Pendidikan   2025/11/23 11:9 WIB

Bullying Tidak Hanya Terjadi di Sekolah, Orang Tua Harus Tau Cara-cara Efektif Melawan Perundungan

Bullying Tidak Hanya Terjadi di Sekolah, Orang Tua Harus Tau Cara-cara Efektif Melawan Perundungan
Bullying tidak hanya terjadi di sekolah, jadi orang tua dan pengasuh harus waspada terhadap tanda-tandanya.

PENDIDIKAN - Perundungan dapat membuat anak-anak menjadi sengsara dan bahkan menyebabkan masalah kesehatan dalam jangka panjang. Tetapi para ilmuwan menemukan cara-cara ampuh untuk melawan perundungan.

Lady Gaga, Shawn Mendes, Blake Lively, Karen Elson, Eminem, Kate Middleton, dan Mike Nichols - ini hanya beberapa orang yang telah berbicara tentang pengalaman mereka menjadi korban perundungan di sekolah, dan rasa sakit yang ditimbulkannya di masa kecil dan hingga dewasa.

Musuh saya sendiri sewaktu kecil adalah dua bocah bernama Daniel dari pedesaan Yorkshire, Inggris. Mereka memiliki kebiasaan meniru dan mengejek semua yang saya katakan, sehingga saya hampir tidak berani berbicara di kelas.

Siapapun yang telah menjadi korban saat kecil akan memahami perasaan malu yang dapat ditimbulkan oleh pengalaman semacam ini. Dan konsekuensinya tidak berhenti di situ.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dampak intimidasi pada masa kanak-kanak dapat bertahan selama beberapa dekade, dengan dampak jangka panjang yang dapat meningkatkan risiko penyakit mental dan fisik.

Temuan seperti itu membuat semakin banyak pendidik untuk mengalihkan anggapan mereka tentang perundungan: dari sebuah pengalaman yang tak terhindarkan menjadi pelanggaran hak asasi anak-anak.

"Dulu orang berpikir bahwa bullying adalah perilaku normal, dan dalam beberapa kasus, bahkan bisa menjadi hal yang baik karena membangun karakter," jelas Louise Arseneault, seorang profesor psikologi perkembangan di King's College London di Inggris. 

"Butuh waktu lama bagi [para peneliti] untuk mulai mempertimbangkan perilaku bullying sebagai sesuatu yang bisa sangat berbahaya."

Dengan perubahan pikiran ini, banyak peneliti sekarang menguji berbagai skema anti perundungan - dengan beberapa strategi baru yang menarik untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih ramah.

Tidak diragukan lagi bahwa perundungan menimbulkan risiko serius bagi kesehatan mental anak-anak dalam jangka pendek, dengan konsekuensi yang paling menonjol adalah meningkatnya kecemasan, depresi, dan pemikiran paranoid.

Sementara beberapa gejala ini mungkin hilang secara alami setelah bullying berhenti, banyak korban terus menderita peningkatan risiko penyakit mental. 

Menurut sebuah makalah baru-baru ini yang dimuat dalam Harvard Review of Psychiatry, seorang perempuan yang telah mengalami perundungan saat masih anak-anak, menjadi 27 kali lebih mungkin mengalami gangguan panik saat dewasa.

Di antara kaum laki-laki, intimidasi saat masa kanak-kanak mengakibatkan peningkatan 18 kali lipat dalam pemikiran dan tindakan bunuh diri.

"Ada semua asosiasi ini, yang kuat dan direplikasi di berbagai sampel yang berbeda," kata Arseneault.

Perundungan juga akan memiliki konsekuensi yang berlarut-larut bagi kehidupan sosial masyarakat: banyak korban merasa lebih sulit untuk berteman di kemudian hari dan kecil kemungkinannya untuk hidup dengan pasangan jangka panjang.

Salah satu kemungkinannya adalah mereka kesulitan untuk mempercayai orang-orang di sekitar mereka.

"Anak-anak yang telah di-bully, mungkin menafsirkan hubungan sosial lebih sebagai ancaman," kata Arseneault.

Terakhir, ada pula biaya akademik dan ekonomi. Perundungan merusak nilai akademik seseorang, yang dampaknya akan mengurangi prospek pekerjaan mereka. Artinya, mereka lebih mungkin mengalami ketidakstabilan keuangan dan menjadi pengangguran di usia dewasa muda dan paruh baya.

Penelitian Arseneault menunjukkan bahwa stres yang dihasilkan dapat berdampak buruk pada tubuh selama beberapa dekade setelah kejadian perundungan.

Dalam menganalisis data dari studi jangka panjang selama 50 tahun, dia menemukan bahwa perundungan yang sering terjadi antara usia tujuh dan 11 tahun dikaitkan dengan kemungkinan tingkat peradangan yang jauh lebih tinggi pada usia 45.

Keterkaitan itu tetap ada bahkan setelah orang itu mengendalikan sejumlah faktor lain, termasuk diet, aktivitas fisik, dan jika mereka merokok atau tidak.

Itu penting, karena peradangan yang meningkat dapat mengganggu sistem kekebalan dan berkontribusi pada kerusakan organ kita yang mengarah pada kondisi seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular.

Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa upaya untuk menghilangkan perundungan bukan hanya merupakan kepentingan moral untuk meringankan penderitaan langsung anak-anak, namun juga dapat membawa manfaat jangka panjang bagi kesehatan sebuah populasi.

Ketika saya masih sekolah di Inggris pada tahun 90-an dan awal 2000-an, tidak ada kampanye sistematis untuk mengatasi masalah perundungan secara lebih luas.

Guru akan menghukum perilaku tertentu, jika teramati. Tetapi tanggung jawab ada pada siswa untuk melaporkan masalah, yang berarti banyak kasus diabaikan.

Beberapa guru diam-diam akan mendukung perundungan dengan menutup mata terhadap masalah yang jelas, sementara yang lain, meski minoritas, secara aktif memihak pelaku perundungan.

Jenis perundungan tertentu juga ada yang ditoleransi karena mencerminkan prasangka sosial yang lebih luas. Misalnya, sebagian besar anak-anak dari ibu sepasang lesbian dalam studi jangka panjang melaporkan ejekan atau perundungan karena tipe keluarga mereka, meskipun dukungan orang tua menyangga dampaknya.

Remaja LGBTQ juga lebih mungkin mengalami perundungan dan agresi lainnya di sekolah. Sekolah, bagaimanapun, di masa lalu cenderung mengabaikan perundungan terkait homofobia.

Untungnya, penelitian yang sedang berlangsung sekarang dapat memberikan beberapa strategi anti-perundungan yang terbukti dapat membantu.

Program Pencegahan Perundungan Olweus adalah salah satu skema yang paling banyak diuji.

Ini dikembangkan oleh mendiang psikolog Swedia-Norwegia, Dan Olweus, yang mempelopori banyak penelitian akademis awal tentang viktimisasi anak.

Program ini didasarkan pada gagasan bahwa kasus intimidasi individu seringkali merupakan produk dari budaya yang lebih luas yang menoleransi viktimisasi.

Akibatnya, ia berupaya mengatasi seluruh ekosistem sekolah agar perilaku buruk tidak lagi tumbuh subur.

Seperti banyak program intervensi, Program Olweus dimulai dengan pengenalan masalah.

Untuk alasan ini, sekolah harus membuat survei untuk menanyai siswa tentang pengalaman mereka.

"Mengetahui apa yang terjadi di lingkungan Anda sangat penting dan dapat memandu upaya pencegahan perundungan," kata Susan Limber, seorang profesor psikologi perkembangan di Clemson University di South Carolina.

Program Olweus mendorong sekolah untuk menetapkan ekspektasi-ekspektasi yang sangat jelas untuk perilaku yang dapat diterima dan konsekuensinya jika mereka melanggar aturan tersebut.

"[Sanksi-sanksi] seharusnya tidak mengejutkan anak itu," kata Limber. Orang dewasa harus bertindak sebagai panutan yang positif, yang memperkuat perilaku yang baik dan menunjukkan tidak ada toleransi sama sekali untuk segala bentuk viktimisasi.

Mereka juga harus belajar mengenali lokasi di dalam sekolah di mana perundungan paling mungkin terjadi dan mengawasi secara teratur.

"Setiap orang dewasa di sekolah membutuhkan beberapa pelatihan dasar tentang bullying, orang-orang yang bekerja di kafetaria, sopir bus, penjaga," kata Limber.

Di tingkat ruang kelas, anak-anak sendiri mengadakan pertemuan untuk membahas sifat perundungan - dan cara mereka dapat membantu siswa yang menjadi korban perilaku buruk.

Tujuannya, dalam semua ini, adalah untuk memastikan bahwa pesan anti-perundungan tertanam dalam budaya institusi itu. 

Dengan bekerja bersama Olweus, Limber telah menguji skema di berbagai lingkungan, termasuk peluncuran skala luas di lebih dari 200 sekolah di Pennsylvania.

Analisis mereka menunjukkan bahwa program tersebut telah menghasilkan 2.000 lebih sedikit kasus perundungan selama dua tahun.

Para peneliti juga melihat perubahan dalam sikap keseluruhan populasi sekolah terhadap perundungan, termasuk empati yang lebih besar bagi para korban.

Hasil uji coba Limber tidak sendirian dalam menunjukkan bahwa kampanye anti perundungan yang sistematis dapat membawa perubahan positif.

Sebuah meta-analisis baru-baru ini, yang memeriksa hasil dari 69 percobaan, menyimpulkan bahwa kampanye anti-intimidasi tidak hanya mengurangi viktimisasi tetapi juga meningkatkan kesehatan mental siswa secara umum.

Menariknya, durasi program tampaknya tidak memprediksi peluang keberhasilan mereka.

"Bahkan, intervensi selama beberapa minggu juga efektif," kata David Fraguas, di Institut Psikiatri dan Kesehatan Mental, Rumah Sakit Clínico San Carlos, di Madrid, yang merupakan penulis pertama studi tersebut.

Terlepas dari bukti yang kuat, intervensi ini belum dimasukkan ke dalam program pendidikan nasional di sebagian besar negara.

"Hal yang sudah diketahui efektif ini tidak dijalankan," katanya.

Bullying tidak hanya terjadi di sekolah, dan Limber berpendapat bahwa orang tua dan pengasuh harus waspada terhadap tanda-tanda masalah.

"Anda harus proaktif dalam membicarakan topik ini - jangan menunggu sampai muncul dulu," katanya.

"Anda dapat membahasnya ketika menanyakan kabar anak Anda. Seperti, 'Bagaimana kabar teman-temanmu? Apakah ada yang mengalami masalah?"

Dia menekankan bahwa orang dewasa harus menanggapi masalah anak dengan serius - bahkan jika hal itu tampak sepele dari sudut pandang luar - sambil tetap berpikiran jernih.

"Dengarkan baik-baik dan coba kendalikan emosi Anda saat Anda mendengarnya."

Pengasuh harus menghindari memberikan saran yang tergesa-gesa tentang bagaimana anak dapat mengatasi masalah tersebut, karena hal ini terkadang dapat menimbulkan perasaan bahwa korban harus disalahkan atas pengalaman tersebut.

Jika perlu, orang tua atau wali harus memulai percakapan dengan pihak sekolah, yang harus segera menyusun rencana untuk memastikan anak merasa aman.

"Hal nomor satu adalah fokus pada anak itu dan pengalamannya."

Pengalaman tumbuh dewasa bukanlah hal yang mudah: anak-anak dan remaja belajar cara menangani berbagi hubungan sosial dan itu terkadang akan membawa rasa sakit dan kesal.

Tetapi sebagai orang dewasa, kita dapat melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik untuk mengajar anak-anak bahwa jenis perilaku tertentu tidak pernah dapat diterima, dimana tidak ada yang harus disalahkan kecuali para pelaku perundungan itu sendiri.

Pelajaran seperti itu dapat berdampak luas pada kesehatan dan kebahagiaan banyak generasi yang akan datang. (*)

Tags : bullying, perundungan, melawan perundungan, cara efektif melawan perundungan, perundungan tidak hanya di sekolah, orang tua harus tau cara melawan perundungan, kesehatan mental, pendidikan, anak-anak,