JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan vaksin Covid-19 buatan perusahaan China, Sinovac, untuk anak berusia enam sampai 11 tahun.
Vaksinasi untuk anak usia sekolah dasar ini dianggap penting karena jumlah anak di Indonesia yang mengidap Covid-19 tergolong tinggi dibandingkan negara lain.
Merujuk data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), satu dari delapan pengidap Covid-19 di Indonesia adalah anak.
Sepanjang 2020, terdapat 350.000 anak di Indonesia yang dinyatakan positif Covid-19, menurut data Komnas Perlindungan Anak Indonesia. Setidaknya 777 di antara anak-anak itu meninggal dunia.
Namun vaksinasi untuk kelompok usia ini baru akan dilakukan di daerah yang tingkat vaksinasi terhadap lansianya tergolong tinggi.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, mendorong pemerintah membuat peta jalan vaksinasi kelompok usia 6-11 tahun secara rinci.
Rencana menyeluruh menurutnya penting karena hingga saat ini tingkat vaksinasi untuk segala umur masih sangat rendah di sejumlah daerah.
"Pemerintah harus punya data berapa anak yang sudah dan belum terinfeksi Covid-19, sehingga pelaksanaannya akan lebih baik. Tanpa itu, vaksinasi akan berjalan asal-asalan," kata Tri Yunis Miko Wahyono seperti dirilis BBC News Indonesia, Senin (1/11).
"Logistiknya juga harus disiapkan. Vaksin yang tersedia baru sekitar 180-an juta. Jadi untuk semua umur vaksinasi harus direncanakan dengan baik," ucapnya.
Hingga awal pekan ini, setengah dari total provinsi di Indonesia belum mencapai 50% untuk pemberian dosis pertama vaksin Covid-19.
Sementara provinsi yang cakupan vaksinasi dosis keduanya sudah di atas 50% hanya DKI Jakarta, Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kepulauan Riau.
Kapan dimulai?
Berdasarkan rapat terbatas tingkat menteri, Senin (01/11), vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun baru akan dilakukan setelah percepatan vaksinasi lansia dimulai.
Keputusan ini dikatakan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito. "Nantinya vaksinasi anak akan dimulai di daerah yang cakupan vaksinasi lansianya tinggi," ujarnya.
"Vaksinasi dilakukan sesuai prioritas, namun tetap mengejar cakupan di daerah lain juga karena tujuan utamanya adalah terbentuknya kekebalan imunitas nasional. Itu baru akan tercapai jika cakupan vaksinasinya menyeluruh di setiap daerah," kata Wiku.
Meski diprioritaskan sebagai penerima vaksin sejak awal 2021, vaksinasi lansia di Indonesia belum kunjung selesai. Yang menerima dosis pertama baru 40,15%, sedangkan yang tuntas dengan dua dosis tidak lebih dari 25%.
Pemerintah, kata juru bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, saat ini sedang memastikan pasokan vaksin dari Sinovac, sebelum menggelar vaksinasi untuk kelompok anak 6-11 tahun. Alasannya, kata Siti, jumlah vaksin yang dibutuhkan akan terus bertambah.
Apa hasil uji klinis BPOM?
Ketua BPOM, Penny Lukito, menyebut vaksin Coronavac terbukti aman untuk anak usia 6-11 tahun. Berdasarkan uji klinis tahap satu dan dua, efek samping yang muncul terhadap kelompok anak usia ini mencapai 11-14%.
Adapun tingkat kemanjuran Coronavac -- vaksin yang diproduksi Sinovac -- untuk anak dalam rentang usia ini adalah 65,1% atau setara dengan efikasi yang tercatat pada kelompok usia lainnya.
"Hasil uji klinis terhadap anak lebih fokus pada aspek keamanan dan imunoginitas (kemampuan vaksin memicu respons imun dari tubuh)," kata Penny dalam jumpa pers virtual, Senin (01/11).
"Persentase imunoginitas cukup tinggi, yaitu 96%. Vaksin ini aman untuk anak berusia 6-11 tahun," tuturnya.
Coronavac merupakan vaksin Covid-19 pertama yang mendapat izin penggunaan pada kelompok anak usia ini. Penny menjelaskan proses pemberian izin terhadap vaksin lainnya masih berjalan demi menjamin keamanannya.
Dua vaksin yang tengah dikaji BPOM untuk anak berumur 6-11 tahun adalah Pfizer dan Sinopharm. "Kami aktif mengejar produsennya agar ada alternatif vaksin bagi anak Indonesia," ucap Penny.
Mengapa vaksin untuk kelompok usia ini penting?
Pada Juni 2021, IDAI menyebut konfirmasi positif Covid-19 pada anak berusia 0-18 tahun mencapai 12,5%. Persentase itu meningkat menjadi 15% pada Agustus lalu, menurut data Kementerian Kesehatan.
Merujuk data yangs sama, tingkat kematian akibat Covid-19 pada anak Indonesia berkisar antara 3-5%. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat persentasenya 0,22%%.
Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, menyebut meluasnya rentang usia penerima vaksin bukan cuma vital untuk menyelamatkan anak, tapi juga kelompok usia lain, terutama orang-orang dengan kerentanan tinggi.
"Kendati secara persentase angka kematian anak karena Covid-19 hanya satu koma sekian persen, tapi kalau itu menimpa anak kita atau saudara kita, itu menjadi 100 persen," kata Piprim.
"Anak-anak tidak hanya bisa tertular Covid-19 tapi juga menularkan. Banyak anak positif tanpa gejala sehingga dia tidak ketahuan mengidap Covid-19, kemudian menularkan virus ke mana-mana.
"Jika anak menularkan virus ke eyangnya, orang tuanya, atau saudara lainnya yang punya komorbid (penyakit bawaan), tentu akibatnya bisa sangat fatal," ujar Piprim.
Vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun juga penting karena pembelajaran tatap muka di sekolah sudah sangat mendesak, kata Direktur Eksekutif Asosiasi Dokter Anak International (IPA), Aman Pulungan.
Aman mengatakan vaksinasi untuk kelompok usia ini akan memperluas cakupan vaksin pada setiap orang yang terlibat dalam proses belajar di sekolah, dari guru, staf, orang tua atau wali murid hingga siswa itu sendiri.
"Jadi apa yang diizinkan ini sudah sesuai dengan permintaan internasional dan WHO. Jadi ini harus dikawal sesegera mungkin," ujarnya.
Selain Indonesia, anak berusia 6-11 tahun di China, Chile, dan Kamboja juga telah mendapat rekomendasi otoritas kesehatan setempat untuk menerima vaksin buatan Sinovac.
Sementara itu, Badan Makanan dan Obat-obatan AS (FDA), baru-baru ini mengizinkan pemberian vaksin Pfizer kepada anak berusia 5-11 thun. Namun dosis yang dianjurkan hanya 10 mikrogram atau 20 mikrogram lebih sedikit dibandingkan untuk anak berumur 12-18 tahun.
Bagaimanapun, WHO meminta setiap negara untuk mempertimbangkan prioritas dalam menjalankan program vaksinasi. WHO mengatakan bahwa anak-anak dan remaja cenderung memiliki gejala lebih ringan bila terinfeksi Covid, dibandingkan dengan orang dewasa.
Kecenderungan itu juga terjadi di Indonesia, seperti dikatakan Siti Nadia Tarmizi. "Kecuali jika anak-anak itu termasuk dalam kelompok yang berisiko tinggi mengalami gejala parah bila terinfeksi Covid-19, maka tidak mendesak untuk memvaksinasi mereka, ketimbang orang-orang yang lebih tua atau mereka yang memiliki kesehatan kronis, dan pekerja kesehatan," kata WHO. (*)
Tags : Virus Corona, Indonesia, Vaksin, Anak-anak,