Bencana hidrometeorologi mendominasi di 9 Kabupaten dan Kota di Riau selama 2024.
PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Sebanyak 6.467 korban jiwa terpaksa mengungsi dengan kejadian terbanyak berupa kebakaran hutan dan lahan, disusul banjir, serta cuaca ekstrem selama tahun 2023-2024.
"Bencana hidrometeorologi diprediksi masih akan mendominasi pada tahun 2024."
”Sepanjang tahun 2023, dalam sehari ada 15-17 kali bencana skala kecil dan menengah, hampir setiap bulan ada bencana besar dengan korban jiwa,” kata Kepala Pelaksana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), M Edy Afrizal dalam keterangan pers tentang Kaleidoskop Bencana 2023 dan Outlook Bencana 2024, Sabtu (13/1/2024).
Data BNPB menunjukkan, bencana kebakaran hutan dan lahan tercatat paling banyak disusul banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor, kekeringan dan gelombang pasang serta abrasi.
Sementara bencana banjir mengakibatkan 6.467 korban jiwa terpaksa mengungsi tahun ini.
Menurut Edy, besarnya kejadian bencana kebakaran hutan dan lahan disebabkan adanya El Nino. ”Pada 2023 juga karena ada EL Nino moderat,” katanya.
Serangkaian bencana ini, Edy tidak merincikan jumlah orang yang meninggal, hilang, dan luka-luka. Tetapi warga yang terdampak dan pengungsi sudah ribuan orang.
Menurutnya, bencana juga juga menyebabkan rumah rusak baik mengalami rusak berat. Fasilitas umum yang rusak sekolah, rumah ibadah, dan fasilitas kesehatan.
Jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah korban jiwa relatif menurun. Pada tahun 2024, kejadian bencana diakui cukup dahsyat.
Tetapi jumlah kerusakan rumah dalam benacana banjir juga cenderung menurun.
Sementara tujuh daerah dengan frekuensi kejadian bencana terberat. Sementara daerah yang mengalami bencana paling sedikit adalah Kota Pekanbaru, berupa banjir dan kekeringan yang menyebabkan krisis pangan.
Seperti banjir, kata Edy yang terjadi di Riau sejak beberapa pekan belakangan ini mengakibatkan 6.467 warga di empat Kabupaten/Kota, yakni Rohil, Meranti, Bengkalis dan Kota Dumai mengungsi.
"Sementara untuk kabupaten/kota lain belum ada warga yang tercatat mengungsi walaupun daerahnya terdampak," kata Kalaksa BPBD Riau, M Edy Afrizal, Sabtu (13/1).
Sementara untuk kabupaten dengan jumlah pengungsi terbanyak ditemukan di Kabupaten Rohil dengan total 3.992 jiwa akibat rumahnya terandam banjir.
"Selain di Rohil, di kabupaten kepulauan meranti juga banyak, ada 2.240 jiwa yang mengungsi," ucapnya.
Sisanya tersebar di sejumlah daerah, yakni Kabupaten Bengkalis ada 191 orang dan di Kota Dumai ada 44 orang.
Sejauh ini bencana banjir yang terjadi di Provinsi Riau membuat 4.686 Kepala Keluarga (KK) dan 18.744 jiwa warga Riau yang terdampak, bahkan sudah menelan empat korban jiwa.
Tidak hanya itu, bencana banjir di Riau juga menyebabkan ribuan rumah dan fasilitas umum, seperti jalan, masjid dan sekolah ikut terendam.
Total ada 29 sekolah SMA sederajat di Riau yang harus meliburkan siswanya karena ruang kelas terendam air.
Itu belum termasuk SD dan SMP yang kewenangannya ada di masing-masing kabupaten/kota.
BPBD Riau sudah melakukan upaya penanganan seperti melakukan evakuasi warga, mendistribusikan bantuan logistik, seperti beras gula sarden selimut kain sarung air mineral. Kemudian mendirikan dapur umum dan posko pengungsian.
"Kita juga sudah membuat permohonan bantuan kepada pusat semoga bisa segera diproses namun saat ini pusat juga sudah membantu untuk kesiapsiagaan kita di daerah, seperti saat ini ada logistik selimut yang masih ada dari pusat sebelumnya," tuturnya.
Selain itu, BPBD Riau juga melakukan evakuasi kepada warga yang berada di daerah Kampar dan Rohil namun ada beberapa warga yang memilih bertahan di rumahnya.
"Memang masyarakat kita ini ada yang mau dievakuasi dan ada yang memilih tetap bertahan di rumahnya," sebutnya.
"Bagi yang bersedia dievakuasi kami lakukan evakuasi dan yang tidak mau, kami tetap memantau mereka dan tetap menyalurkan logistik yang mereka butuhkan dan mengimbau agar tetap waspada," ujarnya.
Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat khususnya orangtua untuk mengontrol anak-anak yang bermain di aliran air deras, karena berisiko terseret arus.
Proyeksi 2024
Menurut Kalaksa BPBD Riau, M Edy Afrizal, pada 2024 ini bencana hidrometeorologi kemungkinan masih akan mendominasi.
Untuk bulan tiga bulan pertama, yaitu Januari, Februari, Maret, bisa dipastikan bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan longsor.
”Kami sudah sampaikan ke daerah-daerah, misalnya pada bulan pertama ini yang akan terdampak banjir dan longsor, seperti di 9 daerah bencana banjir bisa diprediksi,” katanya.
Menurut dia, memasuki musim kemarau, ancaman kebakaran hutan dan lahan diproyeksikan akan kembali terjadi. Meskipun demikian, skalanya dinilai tidak akan sebesar pada 2023.
Kalaksa BPBD Riau, M Edy Afrizal menambahkan, sepanjang 2023 juga banyak tempat pembuangan sampah yang terbakar yang harus diantisipasi pada musim kemarau 2024 mendatang.
”Tempat pembuangan sampah jangan sampai terbakar. Semoga ini tidak terjadi pada 2024, tetapi kalau terjadi kita sudah lebih siap,” ujarnya.
Terkait bencana hidrometeorologi, sejumlah permukiman warga di kabupaten dan kota di Riau sudah banyak terendam banjir. Pemerintah Provinsi Riau telah menetapkan status siaga banjir yang mengakibatkan ribuan warga terdampak.
BPBD Ria mencatat, semblan daerah yang terdampak banjir. Tetapi daerah yang terdampak paling parah adadi tujuh daerah. Banjir di daerah ini salah satu penyebab Waduk PLTA dibuka.
Ketinggian air yang menggenangi lokasi ada yang mencapai lebih dari 1 meter. Tim Basarnas bersama sukarelawan dan BPBD Riau terus membantu penyelamatan keluarga yang terdampak banjir.
Edy menuturkan, jumlah warga yang terdampak banjir di daerah secara keseluruhan sudah mencapai ribuan penduduk. Ribuan warga yang terdampak banjir tersebar di wilayah kecamatan.
”Kami masih mendata jumlah warga yang terdampak banjir di sembilan daerah ini. Kami menyiapkan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum warga yang mengungsi ke sejumlah lokasi yang aman,” tuturnya. (*)
Tags : bnpb, riau, banjir, bencana, bencana hidrometeorologi,