Headline Artikel   2024/07/19 11:2 WIB

Caffe 'Wak Kado' Buat Strategi Tetap Pakai Konsep Hijau, 'untuk Meningkatkan Bisnis Dibalik Gempuran Pesaing'

Caffe 'Wak Kado' Buat Strategi Tetap Pakai Konsep Hijau, 'untuk Meningkatkan Bisnis Dibalik Gempuran Pesaing'

ISTILAH “ngafe yuk” atau “ngopi-ngopi cantik” menjadi populer belakangan ini di Kabupaten Lingga.

Bisa dibilang budaya anak muda di Bumi Bunda Melayu itu terlihat mulai gemar berkumpul di warung kopi berpindah ke cafe atau coffee shop. Utamanya para masyarakat urban.

Tak terkecuali pada Caffe 'Wak Kado' yang di buka Bahrummazi, pasalnya bisnis cafe miliknya menyasar pasar dengan rentang usia yang lebar.

"Mulai dari para introvert yang butuh pojokan me-time, pekerja milenial yang hobi buka laptop sambil menyesap cappucino, ibu-ibu arisan yang rumpi-rumpi dibalut kata ‘ngopi cantik’, anak sekolah yang merasa keren minum americano ala drama Korea, bahkan keluarga kecil yang ingin merekatkan bonding sambil makan bersama di cafe," kata Bahrummazi menjelaskan.

Cafe Wak Kado yang berada di Jalan Kampung Bukit Kuali, RT03/RW05, Kelurahan Daik, Kecamatan Lingga, Kepri ini terlihat lebih luas. Sebelumnya menyajikan menu yang lebih beragam. Mulai dari kopi, kudapan, sampai makanan berat.

Sudah bukan rahasia lagi, cafe atau coffee shop sering jadi sasaran meeting point untuk sepasang muda-mudi yang sedang pendekatan.

Pun menjadi lokasi yang sempurna untuk reuni kecil, atau pertemuan rutin dengan teman dekat agar bisa berbincang suasana nyaman dan hangat.

"Ya, seperti rumahan saja. Ini juga tempat kumpul-kumpul dengan teman satu ‘geng’ memang lebih asyik," sebutnya. 

Memang caffe yang dikelola Bahrummazi punya pasar yang luas. Ia pun tak menampik diawal operasional yang kecil-kecilan sudah memperoleh omzet meningkat pada saat libur dan akhir pekan.

"Banyak hari biasa juga dikunjungi orang yang datang untuk bekerja sambil ngopi," katanya.

"Yang penting, kuncinya kita bisa mendesain tempat senyaman mungkin, untuk pengunjung senang datang. Mungkin juga diikuti dengan kualitas kopi dan makanan," katanya.

Bisnis Cafe Kekinian Butuh Modal Berapa?

Bahrummazi menjelaskan bicara modal yang relatif sekali.

Untuk membuka bisnis cafe kekinian kecil-kecilan, setidaknya membutuhkan biaya untuk beberapa item ini:

  • Biaya untuk menyewa tempat (durasi: 1 tahun): Rp8.000.000,-
  • Biaya untuk perabotan ruangan (meja, kursi, dll.): Rp1.000.000,-
  • Biaya operasional (gaji pegawai, listrik, air): Rp4.000.000,-
  • Biaya untuk peralatan memasak: Rp2.000.000,-
  • Biaya untuk perlengkapan makan (piring, gelas, sendok, dll.): Rp1.000.000,-
  • Biaya untuk membeli bahan baku awal: Rp3.000.000,-
  • Biaya tersebut hanyalah gambaran kasar dan standar yang mungkin harus kamu siapkan. Jika ditotalkan sekitar Rp19.000.000.

"Kalau membayangkan bisnis cafe kekinian yang ingin dibangun lebih besar dan mewah, tentu harus menyiapkan modal lebih besar lagi," katanya.

Tetapi Ia tidak menampik kalau caffe yang dikelolanya di halaman rumah milik sendiri.

"Tentu ini jauh lebih murah, namun desain cafe yang menjadi magnet penarik konsumen sangat dibutuhkan," sebutnya.

Ia berencana mengatur strategi untuk meningkatkan Cafe lebih kekinian.

"Tetap kita pakai kunci untuk bisnis cafe yakni: tempat nyaman, makanan enak, dan pelayanan hangat," sebutnya.

Ia mengubah yang semula industri pengetaman kayu fungsinya tanpa mengubah struktur bangunan.

Kesannya pun unfinished pada suatu ruangan yang menggunakan warna-warna monokromatik dengan kesan lebih maskulin.

Kesannya ‘sudah dipakai dan berumur’ namun terlihat tetap modern dan sangat urban.

Perlahan Ia akan mengubah bangunan dengan dinding bata merah yang polos begitu saja tanpa diaci

Menurutnya, desain cafe ini masih termasuk desain industrialis namun mengekspos bagian dindingnya yang sama-sama unfinished menggunakan bata.

"Bata yang digunakan bisa bata merah terakota atau bata yang dicat putih. Batu bata yang menonjol memberikan kesan ‘oldies’ yang keren," terangnya.

Tetapi Bahrummazi tidak melupakan model Cafe yang memakai konsep hijau. Ia juga gemar dengan tanaman dan meletakkan tanaman hijau pada cafenya.

Tedtapi peletakan tanaman dalam cafe dilakukannya hanya beberapa spot saja, mungkin untuk menghindari kesan ‘hutan’ yang terlalu rimbun.

Selain itu Cafe Wak Kado memilih desain kursi yang ‘jadul’ dan bantal kursi warna-warni yang empuk.

Ini seakan mengajak konsumen tak hanya duduk dan menyesap kopi, melainkan juga melayangkan memorinya pada masa yang menyenangkan dalam hidupnya.

Kalau sekarang Cafe miliknya, masih terbuat dari kayu memberikan nuansa tenang dan menyenangkan.

"Sejuk namun tetap hangat."

Ia pun dalam waktu dekat akan merancang kembali cafe nya dengan mengaplikasikan kayu di berbagai jenis furniture sampai dinding [ruang dalam]. 

Begitu juga pada dapur cafe dan kursi-kursi kecil di depannya.

Jadi konsep cafe kekinian outdoor yang ingin dilakukan Bahrummazi memang sedang happening. Mungkin masyarakat urban sudah merasa ‘bosan’ dengan keterkungkungan mereka di gedung tempatnya bekerja. Ia pun siap menampilkan lampu-lampu cantik agar suasana malam makin temaram dan romantis. (*)

Tags : Caffe Wak Kado, Daik Lingga, Kepri, Pengusaha Cafe di Lingga, Pengusaha Cafe Buat Strategi, Pengusaha Cafe tingkatkan bisnis Dibalik Gempuran Pesaing,