
PEKANBARU - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Sultan Syarif Kasim (SSK) Pekanbaru memperkirakan Riau akan hadapi puncak musim kemarau pada bulan Juni hingga Juli mendatang.
"Waspada musim kemarau sudah di depan mata."
"Contohnya di Kabupaten Kampar, awal musim kemarau terpantau terjadi pada dasarian 1 dan 2 Juni, dan diperkirakan puncaknya terjadi mulai pertengahan Juni hingga Juli," kata BMKG SSK Pekanbaru, Bibin S, Senin (21/4).
BMKG SSK Pekanbaru menjelaskan bahwa meskipun awal musim kemarau di setiap kabupaten berbeda, sebagian besar wilayah sudah mulai merasakannya sejak awal Juni.
Ia menambahkan, durasi musim kemarau di Riau diperkirakan berlangsung antara satu hingga dua bulan.
Bibin mengungkapkan bahwa suhu udara di wilayah Riau akan mengalami peningkatan selama periode ini, meskipun belum mencapai kategori ekstrem.
"Suhu tertinggi yang tercatat sejauh ini adalah 35 derajat Celsius, dan itu masih dalam kategori normal untuk wilayah Riau di musim kemarau," terangnya.
Meskipun demikian, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai dampak dari suhu tinggi, terutama risiko dehidrasi dan gangguan kesehatan akibat paparan panas berlebih.
"Cuaca panas ini bisa memicu kelelahan hingga dehidrasi jika tidak diantisipasi dengan baik," kata Bibin.
Untuk mencegah dehidrasi dan masalah kesehatan lainnya, BMKG menyarankan masyarakat untuk selalu membawa air minum, mengenakan pakaian yang longgar dan menyerap keringat, serta menghindari pakaian tebal saat beraktivitas di luar ruangan.
Masyarakat juga diimbau untuk terus memantau informasi cuaca terkini melalui media sosial resmi atau situs web BMKG.
"Informasi cuaca dan iklim akan terus kami perbarui secara rutin. Masyarakat bisa mengeceknya langsung di kanal resmi BMKG," ulas Bibin.
Bibin menambahkan, meskipun curah hujan telah menurun signifikan di banyak wilayah, potensi hujan lokal masih ada, terutama pada sore atau malam hari.
Kewaspadaan juga tetap diperlukan terkait potensi kekeringan dan kebakaran lahan.
Sementara Pemprov Riau akan meningkatkan status karhutla yang cuaca panas mulai terasa di berbagai wilayah Riau membawa tantangan tersendiri, khususnya terkait potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Bahkan hingga pertengahan April ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD Damkar) Riau mencatat luasan lahan yang terbakar di Riau mencapai 78,06 hektare.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Riau Abdul Wahid mengatakan Pemprov Riau telah melakukan berbagai upaya untuk pencegahan perluasan Karhutla. Salah satunya, mengajukan permintaan bantuan water bombing kepada pemerintah pusat.
"Kita sudah menerima 3 unit helikopter water bombing untuk mengantisipasi Karhutla. Dalam waktu dekat, kita juga akan menggelar Jambore Karhutla untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya Karhutla," kata Gubri Abdul Wahid, Selasa (22/4/2025).
Dikatakan Abdul Wahid, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan berbagai stakeholder. Termasuk dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait potensi cuaca.
"Kemarin saya sudah dapat informasi dari BMKG bahwa Mei ini kita akan memasuki musim awal kemarau, bersamaan dengan hal itu kewaspadaan juga perlu ditingkatkan," katanya.
Terhadap daerah rawan Karhutla, mantan anggota DPR RI itu menyebutkan hampir seluruh daerah di Riau memiliki ancaman yang sama. Ia menilai hal tersebut dikarenakan jenis tanah di Riau yang mudah terbakar.
"Paling rawan itu Meranti, Bengkalis, Dumai, Siak, Pelalawan, Inhil, Inhu, Kampar, Rohil, Rohul. Hanya sebagian kecil daerah kita ini yang tidak terkena kebakaran hutan. Hampir semua titik," ungkapnya.
Meskipun Pemprov Riau telah menetapkan status siaga darurat bencana karhutla sejak 1 April hingga 30 November 2025, Abdul Wahid mengatakan tak menutup kemungkinan status tersebut dapat ditingkatkan.
"Meskipun sudah ditetapkan akan berlangsung sampai November, jika pada pertengahan mengalami peningkatan (Karhutla, red) tidak menutup kemungkinan akan kita tingkatkan menjadi status tanggap darurat," pungkasnya. (*)
Tags : badan meteorologi klimatologi geofisika, bmkg, musim kemarau, riau peningkatkan status karhutla,