: 'Kotanya Memang Maju, Tapi karena Orientasinya Uang'

BATAM - Batam bukan tempat yang tepat untuk pensiun. Rasanya tak akan berlebihan jika ada yang bilang Indonesia adalah negara yang tepat untuk pensiun.

Kebanyakan tempat masih lumayan menyenangkan, dan kehidupan berjalan begitu tenang. Tetapi Batam merupakan kota industri, kota tujuan wisata murah bagi orang-orang Singapura dan nilai tukar dolar asing ke rupiah tinggi. Hampir 90 persen yang tinggal di Batam itu adalah pendatang.

"Memang banyak tempat di Indonesia yang cocok untuk tempat pensiun. Tetapi bukan di Batam sebagai tempat terbaik untuk pensiun. Kota lain pun saya kira yakin masih banyak, dan memang terlalu banyak tempat yang bisa dijadikan pilihan," kata Wawan Sudarwanto dari Lembaga Penelitian Pengembangan Pendidikan (LP3) Anak Negeri seperti Minggu ini.  

Tapi, yang jelas, Batam bukan salah satunya tempat orang-orang duduk dan berdiam diri untuk menghabiskan waktu masa pensiun.

"Kota itu maju karena orientasi masyarakat hanyalah uang."

"Kota yang menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi nasional ini kerap kali dipersepsikan oleh orang awam sebagai tempat perantauan terbaik untuk para pihak yang berorientasi terhadap aspek finansial. Pertumbuhan ekonomi yang melejit pesat di Batam dilatarbelakangi oleh statusnya sebagai zona perdagangan internasional, serta investasi yang mengalir ke sektor-sektor manufaktur dan perdagangan," sebutnya.

Menurutnya, hal ini lah yang menciptakan lapangan kerja baru, peluang bisnis dan investasi yang amat menggiurkan bagi warga Batam dan para perantau.

"Secara tidak langsung, masyarakat tampaknya telah mengadopsi orientasi yang kuat terhadap uang sebagai tujuan utama dalam upaya mereka untuk memanfaatkan peluang ekonomi yang ada."

"Hanya saja, yang tergambar selama ini, sudah menunjukkan bahwa Batam jelas-jelas bukan tempat terbaik untuk pensiun. sudah jelas tidak ada yang bisa mencari ketenangan di tempat orang bergerak begitu cepat untuk mencari kepingan rupiah," katanya.

"Banyaknya perantau yang berasal dari luar Kota Batam menimbulkan sebuah keberagaman dengan latar belakang budaya, agama, etnis dan sebagainya yang berpotensi menimbulkan pengkotak-kotakan," sebutnya.

"Ini menjadi tantangan para masyarakat perantau yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda untuk dapat beradaptasi lebih baik, karena jika hal ini tidak dapat berjalan mulus malah hanya memicu ketegangan dan mispersepsi antar pihak-pihak yang memiliki latar belakang berbeda," terangnya.

Fragmentasi sosial, menurut Wawan, menjadi resiko besar dari adanya pluralitas yang ada di Kota Batam.

Ketika kelompok-kelompok yang berbeda hidup berdampingan tetapi tidak berinteraksi atau bahkan merasa tidak nyaman antara satu dengan lainnya, hal ini dapat mengakibatkan perpecahan dalam masyarakat, "ketidakpahaman dan stereotip yang berkembang dapat merusak hubungan antar-kelompok dan membatasi kesempatan kolaborasi yang positif," katanya.

Tetapi yang ada pengkotak-kotakan juga dapat diperburuk oleh faktor ekonomi, sosial, atau politik. Jika sumber daya terbatas atau kesenjangan ekonomi melebar antara kelompok-kelompok, ini bisa memicu persaingan yang merugikan.

"Terlebih lagi, pemilihan dan retorika politik yang menguatkan perbedaan dapat mengancam keharmonisan dan menyuburkan polarisasi. Ini pernah terjadi beberapa tahun silam, di mana terdapat konflik antara kelompok Batak dan Flores yang membuat keos kondisi Batam kala tahun 1999 itu," cerita dia.

Wawan Sudarwanto mengamati, seiring dengan pertumbuhan pesat dalam sektor perindustrian, Batam telah menjadi pusat aktivitas manufaktur dan perdagangan. Namun, dampak dari aktivitas ini terhadap lingkungan telah menjadi sumber keprihatinan.

"Polusi udara, darurat ketersediaan air bersih, limbah industri, dan degradasi tanah adalah beberapa masalah lingkungan yang semakin memburuk. Selain itu peningkatan produksi dan konsumsi juga berkontribusi pada peningkatan limbah yang dihasilkan, hal ini yang kemudian semakin memperparah beban lingkungan," ungkapnya.

Batam dekat dengan luar negeri tapi jauh dari bagian Indonesia yang lain.

Batam memang memiliki kedekatan geografis dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, tetapi malah memiliki jarak yang cukup jauh dari daerah lain di Indonesia, sebutnya.

"Ya memang, pensiun itu perkara mencari ketenangan. Tapi tak lantas tercerabut penuh dari hiruk pikuk dunia. Jauh dari bagian Indonesia yang lain ya agak susah juga kalau dipikir-pikir, meski semaju Batam sekalipun," ujar Wawan.

Pulau Batam, menurutnya, memiiki pertumbuhan penduduknya 158  kali lipat dalam kurun waktu 5 dekade ini surganya dunia. Banyak lowongan kerja, gampang mencari uang dan banyak hiburan (terutama dunia malam).

Rumah-rumah di Batam status tanahnya bukan hak milik. Biaya hidup di Batam lumayan mahal tapi wajar karena hampir semua sembako - terutama beras - didatangkan dari luar pulau seperti Jawa dan Sumatra. Jadi sudah pasti harganya tinggi karena ada biaya transportasi lintas pulau.

Tetapi di Batam semuanya dijual dengan satuan kilogram atau ons. "Bayangkan, batang kangkung yang keras dan tidak dapat dimasak harus tetap dibayar juga. Ini berlaku juga untuk kulit buah seperti rambutan, bengkoang dan durian.

Kehadiran transportasi masal di Batam sepertinya hanya syarat saja. Meski ada beberapa trayek baru tapi  Trans Batam tidak beroperasi selama 24 jam. Padahal kota ini dulunya diproyeksi akan menjadi Singapuranya Indonesia. Kendaraan pribadi menjadi solusi atas semua masalah ini yang mengakibatkan masalah baru. Di jam-jam sibuk Batam sudah mulai macet seperti Jakarta.

Belum lagi kompetisi tenaga buruh murah di Vietnam dan China membuat PMA memindahkan pabrik mereka dari Batam.

Iklim di pulau kecil seperti Batam sangatlah berbeda dengan pulau-pulau besar. Hujan panas bisa datang tiba-tiba tanpa diundang namun paling sering cuaca panas. Dan yang paling mengerikan adalah angin puting beliung yang dapat merobohkan pohon. Sementara barang-barang elektronik masih tergolong murah, mulai dari ponsel, kamera, komputer sampai televisi.

Jadi Wawan Sudarwanto menyimpulkan, meskipun ada dukanya di Batam, hidup harus dijalani dan masyarakat yang tinggal di Batam terbukti mampu bertahan di kondisi seburuk apapun. (*)

Tags : batam, kepri, batam bukan tempat cocok untuk pensiun, LP3 Anak Negeri, kota batam maju karena orientasinya uang,