Kolom Opini   2021/12/21 21:27 WIB

Benarkah Indonesia Sudah Relatif Aman dari Covid-19?

Benarkah Indonesia Sudah Relatif Aman dari Covid-19?

JURU BICARA Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut Indonesia saat ini menjadi salah satu negara paling aman dari Covid-19. 

Nadia mengingatkan, masyarakat untuk tidak bepergian dulu ke luar negeri mengingat, sebagian dunia saat ini tengah dilanda penularan hebat varian Omicron.

 "Kalau lihat angka positif jumlah kasus harian dan kematian kita pada kondisi laju penularan yang rendah dan reproduktif number kita < 1," kata Nadia, Selasa (21/12).

Menurutnya, kepergian warga ke luar negeri akan membuat yang bersangkutan keluar dari zona aman menuju zona yang berpotensi berbahaya. Dan sekembalinya ke Tanah Air, pelaku perjanalan berpotensi membawa varian Omicron ke Indonesia dan pastinya akan merusak situasi yang sudah kondusif ini.

"Penting sekali bagi kita untuk saling menjaga orang-orang terdekat agar tidak tertular Covid-19, terlebih dengan adanya varian Omicron saat ini. Jadi saya tegaskan kembali agar tidak berpergian ke luar negeri dahulu untuk kebaikan kita bersama,” tegasnya.

Melansir data Satgas Covid-19, hingga Selasa (21/12) ada tambahan 216 kasus baru yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia. Sehingga total menjadi 4.260.893 kasus positif Covid-19.

Sedangkan, jumlah orang yang meninggal akibat virus Corona di Indonesia bertambah 11 orang menjadi sebanyak 144.024 orang. Jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia masih sama seperti Senin (20/12) yakni 4.829 kasus, di mana tidak ada penambahan kasus aktif.

Per Selasa (22/12), Balitbangkes Kemenkes mencatat penambahan varian Delta terbanyak di Indonesia saat ini masih di DKI Jakarta dengan total 1.690 kasus, disusul Jawa Barat dengan 999 kasus. Ribuan temuan varian itu teridentifikasi di Indonesia berdasarkan metode pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) terhadap total 10.358 spesimen yang diperiksa hingga Ahad (19/12).

Kemudian, varian Alpha tercatat ada 81 kasus, dengan temuan terbanyak di DKI Jakarta dengan 38 kasus. Untuk varian Omicron baru terdeteksi tiga kasus yakni, di DKI Jakarta.

Pelaku perjalanan meningkat

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, tren kenaikan kedatangan pelaku perjalanan dari luar negeri ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk tetap mempertahankan kondisi Covid-19 yang masih terkendali. Apalagi, tren kedatangan pelaku perjalanan dari luar negeri ke Indonesia terus tercatat meningkat.

Wiku pun mengingatkan masyarakat untuk menunda perjalanan ke luar negeri. Hal ini dilakukan mencegah terjadinya importasi kasus khususnya varian Omicron yang tengah menyebar secara global.

"Pemerintah meminta masyarakat untuk menunda perjalanan ke luar negeri karena dapat memperburuk kondisi kasus nasional bila terjadi importasi kasus," ujar Wiku dalam konferensi persnya secara daring, Selasa (21/12).

Wiku mengatakan, sejauh ini kasus positif di Indonesia masih terus konsisten mengalami penurunan dan telah bertahan selama 22 minggu. Begitu juga dengan kasus kematian yang masih terus menurun selama 20 minggu terakhir. Namun demikian, jika dilihat dari angka reproduksi efektif atau Rt yang menggambarkan potensi penularan di masyarakat, konsisten mengalami peningkatan sejak titik terendah pada September.

“Kenaikan yang terjadi masih cenderung terkendali karena Rt saat ini masih di bawah 1,” kata Wiku.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai situasi di Indonesia saat ini masih belum aman. Oleh karenanya, menurutnya sangat keliru bila ada pernyataan yang menyebut Indonesia lebih aman dibandingkan negara lain.

"Tidak ada negara yang mengklaim lebih aman atau sudah aman dari satu varian baru seperti Omicron. Karena dasarnya bicara satu wabah tentu bicaranya seberapa banyak populasi di wilayah teesebut yang akan rentan. Ini bicara imunitas kan , apakah itu vaksinasi atau sudah terinfeksi," kata Dicky kepada Republika, Selasa (21/12).

Bila berbicara varian Omicron, baik vaksinasi dan orang yang sudah terinfeksi pun, menurut Dicky, masih bisa tertular. Meskipun ada perbedaan dampaknya.

"Artinya ya tidak bisa menyebut aman. Kalau bicara aman kalau satu potensi secaa imunitas dari sisi, jangan mengandalkan jumlah orang yang sudah terinfeksi, itu sangat tidak etis dan kedua itu mengandalkan keberuntungan," tuturnya.

Sementara untuk cakupan vaksinasi, lanjut Dicky, Indonesia masih jauh dari pencapaian cakupan vaksinasi yang diharapkan. Oleh karenanya vaksin baik dosis pertama dan dosis lengkap harus terus dikejar.

Bahkan, dalam menghadapi ancaman Omicron pun vaksin booster sangat penting untuk kelompok rawan baik tenaga kesehatan maupun lansia dan orang dengan komorbid.

"Dua itu Indonesia masih PR besar. Kecuali sudah bisa kasih booster ke kelompok rawan dan sebagian populasi sudah booster. Surveilans kita, prokes baik 3 M atau 5 M masih rendah. Oleh karenanya saya menyayangkan bahasa 'lebih aman' okelah untuk menenangkan, tapi cara komunikasi risiko harus dipahami," tegas Dicky.

Ia kembali menekankan, bahwa varian omicron merupakan ancaman dan tidak boleh diremehkam. "Apa yang terjadi di luar bisa terjadi di kita (Indonesia)," tegasnya.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Tjandra Yoga Aditama menyarankan pemerintah mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi potensi penularan Omicron di Indonesia. Menurut Tjandra penyebaran Omicron di dunia nampaknya tidak terbendung lagi termasuk di Indonesia.

"Kita harus hope for the best dan prepare for the worst. Dari kacamata kesehatan maka sudah harus disiagakan fasyankes, bukan hanya RS tapi juga pelayanan kesehatan primer," kata dia.

Tags : omicron masuk Indonesia, varian omicron, covid varian omicron, pandemi covid 19,