BATAM - Kasus bunuh diri di Batam dalam beberapa hari belakangan ini kembali marak terjadi. Korbannya mengakhiri hidup dengan meloncat di Jembatan Barelang hingga menyayat nadi.
"Bunuh diri mulai marak di Batam karena tersangkut berbagai masalah."
“Diperlukan edukasi kepada seseorang yang mempunyai masalah dalam hidupnya,” kata Psikolog, Irfan Aulia menanggapi.
Irfan Aulia mengatakan banyaknya kasus bunuh diri ini merupakan permasalahan kesehatan mental.
Untuk itu, seseorang yang mempunyai masalah harus diberikan edukasi, sebutnya.
Ia menjelaskan edukasi tersebut berguna untuk memecahkan masalah bagu seseroang tersebut. Sehingga berguna bagi ketahanan diri.
“Ini penting untuk saling bantu cegah bunuh diri. Jangan diremehkan,” katanya.
Menurut dia, banyaknya kasus bunuh diri juga disebabkan pengaruh media sosial [medsos].
Kejadian ini dengan cepat tersebar hingga korbannya ingin mendapatkan pengakuan dari bunuh diri tersebut.
“Pemikirannya, menyakiti diri sendiri dengan bunuh diri akan mendapatkan pengakuan,” ungkapnya.
Sebelumnya, EM, warga Sei Nayon, Bengkong Sadai ditemukan tewas di Toko keramik Sinar Matahari, Kamis (8/8) sore, sekitar pukul 16.30 WIB.
Wanita 41 tahun ini tergeletak dengan luka sayat dibagian pergelangan tangan kiri.
Jasad EM pertama kaloi ditemukan karyawan toko bernama Tini. Sebab, toko yang dihuni korban sudah beberapa hari tak beroperasi.
Dari pemeriksaan polisi, di lokasi ditemujan obat-obatan dan pisau cutter di samping jasad.
Selang beberapa hari kemudian, seorang pria loncat dari Jembatan I Barelang, Rabu (14/8).
Jasadnya ditemukan mengapung dekat keramba milik warga Pulau Buluh, Kamis (15/8) pagi sekitar pukul 04.00 WIB.
Tetapi Walikota Batam sekaligus Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, mengaku sudah melakukan berbagai cara untuk mengatasi masalah.
Ia mengaku beberapa kasus diantaranya terjadi di Jembatan Barelang.
“Katanya sudah dirukiah. Sudah dirukiah, ya,” katanya, sambil berjalan ke arah Kantor Wali Kota Usai menghadiri acara Popda di Dataran Engku Putri Batamcenter, pada Selasa (23/7).
Muhammad Rudi tampak buru-buru meninggalkan lokasi. Sejumlah wartawan sudah menunggu untuk wawancara cegat dengannya.
Ditanya soal apa langkah pemerintah daerah setempat untuk mengatasi atau setidaknya meminimalisir kasus tersebut, Rudi mengatakan bahwa masih menunggu laporan dari perangkat kecamatan dan kelurahan.
Menurutnya Pemerintah Kota [Pemko] Batam, telah melakukan berbagai cara dan upaya guna mengatasi masalah itu.
Ia meminta kepada masyarakat Batam untuk terus meningkatkan keimanan diri. Persoalan pemicu lain seperti ekonomi juga berpengaruh.
“Saya kira meningkatkan keimanan dulu, lah, ya. Semua ini, kan, karena iman. Iman secara agama. Ekonomi mungkin kita mengkaji kembali,” ujarnya.
Di sisi lain, Gubernur Kepri, Ansar Ahmad meminta peran orang tua dalam mengontrol anaknya di rumah.
"Perhatian dan pendampingan secara keagamaan menjadi peran penting dalam mencegah perilaku tersebut."
“Kita lebih banyak mendorong peran orang tua untuk memantau anaknya di rumah. Kita katakan orang tua jangan menyerahkan anak seolah tugasnya sudah selesai tanpa mereka memberikan perhatian mendampingi kepada anaknya di rumah,” ujar Ansar.
Tidak hanya itu, Ansar juga menyoroti pentingnya peran tokoh agama dan organisasi masyarakat dalam mencegah adanya aksi bunuh diri.
Persoalan ini mesti dilihat secara komprehensif atau menyeluruh sebab ada juga karena faktor ekonomi, keluarga dan sebagainya.
Menurutnya pribadi yang merasa memiliki iman dan bertuhan tentunya tidak akan mau mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu.
“Orang kalau merasa bertuhan dia tidak akan mengakhiri hidupnya dengan cara begitu. Iya semoga kita semua berkampanye soal itu. Semoga itu [bunuh diri] tidak akan terjadi kembali di Kepri,” kata Ansar.
Jembatan Barelang jadi saksi bisu atas aksi atau percobaan bunuh diri yang sudah tujuh kali terjadi sepanjang Januari sampai Juli 2024 ini.
Kasus pertama terjadi 4 Februari, dilakukan CY di Jembatan II [Nara Singa] Barelang. Untungnya CY berhasil diselamatkan oleh orang sekitar.
Kasus kedua terjadi di 12 Mei, dilakukan MM, 20 tahun, yang meloncat dari Jembatan I [Tengku Fisabilillah] Barelang dan ditemukan tewas pada 14 Mei, di perairan Belakangpadang.
Kasus ketiga terjadi sehari pascakejadian pertama, yakni tanggal 15 Mei 2024. Pelakunya adalah DG, 35 tahun.
DG loncat dari jembatan IV [Sultan Zainal Abidin] Barelang dan ditemukan tak jauh dari lokasi pada 16 Mei 2024, dengan kondisi sudah tak bernyawa.
Kejadian keempat, pada 4 Juni, seorang wanita membawa anak nekat mengakhiri hidup di Jembatan I Barelang.
Aksi wanita itu lantas beredar viral di media sosial. Ia terisak dengan ditemani sang anak. Beruntungnya, aksi itu berhasil ditangani tim Ditpam BP Batam.
Selanjutnya kasus kelima dan enam, terjadi pada 30 Juni 2024, dilakukan IF dan D. IF lompat dari Jembatan I Barelang dan ditemukan meninggal tak jauh dari lokasi.
Setelah itu, D juga loncat dari Jembatan I Barelang, namun beruntung ia masih dapat diselamatkan oleh tim Basarnas.
Kasus ketujuh terjadi 13 Juli 2024. Pelaku ialah JF, 23 tahun, yang loncat dari Jembatan V [Tuanku Tambusai] Barelang. JF ditemukan sekitar 250 meter dari lokasi kejadian, pada 14 Juli. Saat ditemukan, nyawanya sudah tiada. (*)
Tags : kasus bunuh diri, kasus bunuh diri marak, batam, bunuh diri di jembatan barelang, bp batam lakukan berbagai cegah bunuh diri,