Banyak lembaga pendidikan berbasis pesantren belum tercatat di Kemenag.
SOSIAL - Direktur Pendidikan Diniyah dan Pesantren Kementerian Agama (Kemenag), Basnang Said menegaskan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi momentum penting untuk menata ekosistem pesantren di Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan Basnangdalam Halaqah Pesantren GAPPI bertema “Manifesto Koperasi Pesantren sebagai Perwujudan Holding Pesantren” di Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Depok, Sabtu (6/12/2025).
Basnang mengungkapkan, potensi pesantren di Indonesia sangat besar. Saat ini terdapat 42.399 pesantren dengan jumlah santri sekitar 6,2 juta jiwa. Meski demikian, ia menilai jumlah santri sebenarnya jauh lebih besar.
Dia menegaskan, banyak lembaga pendidikan berbasis pesantren, seperti SMP, SMA, dan SMK, yang belum seluruhnya tercatat sebagai bagian dari satuan pendidikan pesantren.
“Banyak sekolah dan madrasah berada di bawah manajemen pesantren, namun belum dapat dikategorikan sebagai pesantren karena berbagai alasan. Misalnya, dana BOS yang masih berasal dari dinas pendidikan provinsi,”ujar Basnang.
Meski demikian, ia menekankan, para siswa yang berada di lembaga tersebut tetap merupakan santri dalam ekosistem pesantren. Hal tersebut, ujar dia, harus diperbaiki melalui pendataan menyeluruh. Basnang menilai program MBG dari pemerintah membuka jalan percepatan pembenahan data santri nasional.
"Sekarang momentum yang sangat bagus ada MBG. MBG, makan bergizi gratis, yang setiap santri harus dihitung, maka ujung-ujungnya pesantren pasti rapi datanya," ucapnya.
“Karena kalau tidak rapi datanya, nanti ujungnya akan ada santri yang tidak makan dan tidak mendapatkan MBG,”ujar dia.
Melalui proses penyerasian data ini, Kemenag memetakan potensi santri secara lebih luas. Hasil sementara menunjukkan bahwa Indonesia memiliki sekitar 18 juta santri di tiga kategori lembaga sesuai UU Pesantren Nomor 18 Tahun 2019.
Basnang oun menjelaskan tiga bentuk pendidikan yang berada dalam ekosistem pesantren tersebut, yaitu pendidikan formal pesantren, pendidikan nonformal pesantren, dan Pesantren terintegrasi dengan pendidikan umum. “Rumahnya bernama pesantren, tapi di dalam rumah itu ada kamar-kamar: ada MI, MTs, karya, SMK, SMA, dan bahkan banyak perguruan tinggi. Ini adalah ekosistem pesantren,” jelas Basnang.
Ia mengakui model ketiga merupakan yang terbanyak dan masih memerlukan penataan lebih serius. Meski demikian, keberadaan MBG membuat seluruh elemen pesantren kini mulai tertata dan terdorong untuk memperbarui data secara sistematis.”Sekarang potensinya yang kita dapatkan ada 18 juta santri. 18 juta santri terdiri dari tiga jenis lembaga pesantren itu,” kata dia. (*)
Tags : pesantren, pesantren dan mbg, santri dan mbg, data santri, basnang said, data santri pesantren, jumlah santri pesantren,