Pemilik Duta Palma Group (DPG) buat ulah dengan membuka dan memperluas kebun sawit di Riau menjadikan kerugian negara menjadi Rp104,1 triliun.
JAKARTA - Kejaksaan Agung (Kejagung) memaparkan nilai kerugian keuangan negara terbaru dalam kasus korupsi lahan sawit PT Duta Palma Group (DPG) di Indragiri Hulu (Inhu), Riau meningkat.
"Bos Duta Palma Group buat ulah di Riau menjadikan kerugian negara menjadi Rp104,1 triliun."
"Jadi awal penyidik menyampaikan nilai kerugian negara mencapai Rp 78 triliun. Sekarang sudah pasti hasil perhitungan yang diserahkan pada penyidik dari BPKP dari ahli auditor kerugian negara sebesar Rp 4,9 triliun (untuk keuangan), untuk kerugian perekonomian negara senilai 99,2 triliun, sehingga nilai ini ada perubahan dari awal penyidik temukan senilai Rp 78 triliun," terang Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Kejagung DR Ketut Sumedana SH MH seperti dalam keterangan Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung, Febrie Adriansyah, Selasa (30/8).
Dalam konferensi pers di kantornya, Jl Sultan Hasanuddin, Jakarta Selatan pada media, Kejagung menyatakan kini total kerugian negara mencapai Rp104,1 triliun dari sebelumnya Rp78 triliun.
Adapun Rp 104,1 triliun itu total dari kerugian keuangan negara sekitar Rp4,9 triliun dan kerugian perekonomian negara sebesar Rp99,2 triliun.
"Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus telah menetapkan dua orang tersangka terkait dengan perkara dugaan tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang dalam kegiatan pelaksanaan yang dilakukan oleh PT Duta Palma Group di Kabupaten Indragiri Hulu," kata Ketut Sumedana.
Sebelumnya, Diketahui, kasus ini telah menjerat eks Bupati Inhu, R Thamsir Rachman serta bos PT Duta Palma, Surya Darmadi, sebagai tersangka.
"Dalam tindak pidana korupsi, ditetapkan dua orang tersangka, yaitu RTR selaku Bupati Kabupaten Indragiri Hulu periode 1999-2008, dalam tindak pidana pencucian uang, ditetapkan satu orang tersangka, yaitu SD selaku pemilik PT Duta Palma Group," sebut Ketut Sumedana dalam keterangan pers tertulis, Senin (1/8).
Disampaikan Bos Duta Palma, Surya Darmadi (di antaranya PT Banyu Bening Utama, PT Panca Agro Lestari, PT Seberida Subur, PT Palma Satu, dan PT Kencana Amal Tani) membuat kesepakatan dengan Thamsir Rachman selaku Bupati Indragiri Hulu (Periode 1999-2008) untuk mempermudah dan memuluskan perizinan kegiatan usaha budidaya perkebunan kelapa sawit dan kegiatan usaha pengolahan kelapa sawit maupun persyaratan penerbitan HGU kepada perusahaan-perusahaan Surya Darmadi di Kabupaten Indragiri Hulu.
Perizinan itu berada di lahan kawasan hutan, yakni di hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK), hutan penggunaan lainnya (HPL), ataupun hutan produksi terbatas (HPT) di Kabupaten Indragiri Hulu. Tetapi kelengkapan perizinan lokasi dan usaha perkebunan dibuat secara melawan hukum tanpa adanya izin prinsip dengan tujuan agar izin pelepasan kawasan hutan bisa diperoleh.
Kejagung menyebut PT Duta Palma Group diduga tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan atau HGU sampai sekarang. Tak hanya itu, PT Duta Palma Group diduga Kejagung juga tidak pernah memenuhi kewajiban hukum untuk menyediakan pola kemitraan sebesar 20 persen dari total luas area kebun yang dikelola.
Perbuatan itu diduga mengakibatkan kerugian perekonomian negara. Kejagung menyebutkan perbuatan tersebut diduga mengakibatkan hilangnya hak-hak masyarakat Kabupaten Inhu untuk memperoleh mata pencaharian dari hasil hutan tersebut.
Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin kemudian menjelaskan soal dugaan kerugian negara dalam kasus ini. Dia menyebut dugaan korupsi ini merugikan negara Rp 78 triliun. Kasus ini pun menjadi kasus dugaan korupsi dengan kerugian negara tertinggi. (*)
Tags : Bos Duta Palma Group Surya Darmadi, DPG Buat Ulah di Riau, DPG Buat Kerugian Negara Rp104, 1 Triliun,