"Selama Pandemi Covid-19 dan ketika bepergian untuk suatu pekerjaan, mampir ke sebuah kafe untuk mengonsumsi kafein pada pagi hari"
opi disajikan dengan metode pour over - menuangkan air ke kopi bubuk dan disaring menggunakan filter dicampur sedikit gula, si barista mungkin bisa menawarkan bagi orang-orang yang kurang tidur. Budaya kedai kopi yang penjualnya bertanya, 'Anda ingin minum kopi seperti apa?'
Sebenarnya, kopi itu cukup enak. Sebuah kafe yang ternyata dianggap banyak foodie alias penikmat makanan, sebagai salah satu tempat kopi terbaik banyak di kota kota besar.
Bagian dari pesonanya adalah penegakan aturan budaya minum kopi yang ketat.
Beberapa kafe adalah bagian dari generasi baru kedai kopi kelas atas ada pula yang telah mengadopsi kebijakan tanpa toleransi pada gula, susu dan krim untuk menjaga kualitas kopi.
Yang lain hanya memilih untuk tidak menjual minuman berbasis espresso yang lebih kecil 'untuk dibawa' karena mereka merasa rasanya akan kurang enak jika tidak dinikmati segera.
Sering disebut kedai kopi Third Wave (gelombang ketiga), para penggemar kopi menggunakan biji kopi berkualitas tinggi yang mereka rasa harus dikonsumsi tanpa dicemari oleh rasa tambahan (bahkan yang ingin ditambahkan oleh pelanggan mereka).
Banyak kedai kopi 'garis keras' tanpa toleransi ini merasa bahwa mereka sekedar mendidik kembali konsumen dengan menerapkan aturan-aturan ini, tetapi masalahnya adalah polarisasi.
"Untuk mengatakan 'kami sangat berkualitas sehingga kami memiliki aturan ini', telah berhasil di beberapa tempat. Beberapa pelanggan melihat aturan itu dan berkata 'wow, orang-orang ini menganggapnya sangat serius'," kata Sarah Leslie, anggota Barista Guild Leadership Council, sebuah grup perdagangan untuk barista kopi spesial di Eropa dan Amerika Utara seperti dirilis BBC.
"Tapi itu juga bisa mengasingkan orang yang baru saja masuk ke kopi khusus (specialty coffee)," tambahnya.
Yang telah mendapatkan status ini termasuk Aunty Peg's di Melbourne dan Kontact Coffee di Budapest yang percaya bahwa pelanggan mereka harus menghindari gula, susu, dan krim.
Tetapi jumlah kedai kopi tanpa toleransi masih sangat kecil dibandingkan lebih dari 32.150 kedai kopi di AS, termasuk 7.720 yang berdiri independen, menurut data 2016 dari Mintel, sebuah perusahaan riset pasar.
Tentu saja, apa yang disebut kebijakan tanpa toleransi tidaklah unik untuk kopi saja dan ini berkembang di seluruh sektor layanan makanan.
Belakangan, lebih banyak restoran menolak untuk menyajikan steak dengan matang, melayani permintaan untuk menyajikan menu yang berbeda atau bahkan menyajikan bumbu yang mungkin diminta beberapa pelanggan.
"Mendapatkan makanan yang disajikan seperti yang dimaksudkan dan mempertahankan konsistensi hari demi hari mulai mendapatkan momentum dalam industri," kata Darren Tristano, pakar pemasaran dan tren dalam industri makanan yang berbasis di Chicago, AS.
Untuk bisnis makanan itu berarti memberikan kualitas yang lebih baik dan layanan yang lebih cepat kepada pelanggan, yang membantu mengimbangi kekecewaan untuk "pelanggan yang terbiasa dengan pilihan", tambahnya.
Di Black Black Coffee di Denver, slogannya adalah: 'Jika kopi Anda perlu ditambahkan sesuatu, maka kopi itu rusak.'
Menjadikan kebijakan 'tidak ada tambahan 'dalam namanya telah membantu mengelola harapan pelanggan baru, kata pemilik Josh McNeilly.
Pelanggan dapat membeli minuman pour over dan cold brew (kopi yang 'direndam' dengan air suhu ruang atau suhu dingin), tetapi gula dan susu tidak ditawarkan.
Beberapa minuman klasik seperti macchiato, cortado, dan cappuccino memang datang dengan susu tetapi bukan gula, tambahnya.
Jika tidak terlalu ketat dengan apa yang disajikan, Black Black bisa menghasilkan lebih banyak pendapatan, kata pemilik Josh McNeilly.
Idenya adalah untuk membiarkan pelanggan merasakan kualitas biji kopi dari tempat-tempat seperti Kolombia dan Ethiopia, dan mendeteksi rasa dan wangi yang berbeda seperti mencicipi segelas anggur.
Bagi McNeilly, setelah berpuluh-puluh tahun menjadi barista dan pembeli kopi, aturan itu sangat jelas.
"Sebagai seorang barista, Anda akan memberi tahu mereka bahwa ini adalah salah satu kebun kopi terbaik di Bumi dan mereka langsung menuang krim dan gula ke dalamnya tanpa mencobanya," katanya. "Itu memilukan."
Di Oddly Correct, tempat saya pertama kali menemukan tren ini, aturannya sedikit santai.
Bulan lalu, toko itu mulai menyetok susu dan krim di belakang bar untuk orang-orang yang bertanya (masih tidak diletakkan di tempat terbuka dan dituangkan secara diam-diam selama beberapa bulan sebelumnya) untuk menjadi lebih inklusif, kata Mike Schroeder, pemilik kedai sekaligus yang bertanggung jawab untuk memanggang kopi.
Gula masih tidak boleh, tetapi melonggarkan kebijakan dengan menambahkan susu ke kopi yang diseduh telah menyebabkan peningkatan dalam bisnis, katanya.
Meskipun sedikit orang yang benar-benar meminta krim, mengetahui bahwa krim itu tersedia telah membantu mengubah citra toko untuk lebih menerima berbagai pilihan kopi, imbuhnya.
"Kami menyadari bahwa kami harus sedikit lebih longgar untuk membimbing orang ke dalam pengalaman [kopi] itu."
Oddly Correct juga menambahkan beberapa minuman yang lebih manis: vanilla latte yang diberi pemanis sirup bourbon buatan lokal, misalnya.
Barista telah melunakkan cara mereka membahas kebijakan. "Kami telah belajar bagaimana memperbaiki bahasa kami dan pendekatan kami dengan cara yang masih ramah dan akomodatif, tetapi tidak menyediakan setiap permintaan khusus," tambahnya.
'Keinginan untuk mendidik'
Kedai kopi tanpa toleransi di pasar yang lebih besar mungkin melihat manfaat paling besar.
Dengan pelanggan yang fokus pada persiapan yang teliti, permintaan untuk meminum kopi hitam dapat dilihat sebagai tanda kualitas, tambah Leslie, yang memiliki toko di Wichita, Kansas, tempat kopi manis dengan susu masih populer.
Di kota-kota global yang lebih besar, "adalah hal positif bagi mereka untuk dilihat sebagai orang yang mengerti kopi," tambahnya.
Beberapa peminum kopi mengatakan toko-toko itu telah membantu mereka belajar tentang kopi - dan mereka akhirnya mengubah preferensi mereka. "Untuk sehari-hari saya sekarang lebih suka hitam," kata Charles Carpenter, seorang desainer grafis berusia 49 tahun yang mengunjungi Black Black di Denver.
Tapi dia belum sepenuhnya melepaskan keinginan meminum kopi yang lebih manis, terutama selama bulan-bulan yang lebih dingin.
"Rahasia kecil saya adalah saya suka minum eggnog latte di sepanjang akhir tahun," kata Carpenter.
Di Black Black, McNeilly mengakui bahwa kebijakannya tidak selalu baik untuk bisnis dan tokonya kadang-kadang berjuang untuk menghasilkan keuntungan bulanan.
"Pendapatannya bisa dengan mudah dua kali lebih menguntungkan jika saya menyajikan krim dan gula dan latte yang lebih besar, tetapi hasrat saya untuk mencoba mengedukasi orang-orang tentang bagaimana rasanya kopi," katanya.
Sebagian besar pelanggan adalah pelanggan tetap dan kembali beberapa kali sepanjang minggu.
Pour over yang disajikan toko disebutkan dalam daftar yang harus dicoba di daerah itu dan sekarang juga menyajikan makanan, menjadikannya lebih sebagai tujuan bagi pelanggan dari jauh.
Cascara latte juga telah ditambahkan untuk mereka yang doyan manis, menggabungkan buah cascara yang mengelilingi tanaman kopi dengan sedikit sirup dan susu panas.
Untuk mengurangi komentar negatif, McNeilly melatih timnya tentang cara menjelaskan filosofi toko kepada pelanggan yang datang pertama kali.
Barista fokus membantu pelanggan memahami mengapa susu dan gula tidak disajikan daripada sekadar mengatakan kepada mereka bahwa itu tidak tersedia, tambahnya.
Tapi satu hal yang belum dia lakukan? Mengalah kepada pelanggan yang terkejut yang meminta gula dan krim. "Akan menjadi cara yang mudah untuk mengatakan 'OK baiklah, saya akan memberi krim dan gula, hanya saja jangan membuat memperbesarnya' ... tapi kami belum pernah benar-benar melakukannya," katanya.
Indonesia salah satu penghasil kopi terbesar, tapi bukan peminum kopi terbanyak
Dari kopi espresso di Italia sampai kopi tubruk di Indonesia, minuman kopi banyak digemari khalayak dunia.
Bahkan, berdasarkan data Organisasi Pangan dan Agrikultur Dunia (FAO), semakin banyak orang di jagat ini yang menenggak minuman kopi.
Jika minuman tersebut banyak dikonsumsi, tentu ada hukum permintaan dan penawaran yang berputar. Lantas, negara mana yang memproduksi biji kopi dan negara mana pula yang paling banyak meminumnya?
1. Produsen kopi terbanyak
Kopi diproduksi di lebih dari 50 negara. Di antara negara-negara tersebut, Brasil merupakan produsen terbesar.
Pada 2017-2018, negara tersebut memproduksi lebih dari 51 juta karung berisi biji kopi. Posisi kedua ditempati Vietnam.
Di mana posisi Indonesia? Indonesia berada di peringkat empat setelah Kolombia, dengan memproduksi sedikit di atas 10 juta karung kopi.
Lokasi yang cocok untuk menanam kopi dijuluki 'sabuk biji', yang terletak di wilayah tropis sebelah utara dan selatan garis Khatulistiwa (23 derajat Utara dan 23 derajat Selatan).
Berdasarkan Fairtrade Foundation, lebih dari 125 juta orang di seluruh dunia menggantungkan hidup mereka pada kopi. Bahkan, sekitar 25 juta pertanian kecil memproduksi sekitar 80% dari produksi kopi sedunia.
Kopi yang dijual secara adil atau Fairtrade memungkinkan konsumen bisa melacak biji kopi yang mereka beli. Adapun para petani kopi dijamin mendapat harga dengan rentang yang memiliki batas bawah.
Para petani yang tergabung dalam Fairtrade memproduksi sekira 560.900 ton kopi setahun—cukup untuk membuat espresso sebanyak 72,5 juta cangkir.
Beberapa peneliti berpendapat skema Fairtrade cukup mahal bagi petani untuk bisa bergabung dan hal itu bisa mengganggu potensi profit.
Kafein bisa lebih berpengaruh atas sejumlah orang dibanding yang lainnya dan dampaknya bisa berbeda pula dari orang per orang.
Mendorong produksi kopi dengan insentif uang juga dinilai bisa membuat pasokan berlebihan sehingga harga pun merosot.
Akan tetapi, Louisa Cox selaku salah satu direktur di Fairtrade Foundation, mengatakan, petani yang bergabung di dalam cap Fairtrade dapat mengakses pelatihan, peralatan keselamatan, dan perlindungan.
Meski terdapat lebih dari 100 spesies kopi, yang paling banyak diproduksi dan dijual adalah jenis Arabica dan Robusta.
2. Siapa peminum terbanyak?
Jika menyangkut konsumsi kopi, hanya dua negara yang penduduknya menyeruput lebih dari 10 kilogram per orang per tahun, yaitu Finlandia dan Swedia.
Berdasarkan data Organisasi Kopi Internasional, orang-orang Finlandia minum kopi 12,5 kilogram setiap tahun.
Selain Finlandia dan Swedia, tiga negara berikutnya adalah Islandia, Norwegia, dan Denmark. Semuanya adalah negara Skandinavia. Mungkin mereka perlu minum kopi untuk bertahan menghadapi hari-hari yang dingin.
3. Siapa yang membayar paling mahal?
Rantai pasokan kopi terbilang kompleks. Biji kopi berpindah tangan dari petani ke pedagang, juru proses ke eksportir, dan akhirnya dari pemanggang ke peritel.
Perpindahan ini jelas berdampak besar pada harga untuk petani, produsen, dan konsumen.
Menurut Organisasi Kopi Internasional, peminum kopi di Inggris membayar paling mahal pada 2016. Harganya sekitar Rp214.000 untuk setengah kilogram biji kopi panggang.
Penduduk Malta berada di peringkat kedua (Rp184.000) dan Italia menempati posisi ketiga (Rp103.000).
4. Merek terbesar
Meminum segelas kopi dalam perjalanan ke kantor menjadi aktivitas keseharian bagi banyak pekerja di dunia.
Menurut riset lembaga Allegra Strategies, ada lebih dari 22.700 toko kopi bermerek di Eropa pada 2017 dan lebih dari 27.900 di AS.
Terlepas dari skala riset yang besar, tetap saja tidak sempurna dan tidak bisa membuktikan bahwa biji kopi memiliki unsur yang sakti.
Kedai kopi waralaba Starbucks menjadi merek terbesar di AS dengan 13.500 kedai.
Adapun Costa Coffee adalah merek terbesar di Eropa dengan 2.755 kedai, diikuti Starbucks dengan 2.406 kedai.
Meski dikenal sebagai negara peminum teh, Inggris menampung sekitar 7.421 kedai kopi bermerek pada 2017.
Jumlahnya bertambah 643 kedai tahun lalu, yang tercepat di Eropa.
5. Minuman kopi terpopuler
Kopi tubruk dengan aroma dan rasa yang kuat mungkin laku di Indonesia, tapi minuman kopi paling populer di Inggris adalah yang bercampur dengan susu.
Latte adalah produk minuman kopi paling banyak dibeli di Inggris, berjumlah 930 juta gelas awal tahun ini saja.
Berikutnya adalah Cappuccino, yang menurut hasil riset pasar Kantar Worldpanel, terjual 800 juta gelas.
Secara keseluruhan, penduduk Inggris menghabiskan Rp123,6 triliun untuk minum kopi hingga 25 Februari 2018. Jumlah itu jauh lebih besar ketimbang uang yang dibelanjakan untuk minum teh, yaitu Rp29,4 triliun. Tampaknya budaya minum kopi sudah menjadi merajai Inggris.
'Peminum kopi akan hidup lebih panjang'
Minum kopi tiga mangkuk sehari mungkin akan membantu Anda hidup lebih panjang, menurut sebuah penelitian terhadap hampir setengah juta orang di 10 negara-negara Eropa.
Riset yang diterbitkan di jurnal kesehatan Annals of Internal Medicine itu menduga satu tambahan cangkir kopi bisa memperpanjang masa hidup seseorang, walaupun berupa kopi tanpa kafein.
Namun sejumlah ahli menegaskan tidak mungkin untuk mengatakan dengan pasti bahwa kopi memiliki dampak perlindungan namun lebih tepat mengatakan gaya hidup yang lebih sehat di kalangan para peminum kopi.
Para ahli menambahkan saat ini tidak perlu menambah konsumsi kopi.
Apa temuan riset ini
Tim dari International Agency for Research on Cancer dan Imperial College London mengatakan mereka menemukan bahwa minum kopi lebih banyak berkaitan dengan risiko kematian yang lebih rendah, khususnya terkait masalah jantung dan usus.
Mereka mencapai kesimpulan setelah menganalisis data dari orang-orang yang sehat berumur 35 tahun ke atas di 10 negara Eropa.
Para responden ditanya pada awal studi berapa banyak kopi yang cenderung mereka minum dan tim kemudian melihat kematian rata-rata selama 16 tahun.
Profesor Sir David Spiegelhalter dari Universitas Cambridge, yang menganalisis pemahaman publik tentang risiko kesehatan, mengatakan bahwa jika penurunan kematian benar-benar karena kopi, maka tambahan satu cangkir kopi secara rata-rata akan memperpanjang hidup seorang pria sekitar tiga bulan dan seorang perempuan sekitar satu bulan.
Namun terlepas dari skala riset yang besar, tetap saja penelitian ini tidak sempurna dan tidak bisa membuktikan bahwa biji kopi memiliki unsur yang sakti.
Jangan langsung membeli kopi
Bagi penggemar berat kopi, perlu diketahui bahwa temuan ini tidak jelas dan nyata seperti yang terlihat.
Soalnya riset yang dilakukan tidak bisa mempertimbangkan semua faktor, yang membayang-bayangi ketidakpastian tentang dampak dari kopi.
Misalnya, tidak dilihat berapa banyak penghasilan peminum kopi dibandingkan yang tidak minum kopi. Bisa jadi bahwa orang yang mampu membeli tiga cangkir kopi sehari lebih kaya dan kelebihan uang -lewat berbagai cara- membantu melindungi kesehaatan mereka.
Bisa jadi juga orang yang minum tiga mangkuk kopi sehari menghabiskan waktu lebih banyak untuk bersosialisasi, sehingga mungkin meningkatkan kesejahteraan tubuh mereka.
Bahkan jika studi memastikan bahwa kopi yang menyebabkan umur yang lebih panjang, tak semuanya baik berhubung para peneliti juga menemukan peminum kopi yang tinggi berkaitan dengan tingkat yang tinggi dalam kanker ovarium di kalangan perempuan.
Laigpula, walau melibatkan banyak orang, peneliti tidak memasukkan orang yang menderita diabetes, serangan jantung, dan penderita stroke pada awal studi.
Jadi tidak banyak yang disampaikan tentang risiko atau keuntungan dari minum kopi, karena mungkin saja beberapa dari orang yang tidak sehat itu -yang tidak diteliti- menjadi tidak sehat karena minum kopi secara rutin.
Apakah kopi baik untuk Anda?
Studi-studi sebelumnya memperlihatkan hasil-hasil yang berbeda dan juga bertentangan.
Bagi banyak orang, mereka mengalami bahwa minuman yang mengandung kafein membuat mereka menjadi lebih waspada untuk sementara waktu.
Namun kafein bisa lebih berpengaruh atas sejumlah orang dibanding lainnya dan dampaknya bisa berbeda pula dari orang per orang.
Para ahli di Dinas Layanan Kesehatan Inggris, NHS, tidak menetapkan batasan kopi untuk khalayak umum namun mengatakan perempuan hamil sebaiknya menghindari minum lebih dari 200mg kafein per hari.
Alasannya, menurut mereka, karena kopi mungkin meningkatkan peluang bayi lahir menjadi terlalu kecil dan terlalu banyak kafein juga meningkatkan risiko keguguran.
Tentu saja, kafein tidak hanya ditemukan di dalam kopi.
Volume 200mg kafein, misalnya, bisa diperoleh dengan minum dua mangkuk teh dan satu kaleng cola, atau dua mangkuk kopi instan.
Beberapa waktu lalu ada pula kasus seorang remaja di Amerika Serikat yang diduga meninggal karena mengkonsumsi terlalu banyak minuman berkafein terlalu cepat.
Saran terbaik
Untuk saat ini, kata sejumlah ahli, daripada Anda menaruh semua usaha dengan pemikiran kopi adalah baik , lebih berguna melakukan sesuatu yang sudah terbukti bisa memperpanjang umur.
Berjalan cepat selama 20 menit ke warung kopi, terlepas Anda minum secangkir kopi atau tidak di warung itu.
Ketika banyak orang terpaksa bekerja dari rumah selama pandemi Covid-19 melanda tahun ini, kebiasaan menyeduh kopi pada pagi hari membuat sejumlah individu dapat tetap mengecap kenormalan. Namun, jika Anda penikmat kopi, ada banyak orang yang berperan di balik secangkir minuman tersebut.
Tahun ini tidaklah mudah bagi pelaku industri kopi, termasuk 25 juta petani kecil yang menanam 80% dari seluruh kopi di dunia.
Secara keseluruhan, ada 125 juta orang bergantung pada kopi untuk membuat dapur mereka tetap mengebul setiap hari, mulai dari transportasi, memanggang biji kopi, sampai menjual produk akhir. Barista dan pemilik kedai kopi adalah beberapa di antara banyak orang yang menutup usaha mereka saat lockdown diberlakukan. Beberapa di antaranya tidak pernah membuka lagi kedai mereka.
Namun, meskipun kondisi kerja luar biasa sulit akibat pembatasan sosial terkait Covid-19, para konsumen tetap bisa memperoleh minuman favorit mereka berkat upaya para produsen kopi dan rantai pemasok.
Mengapa beberapa bagian industri kopi tetap langgeng sedangkan lainnya sulit bertahan? Dan bagaimana para produsen dan pengecer berinovasi untuk terus mengantarkan kebutuhan kafein para penikmat kopi?
Brasil, selaku negara produsen kopi terbesar di dunia, mengalami tahun yang luar biasa. Panen kopi lazimnya naik-turun dari tahun ke tahun lantaran jenis kopi premium yang mayoritas ditanam di Brasil—arabica—punya siklus dua tahunan. Walau ada beragam upaya agar penghasilan tahunan lebih konsisten, masih terdapat penurunan produksi kopi saat arabica sedang tidak musim panen.
Akan tetapi, 2020/2021 bakal menjadi tahun terbaik dalam catatan produksi kopi di Brasil karena negara itu memproduksi 67.9 juta karung kopi, yang setiap karungnya berbobot 60 kilogram. Jumlah itu lebih banyak tiga juta karung jika dibandingkan produksi arabica tahun sebelumnya
Salah satu produsen kopi, Daterra, juga mengalami peningkatan produksi. Kepala agronomi Daterra, João Reis, memprediksi panen tahun ini "luar biasa" dalam hal kuantitas maupun kualitas karena kondisi cuaca begitu baik. Bagi Reis, masalah yang ditimbulkan pandemi adalah memanen kopi.
Reis mengamati berita penutupan berbagai usaha di Asia pada awal tahun dan memulai persiapan. Dia bergantung pada tenaga kerja migran dari bagian timur laut Brasil, yang tinggal di mess Daterra.
Karena ada aturan jarak sosial, dia bersiap mengurangi jumlah pekerja migran yang tinggal di lahan pertanian hingga setengah. Dampaknya, panen akan perlu waktu lebih lama.
Dengan kondisi demikian, Reis berharap upaya panen bisa berlangsung aman sebelum hujan merusak biji-biji kopi yang sudang matang. Harapan Reis terwujud, panen lancar dan hujan tidak mengguyur. Panen tahun ini dutargetkan mencapai 6.000 ton (sekitar 100.000 karung), katanya. "Pada 2019, kami memenuhi 70.000 karung kopi."
"Dampak Covid pada produksi kopi relatif ringan," ujar José Sette, direktur eksekutif Organisasi Kopi Internasional.
Sejumlah pemerintah bergerak melindungi para pekerja dengan menetapkan produksi kopi sebagai kegiatan ekonomi yang penting.
Sehingga, meskipun ada kesulitan mendapatkan tenaga kerja migran yang memadai, negara produsen kopi sekecil Ethiopia, yang mengekspor sekitar empat juta karung kopi per tahun, secara umum mampu melanjutkan produksi kopi sebagaimana telah direncanakan.
"Namun, soal konsumsi, ketidakpastiannya lebih besar," wanti-wanti Sette. "Kami tidak tahu bagaimana keadaan ekonomi global setelah kejutan ini. Ketika sokongan pemerintah tak lagi memungkinkan, kita mungkin mengalami pengangguran besar-besaran," lanjutnya.
Italia dihuni banyak pecinta kopi. Sebagai salah satu negara pertama di Eropa yang memberlakukan karantina wilayah, para konsumen kopi harus cepat beradaptasi mendapatkan minuman harian mereka. Tercatat penjualan kopi grosir meningkat 23% pada pekan pertama 'lockdown' di Italia.
Renata Bracale dari Universitas Molise serta Concetta Vaccaro dari lembaga riset sosioekonomi Censis di Roma membandingkan pembelian grosir mingguan warga Italia dengan penjualan komoditas serupa tahun 2019.
Metodenya tidak sempurna lantaran penjualan tahun-ke-tahun bisa naik-turun disebabkan beragam alasan. Namun, dibandingkan dengan pertumbuhan wine dan bir yang hanya mencapai satu digit, kopi bisa melampaui angka itu karena orang-orang Italia tak bisa absen minum kopi.
Bagaimanapun, gambaran bagi kafe dan kedai kopi tidak seindah itu. Leonardo Leli, seorang pemanggang kopi di Bologna langsung tahu bahwa Covid-19 akan menyebabkan usahanya berantakan. Leli, yang bermukim di kawasan pusat wabah Covid-19 di Italia utara, menjual 90% biji kopinya ke kedai kopi, restoran, dan hotel.
Semua tempat itu adalah yang pertama tutup saat pandemi melanda. "Kami menganggur dengan gudang penuh bahan mentah," kata Lelli.
Dia tak sendirian. Reis mengatakan beberapa klien Daterra memilih biji kopi yang lebih murah atau menunda pemesanan selagi menunggu pandemi usai.
Karena kekurangan pilihan untuk menjual biji kopinya, Leli memutuskan untuk memberikan sebagian kepada para pekerja garis depan dan menjual sebagian secara online.
Pengecer online tampak bisa bertahan selama karantina wilayah. Kopi telah menjadi barang belanja online terlaris sebelum 2020 dan prevalensi langganan dan kemitraan antara layanan pengantaran dan kedai kopi waralaba menjamin konsumen bisa terus menikmati kopi.
Ketika masyarakat terkungkung di rumah dengan sedikit alasan kuat untuk meninggalkan rumah, membuat minuman kopi adalah satu cara rehat sejenak. Kegiatan itu menjadi semacam cara memuaskan diri sendiri, kata Francesco Visioli, yang menekuni studi senyawa aktif pada bahan pangan di Universitas Padua, Italia, dan turut menulis makalah terkini mengenai gaya hidup selama pandemi.
"Menghabiskan sepanjang hari bekerja di depan layar, melakukan tugas yang sudah lama terlupa, menelpon ibu, teman, atau siapa saja boleh jadi meningkatkan kebutuhan sesuatu yang memberi kepuasan, membangkitkan energi."
Tidak seperti wine atau bir, kopi tidak mesti diminum sembari kongko bersama teman-teman di bar.
"Banyak orang di Italia tidak menjadikan minum kopi untuk bersosialisasi," kata Visioli. "Sebagai contoh terkini, saya rehat pada 10:30, turun, menyeberang jalan, memasuki kedai kopi kecil, minum kopi espresso, ke toko roti, membeli roti, dan kembali ke rumah. Semuanya serba sendiri."
Mengonsumsi kopi di rumah menurunkan tingkat kumpulan orang yang minum di bar, restoran, dan kafe di seluruh dunia, dari Brasil hingga Bali, Indonesia. Namun, negara-negara yang membuka kafe lebih awal mengalami lonjakan.
"Sebelum pandemi, Asia adalah pasar kopi di dunia yang paling cepat bertumbuh," kata Sette.
Tren ini tidak berubah selama pandemi. Pasar kopi Asia bertumbuh antara 4% hingga 5% per tahun, kata Sette. Adapun kawasan lainnya di dunia bertumbuh antara 2-2,5% per tahun.
Meski demikian, bukan berarti pasar Asia tak mengalami dampak pandemi.
"Ada sedikit penurunan pada masa awal, khususnya di China. Banyak kedai kopi harus tutup saat fase awal. Namun semuanya tampak bangkit lagi dan kita kembali ke kenormaln—apapun maknanya kini."
Dan di pasar kopi yang mengalami pukulan terberat, ada tanda-tanda kebangkitan.
Untungnya bagi Leli, pembatasan sosial di Italia dilonggarkan pada Juni dan dia bisa membuka usahanya lagi.
"Transisinya tidak rumit. Salah satu keuntungan terbesar menjadi pengrajin adalah kelenturan," kata Leli.
Setelah tiga bulan kehilangan 90% dari pemasukan biasanya, kondisinya mulai membaik.
"Hari ini penghasilan kami nyaris mencapai taraf sebelum lockdown," katanya.
Di industri yang segala sesuatunya berubah cepat, mulai dari tempat orang membeli kopi hingga cara mereka mengonsumsinya, ada beberapa hal yang mencerahkan.
"Perdagangan online berkembang banyak dan kini sangat mudah bagi konsumen untuk menggunakannya," kata Leli.
'Biji kopi liar yang terlupakan'
Para ilmuwan mengatakan tanaman kopi "terlupakan" yang dapat tumbuh dalam kondisi yang hangat dapat membantu melindungi minuman itu dari perubahan iklim.
Mereka memprediksi kita tak lama lagi akan menyeruput Coffea stenophylla, spesies kopi liar langka yang rasanya seperti kopi Arabika kualitas tinggi, namun tumbuh dalam kondisi hangat.
Seiring temperatur Bumi meningkat, kopi yang enak akan semakin sulit untuk tumbuh.
Berbagai studi memperkirakan pada tahun 2050, sekitar setengah dari lahan yang digunakan untuk menanam kopi kualitas tinggi tidak akan produktif lagi.
Kopi liar yang rasanya enak dan toleran terhadap panas dan kekeringan adalah "harta karun dalam pemuliaan kopi", kata Dr. Aaron Davis, kepala divisi riset kopi di Royal Botanic Gardens, Kew, Inggris.
"Dan kami sangat terkejut ketika mengetahui bahwa rasanya luar biasa. Ia memiliki sifat-sifat lain yang terkait dengan toleransi iklimnya: ia akan tumbuh dan panen dalam kondisi yang jauh lebih hangat dari kopi Arabika."
Coffea stenophylla adalah spesies kopi liar dari Afrika Barat yang sempat diduga telah punah di luar Pantai Gading.
Tanaman itu baru-baru ini ditemukan kembali di alam liar di Sierra Leone, tempat ia pernah ditanam di perkebunan sekitar seabad lalu.
Sampel biji kopi dari Sierra Leone dan Pantai Gading dipanggang dan diseduh menjadi kopi, yang kemudian dicicipi oleh panel ahli kopi.
Lebih dari 80% juri tidak dapat membedakan Stenophylla dan Arabika saat mencicipinya, lapor para peneliti di jurnal Nature Plants.
Mereka juga membuat pemodelan data iklim tumbuhan itu, yang menunjukkan ia dapat menoleransi temperatur setidaknya 6C lebih tinggi dari Arabika.
Bibit tanaman kopi liar tersebut akan ditanam tahun ini untuk mulai menilai potensinya dalam menjaga masa depan kopi berkualitas tinggi.
Dr. Davis berharap Stenophylla suatu hari nanti ditanam lagi di Sierra Leone dalam skala besar.
"Kopi ini tidak akan dijual di kedai kopi dalam dua tahun ke depan, tapi saya pikir dalam lima sampai tujuh tahun kita akan menyaksikan kopi ini masuk ke pasar sebagai kopi untuk pasar tertentu, kopi kualitas tinggi, dan kemudian setelah itu saya pikir kopi ini akan menjadi lebih umum," ujarnya.
Ini cerita bagaimana bisnis kopi bisa bertahan selama pandemi Covid-19.
Apa itu kopi Arabika?
Biji kopi arabika dinilai memiliki cita rasa yang unggul. Kopi ini ditanam di pegunungan dan menyumbang lebih dari 60% produksi kopi dunia.
Arabika tidak begitu tahan terhadap perubahan iklim; petani sudah mengalami dampak dari peningkatan suhu serta curah hujan yang rendah atau tidak menentu.
Ancaman lain terhadap produksi kopi termasuk fluktuasi harga, serangan hama dan penyakit, serta cuaca ekstrim.
Penelitian tersebut dilakukan bekerja sama dengan lembaga penelitian Prancis Cirad dan Universitas Greenwich.
Di mana pohon kopi liar ditemukan?
Mayoritas pohon kopi liar tumbuh di hutan-hutan terpencil di Afrika dan pulau Madagaskar.
Di luar Afrika, pohon kopi liar ditemukan di iklim tropis lainnya, termasuk beberapa daerah di India, Sri Lanka, dan Australia.
Jenis kopi apa yang biasa kita minum?
Lebih dari 100 jenis pohon kopi tumbuh secara alami di hutan, namun hanya sedikit yang digunakan untuk minuman.
Industri kopi global didominasi oleh dua jenis kopi - Arabika (Coffea arabica) dan Robusta (Coffea canephora).
Spesies ketiga - Liberica (Coffea liberica) ditanam di seluruh dunia, namun jarang digunakan untuk minuman kopi. (*)
Tags : Kopi, Biji Kopi, Minum Kopi Saat Bekerja di Rumah, Minum Kopi Selama Pandemi,