INDRAGIRI HULU, RIAUPAGI.COM - Balai Pelestarian Kebudayaan [BPK] Wilayah IV tampilkan ragam budaya tradisional budaya talang mamak 2023.
Berbagai perlombaan, kuliner dan karya seni tradisional ditampilkan dalam perhelatan Kenduri Budaya Talang Mamak. Kegiatan dipusatkan di Desa Aur Cina, Kecamatan Batang Cenaku pada Rabu 9 Agustus 2023 siang.
Event budaya ini ditaja Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah IV Kemendikbudristek, sebagai wujud dukungan terhadap pelestarian budaya di Kabupaten Indragiri.
Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan dan Kesra, Evi Irma Junita hadir sekaligus membuka gelaran acara tersebut.
Tampak hadir juga Kepala BPK Wilayah IV, Jumhari, Kadisporasata Atan, Camat Batang Cenaku Dudi Sumbari serta para batin Talang Mamak. Acara ini juga bahkan dihadiri beberapa peneliti dari Amerika dan Malaysia.
Dalam sambutannya, Staf Ahli Evi Irma Junita sampaikan rasa terimakasih kepada Badan Kelestarian Kebudayaan Wilayah IV Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Provinsi Riau atas terselenggaranya kegiatan tersebut.
Dikatakannya, perhelatan kenduri Budaya Talang Mamak ini menjadi bentuk kecintaan serta wujud upaya pelestarian dan pengembangan khasanah seni dan budaya khususnya di Indragiri Hulu. Sekaligus dukungan terhadap tekad bersama menjadikan Riau sebagai Homeland of Melayu.
Evi menambahkan kuatnya arus globalisasi saat ini sangat berpotensi mendorong masuknya budaya asing ke dalam negeri. Bakal mempengaruhi dan mewarnai prilaku, kepribadian dan budaya lokal khususnya pada generasi muda.
"Maka itu jika pengembangan seni dan budaya yang berakar pada budaya setempat dalam hal ini budaya Melayu Talang Mamak harus terus digalakan," ucap Evi.
Sejauh ini, lanjutnya upaya pengembangan pariwisata adalah bagian dari komitmen pemerintah dalam upaya pencapaian visi Kabupaten Indragiri. Pemerintah daerah juga secara aktif melaksanakan berbagai agenda acara.
"Sehingga penyelenggaraan kenduri budaya Talang Mamak menjadi bagian menuju pencapaian visi tersebut," terangnya.
Budaya Talang Mamak tarian gendang
Ia pun mengajak masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan kepedulian terhadap kelestarian budaya daerah yang dimiliki. Terus menggali nilai seni budaya yang ada dan sesungguhnya sangat kaya dengan nilai-nilai seni, estetika, etika dan filosofi tentang kehidupan.
"Semoga seluruh rangkaian kegiatan tersebut berjalan dengan lancar dan sukses serta mampu menjadi wahana untuk semakin mengeratkan persaudaraan sekaligus wawasan pengetahuan bagi masyarakat tentang khasanah budaya di Kabupaten Indragiri," tutup Evi.
Berbagai perlombaan tradisional seperti, perlombaan permainan tradisional dan tari tradisi Talang Mamak, Betagak Balai, dan sebagainya. Kegiatan ini juga menampilkan gerai makanan tradisional Talang Mamak.
Tak hanya perlombaan tradisional, pada event tersebut turut dihadirkan ragam karya seni budaya pada stand-stand pameran.
Menutup rangkaian pembukaan Kenduri Budaya Talang Mamak hari itu, aksi penanaman pohon dilakukan oleh seluruh pejabat dan tamu undangan yang hadir.
Suku Talang Mamak menerima bantuan dari Gubenur Riau
Seputar tradisi adat suku talang mamak
Indonesia mempunyai ragam suku yang tidak akan habis di bicarakan. Kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau didapat perkampungan Suku Talang Mamak.
Suku Talang Mamak merupakan salah satu suku tertua yang ada di Indonesia. Masyarakat yang juga yang tergolong dalam Melayu Tua ini, diperkirakan sudah tinggal beratus-ratus tahun lamanya di hutan dataran rendah Bukit Tiga Puluh.
Terasing di pedalaman membuat Suku Talang Mamak hidup dengan cara-cara tradisional. Sebagian rumah masih memanfaatkan anyaman kulit kayu sebagai dinding rumah, dan daun palem sebagai atap dan berbentuk rumah panggung.
Suku ini dikenal ramah terhadap wisatawan dalam menyambut tamu yang datang, Suku Talang Mamak mempunyai Tradisi Sirih Layang. Sirih Layang merupakan musik tradisi dari Melayu Tua pedalaman pulau Sumatera yang berguna untuk pemberkatan agar tamu yang datang terbebas dari halangan dan dilancarkan segalanya dalam berkegiatan.
Pelapah Pisang menjadi alat ritual adat yang di gunakan dalam Tradisi Sirih Layang, Pelapah Pisang digebukan ke badan tamu untuk simbol kehormatan. Menyirih merupakan tradisi adat Suku Talang Mamak setiap tamu wajib menyirih untuk simbol sudah dianggapnya menjadi keluarga.
Setiap anak lelaki dari Suku Talang Mamak wajib untuk mengadakan tradisi Cuci Lantai, bertujuan untuk membersihkan rumah dari hal buruk serta mengenalkan anak kepada leluhur.
Dalam tradisi Cuci Lantai semua rangkaian harus wajib diikuti, mulai dari bahan-bahan yang akan dimasak harus ada doa-doanya.
Orang Indonesia terkenal dengan sifat bergotong royongnya, begitu pulang dengan suku Talang Mamak yang gemar bergotong royong.
Setiap satu keluarga yang mengadakan hajatan tradisi Cuci Lantai, menjadi kewajiban masyarakat untuk membantu, ketua adat pun wajib menentukan syarat utama Cuci Lantai.
Tradisi Cuci Lantai juga sebagai tanda terima kasih terutama untuk bidan yang telah membantu proses melahirkan seorang anak.
Sambil membawa seekor ayam kampung jantan dan tongkat, sang anak di iringi sampai ke sungai dusun sebagai simbol tanggung jawab dan perlindungan saat dewasa.
Saat sampai di sungai proses limau cuci di mulai, limau cuci wajib di lakukan untuk semua masyarakat suku Talang Mamak yaitu memandikan sang anak di sungai yang mempunyai filosofi untuk membersihkan semua keburukan serta dosa-dosa dan memohon kelak memudahkan sang anak untuk mencapai keinginannya.
Setelah sang anak selesai dimandikan, orang tua dan serta bidannya juga ikut mandi di sungai, bermaksud untuk tanda terima kasih kepada bidan yang telah membantu proses kelahiran sang anak
Warisan budaya yang kaya dan beragam
Riau, sebuah provinsi yang terletak di Pulau Sumatera, Indonesia, tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga dengan keberagaman budayanya yang kaya.
Salah satu suku yang mendiami wilayah Riau adalah Suku Talang Mamak.
Suku Talang Mamak adalah salah satu suku Melayu yang mendiami wilayah Riau sejak zaman dahulu kala.
Mereka memiliki latar belakang sejarah yang kaya dan terjaga dengan baik. Suku Talang Mamak tergolong melayu tua (proto melayu) yang merupakan suku asli Indragiri.
Mereka juga menyebut dirinya “Suku Tuha”. Sebutan tersebut bermakna suku pertama datang dan lebih berhak terhadap sumber daya di Indragiri Hulu.
Mata pencaharian masyarakat mayoritas Suku Talang Mamak yakni berladang dan berkebun. Komoditas Karet merupakan komoditas utama mereka.
Dalam mengembangkan kebun karet masyarakat menggunakan sistim tumpang sari dimana sebelum pohon karet besar mereka menanam padi dan tanaman semusim lainnya disela–sela pohon karet.
Masyarakat adat Talang Mamak yakin akan adanya Tuhan dan Nabi Muhammad atau juga mereka menyebut “islam langkah lama” dan sebagian kecil Katolik, khusunsya penduduk Siambul dan Talang Lakat.
Mereka menyebut dirinya sendiri sebagai orang “langkah lama”, yang artinya orang adat. Mereka membedakan diri dengan suku Melayu berdasarkan agama. Jika seorang Talang Mamak telah memeluk islam, identitasnya berubah menjadi melayu.
Orang Talang Mamak menunjukkan identitas secara jelas sebagai orang adat langkah lama. Mereka masih mewarisi tradisi leluhur seperti ada yang berambut panjang, pakai sorban/songkok dan gigi bergarang (hitam karena karena makan pinang).
Dalam lingkaran hidup [life cycle] mereka masih melakukan upacara-upacara adat mulai dari melahirkan dengan bantuan dukun bayi, timbang bayi, sunat, upacara perkawinan [gawai], berobat, beranggul [tradisi menghibur orang yang kemalangan] dan upacara Batambak [menghormati roh yang meninggal dan memperbaiki kuburannya untuk peningkatan status sosial].
Tanah dan hutan bagi suku Talang Mamak merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan.
Sejak beratus-ratus tahun mereka hidup damai dan menyatu dengan alam. Mereka hidup dari mengumpulkan hasil hutan dan melakukan perladangan berpindah.
Dari dulu mereka berperan dalam penyediaan permintaan pasar dunia. Sejak awal abad ke-19 pencarian hasil hutan meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dunia terhadap hasil hutan seperti jernang, jelutung, balam merah/putih, gaharu, rotan.
Tetapi abad ke-20 hasil hutan di pasaran lesu atau tidak menentu, namun ada alternatif ekonomi lain yaitu mengadaptasikan perladangan berpindah dengan penanaman karet. Penanaman karet tentunya menjadikan mereka lebih menetap dan sekaligus sebagai alat untuk mempertahankan lahan dan hutannya. (*)
Tags : budaya tradisiona, talang mamak ragam budaya tradisional talang mamak 2023, talang mamak di Riau,