PARIWISATA - Pada tahun 1943, penduduk di Desa Imber dan Tyneham, Inggris diberi waktu satu bulan untuk meninggalkan desa mereka. 80 tahun kemudian, desa itu tetap tak berpenghuni, bahkan dijuluki sebagai desa hantu.
Ketika menepi di sisi jalan, kita bisa menghubungi layanan telepon militer Area Pelatihan Salisbury Plain. Rekaman pesan suara yang saya dengar menyebutkan bahwa jalan menuju desa hantu Imber telah dibuka.
Disisi jalan itu juga melintasi palang yang biasanya menutup akses menuju desa. Tank-tank yang meledak terlihat di sisi jalan, memperingatkan soal ancaman puing-piing militer yang belum meledak.
Apa yang dulu dikenal sebagai “desa paling sepi di Inggris” ini terasa sangat jauh dari kota-kota indah yang dilalui dalam perjalanan ke sini.
“Menuju Little Imber, 11 kilometer dari kota mana pun.”
Seperti yang disampaikan oleh plang lokal tua yang berdiri disitu, Desa Imber dikenal karena lokasinya yang terpencil di lembah berangin dan padang rumput terjal di Dataran Salisbury, dan ini memupuk semangat komunitas yang memungkinkan penduduk desa bertahan hidup di musim dingin yang keras di dataran.
Namun, lokasinya yang terisolasi pada akhirnya menjadi alasan mengapa desa itu mati.
Terletak di pedesaan selatan Inggris, Dataran Salisbury sekarang menjadi area pelatihan militer terbesar di Inggris.
Sebelum Perang Dunia Kedua, jarak aman sekitar 900 meter ditetapkan ketika tentara sedang berlatih di dataran ini.
Namun karena ada lebih banyak pasukan yang tiba di area ini, dan intensitas pelatihan meningkat sebelum hari H, akhirnya diputuskan bahwa keselamatan penduduk desa tidak bisa lagi dipertahankan.
Pada 1 November 1943, penduduk desa dipanggil untuk rapat dan diberi tahu bahwa mereka memiliki waktu 47 hari untuk meninggalkan desa.
Meskipun sebagian penduduk desa dengan berat hati menerima keputusan itu sebagai bentuk pengorbanan dalam masa perang, yang lainnya patah hati.
Sehari setelah pertemuan itu, Albie Nash, seorang pandai besi di desa, ditemukan tersungkur di besi landasan kerjanya, sambil menangis.
Nash jatuh sakit dan meninggal beberapa minggu kemudian.
Setelah perang, muncul pengumuman bahwa Desa Imber dipertahankan sebagai tempat pelatihan militer.
Penduduk desa yang mengatakan bahwa mereka dijanjikan bisa kembali ke desa itu, mereasa dikhianati.
Kampanye “Forever Imber” berhasil menarik perhatian publik hingga dibahas di Dewan Bangsawan, tetapi keputusan bahwa area pelatihan militer tetap dipertahankan, telah final.
Saat ini, meskipun Imber masih menjadi kawasan pelatihan militer yang aktif, desa tersebut tetap kosong.
Desa itu tidak berpenduduk, tidak memiliki kode pos, dan hanya bisa diakses publik dalam maksimal 50 hari dalam setahun.
Namun Neil Skelton, seorang penjaga Gerja St Giles abad ke-13 Imber mengatakan, “tidak yakin apakah betul-betul diberi akses hingga 50 hari penuh.”
Selain gereja yang telah dipugar, hanya beberapa bangunan asli yang tersisa di desa itu karena rusak akibat pelatihan militer atau karena ditelantarkan.
Meski demikian, Imber tetap menarik pengunjung.
Sebelum pandemi, sekitar 16.000 orang berkunjung ke Imber setiap tahunnya untuk mempelajari lebih lanjut mengenai sejarah aneh Imber dan menjelajahi salah satu desa yang paling sulit diakses di Inggris.
Mengunjungi pada hari pertama dari empat hari ketika desa itu dibuka pada awal Januari 2023. Konvoi mobil yang berlumur lumpur bertolak menuju desa.
Kegiatan di Imber berpusat di sekitar Gereja St Giles. Lonceng berbunyi di saat orang-orang merawat pemakaman di halaman gereja dan menjelajahi interior abad pertengahannya.
Gerja di sini terus mengadakan kebaktian tahunan pada Hari Peringatan Pahlawan. Mereka yang pernah tinggal di Imber juga masih berhak dimakamkan di halaman gereja.
Kisah tentang Desa Imber terus berkembang secara tidak terduga. Ide soal Imberbus, yaitu hari dibukanya desa yang paling populer, lahir secara kebetulan di sebuah pub di Bath.
Setiap musim panas, bus Routemaster klasik mengangkut ribuan penumpang melintasi Dataran Salisbury di antara kota Warminster dan Imber, mengumpulkan banyak uang untuk amal.
Penyelenggaranya, Lord Hendy dari Richmond Hill mengatakan, “Kami memilih Imber karena itu adalah tempat yang tidak mungkin untuk mengoperasikan layanan bus, dan adalah tantangan tersendiri karena aksesnya terbatas bagi semua orang, kecuali dalam beberapa hari dalam setahun… Kami juga sudah membuat desa itu dikenal lebih luas.”
Meskipun diminati, akses berkelanjutan ke Imbar tidak sepenuhnya dijamin.
Menurut Skelton, meskipun Kementerian Pertahanan dapat memberikan akses hingga 50 hari kepada publik, mereka hanya diwajibkan untuk membuka aksesnya satu hari setiap tahun.
“Sekitar lima tahun yang lalu, jumlah hari yang bisa diakses publik telah dipotong menjadi tiga akibat pelanggaran,” kata Skelton seperti dirilis BBC.
Namun dia menjelaskan bahwa dia berhasil membujuk Komandan Area Pelatihan Salisbury, petugas yang bertanggung jawab atas area tersebut, untuk meningkatkannya menjadi lebih dari 12 hari saat ini.
Saat ini, akses publik memungkinkan ribuan orang mengetahui kisah Imber.
Kerabat dari para penduduk Imber juga bisa mempertahankan hubungan fisik dengan masa lalu mereka.
Imber bukan satu-satunya yang menjadi desa hantu pada musim gugur 1943.
Sekitar 80 kilometer ke arah selatan, tepatnya di garis pantai yang merupakan satu-satunya Situs Warisan Dunia alami Inggris, area parkir mobil di Desa Tyneham tampak penuh.
Pengemudi mengantre, dengan tatapan penuh harap di saat para pejalan kaki dengan anjing mendekati mobil yang diparkir.
Melalui kaca depan, saya memandangi desa yang penuh dengan pengunjung itu, meskipun desa itu juga tidak dihuni.
Pada 16 November 1943, pengumuman evakuasi disampaikan untuk semua warga di Tyneham.
Kutipan dari pengumuman itu berbunyi: “Angkatan Darat harus memiliki lahan yang sangat sesuai dengan kebutuhan khusus mereka, di mana mereka dapat menggunakan peluru tajam.”
Desa ini dipilih karena kecil dan relatif terpencil. Penduduk Tyneham hanya diberi waktu 28 hari untuk meninggalkan desa itu.
Meskipun pengumuman itu tidak menyebutkan apakah evakuasi tersebut bersifat permanen, warga meyakini bahwa mereka akan kembali.
Salah satu warga yang meninggalkan desa itu di saat-saat terakhir, menyematkan catatan di pintu gereja.
"Tolong perlakukan gereja dan rumah-rumah dengan baik. Kami telah menyerahkan rumah kami, di mana kami tinggal turun temurun selama beberapa generasi demi membantu memenangkan perang agar orang-orang bebas. Kami akan kembali suatu hari nanti dan terima kasih telah memperlakukan desa ini dengan baik," demikian bunyinya.
Namun setelah Perang Dunia Kedua berakhir, pemerintah mengumumkan keputusan mereka untuk mempertahankan Tyneham sebagai bagian dari Lulworth Ranges, yakin zona militer yang digunakan oleh tank dan kendaraan lapis baja untuk latihan tembak langsung.
Kampanye untuk mengizinkan penduduk kembali ke desa itu pun muncul pada 1960-an, hingga diadakan debat di parlemen.
Tetapi keputusan pemerintah untuk mempertahankan daerah tersebut untuk pelatihan militer dianggap telah final.
Meskipun desa itu tidak dikembalikan kepada warga, publik mendapat akses terbatas ke Tyneham serta jalan setapak yang melintasi zona latihan tembak.
Desa ini buka hampir setiap akhir pekan, juga selama periode liburan tertentu.
Seperti yang saya lihat, sepertinya jumlah orang yang tertarik mengunjungi Tyneham tidak pernah berkurang.
Seorang juru bicara dari Organisasi Infrastruktur Pertahanan (DIO) yang mengelola situs tersebut memperkirakan antara 1750.000 hingga 185.000 orang mengunjungi Tyneham setiap tahun.
Lynda Price, yang memimpin konservasi dan pengembangan Tyneham dari tahun 1994 hingga pensiun pada 2019 mengatakan bahwa “cara terbaik untuk mendeskripsikannya adalah melalui wisata yang tidak disengaja”.
Ketika berjalan ke desa dari tempat parkir mobil, pondok-pondok di Kantor Pos Row dan membaca papan informasi yang menceritakan kisah orang-orang yang tinggal di sana, seperti Gwendoline Driscoll yang menjadi kepala kantor pos sampai warga desa itu dievakuasi.
Beberapa bangunan yang hancur ditutupi dengan pagar logam.
Menjelajahi bekas gedung sekolah, yang tampak seolah aktivitas belajar mengajarnya baru saja dihentikan.
Lalu duduk dalam ketenangan gereja, rasanya seolah-olah penghuninya baru saja dipanggil pergi.
Sekitar 1,6 kilometer dari Tyneham, yang masih merupakan bagian dari kawasan Lulworth Ranges, adalah Teluk Worbawrrow, di mana orang-orang mengunjunginya bahkan ketika cuaca dingin di bulan Januari.
Ketika mendaki jalur pendek ke pantai yang curam di atas teluk itu, saya dapat melihat Tyneham yang terletak di lerengnya.
Garis pantai yang menakjubkan dari bentangan semenanjung Isle of Purbeck ini, dengan tebing kapurnya, mengelilingi padang rumput dan perbukitan.
Ini adalah tragedi ketika dua komunitas masyarakat yang telah bertahan selama berabad-abad musnah dalam waktu satu bulan.
Penduduk Imber dan Tyneham memang tidak akan pernah bisa menyebut desa-desa itu sebagai rumah lagi. Namun pemanfaatannya sebagai daerah pelatihan militer yang membuatnya minim pembangunan dan populasi manusia yang menetap justru membuat satwa liar dapat berkembang biak.
Di sekitar wilayah Tyneham terdapat banyak bunga-bunga langka, jamur, dan serangga, termasuk kupu-kupu Lulworth Skipper, yang hanya ditemukan di bentangan garis pantai ini.
Namun, seperti yang diinformasikan oleh juru bicara DIO, “Kejaiban Tyneham yang sebenarnya dan kawasan pengunungan sekitarnya adalah mosaik padang rumput yang kaya akan bunga liar, hutan-hutan kuno, kawasan berlumpur dan padang rumput yang terbebas dari intensifikasi pertanian karena berada di bawah kepemilikan Kementerian Pertahanan.”
Dataran Salisbury juga menopang banyak flora dan fauna yang penting, termasuk lebah Sainfoin yang hanya ditemukan di Inggris, di beberapa situs di area Dataran Salisbury.
“Ada banyak spesies langka, tidak biasa, dan dilindungi yang tumbuh subur di dataran tersebut,” kata Dr Jemma Batten, manajer proyek Konservasi Dataran.
“Karena alasan ini, kawasan ini memenuhi syarat sebagai Situs Kepentingan Ilmiah Khusus, sebagai Situs Khusus Kawasan Lindung dan Kawasan Khusus Pelestarian,” sambungnya.
Jadi, meski orang-orang mungkin tidak lagi bisa tinggal di Tyneham atau Imber, kehidupan di kedua desa ini terus berlanjut. (*)
Tags : desa hantu, berwisata ke desa hantu di inggris, desa ditinggal sejak perang dunia II, desa hantu dikembangkan jadi wisata,