Pendidikan   05-05-2025 9:33 WIB

Agar Pendidikan RI Maju & Semua Anak Pintar Bisa Ikuti Cara dari Jepang

Agar Pendidikan RI Maju & Semua Anak Pintar Bisa Ikuti Cara dari Jepang

PENDIDIKAN - Bulan Mei jadi momentum tepat untuk membuat refleksi atas situasi pendidikan Tanah Air. Sebab, pada tanggal 2 Mei, Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional.

Dalam semangat itu, Indonesia perlu membuka diri untuk belajar dari negara lain yang berhasil membangun ekosistem pendidikan yang kuat, salah satunya Jepang. 

Keberhasilan Jepang membangun sektor pendidikan bermula dari reformasi besar-besaran yang dilakukan para pemimpin Jepang pasca-Perang Dunia II (1939-1945).

Salah satu kisah populer terkait ini adalah bagaimana Kaisar Jepang Hirohito (1926-1989) mengambil langkah berbeda untuk bangkit dari keterpurukan.

Tak lama usai kekalahan, dia bukan mencari dokter, insinyur atau ahli lain untuk memperbaiki negara, tetapi guru.

Bagi Hirohito, kekalahan Jepang dalam pertempuran terjadi karena kegagalan sistem pendidikan.

Pendidikan Jepang tak melahirkan sumber daya berkualitas dan kalah dari AS.

Kaisar melihat sumber daya manusia AS jauh lebih unggul, sehingga bisa membuat negaranya kalah. Dari sini, reformasi pendidikan besar-besaran pun dilakukan. 

Sebulan setelah kekalahan, tepat pada 15 September 1945, pemerintah Jepang mengeluarkan "Pedoman Kebijakan Pendidikan untuk Pengembangan Jepang Baru", yang berisi 11 aturan.

Mulai dari revisi buku pelajaran, menghapus pelajaran yang berhubungan militer, membuat pelajaran pendekatan saintifik, hingga merekonstruksi Kementerian Pendidikan. 

Akademisi ahli Jepang, Susy Ong, dalam "Post-World War II Education Reform in Japan" (2020) menyebut, 11 aturan tersebut hendak mengubah mentalitas buruk mayoritas warga buruk yang cenderung apatis, egois, dan bodoh.

Berakhirnya perang digunakan sebagai titik awal mengubah gaya hidup dan mentalitas masyarakat melalui pendidikan. 

Hanya saja, reformasi pendidikan tak dilakukan oleh pemerintah Jepang sendiri.

Sebagai negara kalah perang, Jepang dikontrol ketat oleh AS, sehingga Paman Sam pun turut serta mengatur kebijakan pendidikan Jepang. 

Kedua negara tak serta merta membuat kebijakan pendidikan dari nol. Mereka mempelajari sistem pendidikan dari banyak negara yang sudah sukses. Lalu, dimodifikasi sesuai kondisi Jepang.

Dari sini diketahui kurikulum pendidikan Jepang berupa propaganda militeristik dan ultra-nasionalisme harus dihapus. 

Sebelumnya, anak-anak sekolah di Jepang diajarkan agar selalu patuh dan rela mati demi rakyat.

Propaganda berupa Jepang negeri para dewa turut dihapus. Sebab, materi-materi seperti ini terbukti berhasil membangkitkan semangat warga yang berujung pada Perang Dunia. 

Artinya, penghapusan didasari oleh sikap antisipasi supaya kejadian PD 2 tak terulang kali.

Apalagi, kelak terbukti juga bahwa mengutamakan materi seperti itu harus dibayar mahal. Sebab, rendahnya kualitas sumber daya manusia mengaburkan penguasaan teknologi dan kemampuan berpikir logis, serta mematikan inisiatif dan rasa tanggung jawab sosial. 

Sejarawan Benjamin Duke dalam The History of Modern Japanese Education (2009) menyebut, kurikulum baru berisi pendidikan moral, pengembangan sains dan teknologi, kesetaraan, dan kewarganegaraan.

Selain itu guru juga dipastikan harus mengantongi izin sebagai pendidik profesional. Jepang merekrut banyak orang agar menjadi guru. Lalu melatih mereka dari nol hingga dilakukan sertifikasi. 

Bagi pemerintah Jepang, nasionalisme akan terbangun kalau rakyat hidup sejahtera dan dapat terwujud jika pendidikannya baik. Bukan kebalikannya. 

"Membangun kembali Jepang melalui pendidikan untuk menghasilkan warga negara yang berpengetahuan dengan keterampilan kerja agar mereka dapat hidup dengan baik. Sebab rasa tanggung jawab sosial dan rasa nasionalisme dapat tumbuh dengan baik jika rakyat hidup sejahtera," ungkap Susy Ong. 

Singkat cerita, reformasi pendidikan Jepang membuahkan hasil. Peter Cave dalam Primary School in Japan (2007) menyebut, dalam kurun waktu 10-20 tahun, Jepang sukses menjadi penggerak ekonomi dunia pada 1960-1990.

Lulusan Jepang dikenal unggul dalam sains, teknologi. Sistem pendidikannya pun mendapat pengakuan internasional dan menjadi bahan percontohan negara-negara di dunia. 

Dengan demikian, Indonesia bisa belajar dari Jepang. Bahwa untuk bisa setara dengan Jepang, kurikulum pendidikan harus mengutamakan sains, tak menekankan materi ultra-nasionalis, dan meningkatkan kesejahteraan para buruh.


Cara Belajar Orang Jepang
Jika selama ini kamu merasa setiap belajar kurang masuk ke otak, coba terapkan bagaimana cara belajar orang Jepang seperti di bawah ini.

1. Makanan bergizi itu penting
Salah satu cara belajar orang Jepang yang patut untuk dicontoh adalah mengkonsumsi makanan bergizi baik itu sebelum sekolah dimulai atau ketika makan siang. Bahkan, sudah banyak diketahui bahwasanya sekolah-sekolah di negeri sakura ini dilengkapi dengan ahli gizi yang membantu karyawan sekolah untuk mempersiapkan makanan untuk siswa. 

Asupan gizi dari makanan penting untuk membuat badan yang sehat dan perkembangan otak maksimal. Dengan demikian, siswa dapat menyerap pelajaran dengan lebih baik. 

2. Kemandirian
Fokus lain yang ditekankan dalam metode belajar ala Jepang adalah kemandirian dalam banyak aspek kehidupan siswa. Sejak dini, siswa-siswi di Jepang didorong untuk berangkat ke sekolah secara mandiri, entah itu dengan jalan kaki, menggunakan bis sekolah atau bahkan menggunakan kereta bawah tanah. Oleh karena itu, tidak heran jika siswa siswi di negeri sakura ini dituntut untuk bangun pagi.

Tidak hanya itu, mereka juga diajari untuk mempersiapkan kelas, ruang makan siang dan perlengkapan makan siang lainnya secara mandiri. Mulai dari mengepel ruangan hingga membersihkan meja makan dilakukan secara mandiri oleh siswa. 

Selain mendorong sikap mandiri, hal ini juga mengajarkan kepada siswa pentingnya setiap profesi, termasuk profesi cleaning service dan petani. Maka dari itu, tidak heran jika sekolah-sekolah di Jepang jarang yang memiliki petugas cleaning service khusus. 

3. Manners before knowledge
Nilai lain yang cukup dikenal dalam metode belajar ala Jepang adalah manner before knowledge atau kepribadian diajarkan terlebih dahulu sebelum pengetahuan. Dalam budaya pendidikan di negeri sakura ini, anak-anak kelas 1-3 sekolah dasar hanya akan diajari mengenai tata cara bersikap dan membangun sikap empati. 

Pada tahap ini, ujian juga belum diperkenalkan. Hal ini terjadi karena menurut nilai budaya yang diusung di negeri sakura tersebut, ilmu pengetahuan akan lebih mudah masuk ke dalam otak seseorang yang memiliki kepribadian baik. 

4. Belajar setelah sekolah
Durasi sekolah anak-anak Jepang bervariasi sesuai dengan jenjangnya masing-masing. Untuk anak SD di Jepang, sekolah umumnya mulai dari jam 9.00 pagi sampai jam 15.00 sore. Namun setelah kelas tersebut, mereka umumnya tidak langsung pulang dan istirahat, melainkan mengikuti club atau ekstrakulikuler dan kelas tambahan dengan sistem belajar mandiri. 

Di sisi lain, mahasiswa universitas di Jepang umumnya memiliki kelas hingga 9-24 jam seminggu. Jumlah jam ini belum ditambah dengan belajar kelompok dan mengerjakan tugas mandiri. Di luar jam tersebut, sama seperti mahasiswa pada umumnya, mahasiswa di kampus-kampus negeri sakura ini juga memiliki pekerjaan paruh waktu dan tentunya nongkrong dengan teman. Oleh karena itu, mereka juga mengatur waktu belajar dengan baik.

5. Membangun budaya membaca
Ciri khas lain dalam budaya belajar orang Jepang adalah tingginya kebiasaan membaca. Kalau kamu pergi ke negeri sakura ini, kamu akan banyak menemukan orang Jepang yang membaca tidak hanya di perpustakaan saja, tetapi juga di dalam kereta bawah tanah dan di toko buku. 

Konten apa saja akan mereka baca. Tidak hanya pelajaran, koran atau bahkan manga juga banyak dibaca. Membaca kapanpun dan dimanapun seperti ini tentu penting untuk menanggulangi kebiasaan belajar sistem kebut semalam (SKS) sebelum ujian. 

Dengan bantuan teknologi seperti saat ini, membangun budaya membaca seperti orang Jepang jadi lebih mudah loh! Dengan aplikasi pembaca e-book, seperti Kindle atau Google Books, kamu bisa membaca buku apapun yang kamu mau dimanapun dan kapanpun. Bosan hanya membaca? Tidak perlu khawatir. Saat ini juga sudah banyak aplikasi yang dibangun untuk “membaca buku melalui suara”. 

6. Menikmati proses
Sistem belajar ala Jepang juga menekankan nilai wabisabi yaitu keindahan dalam perkembangan alami yang sedikit demi sedikit. Dalam nilai ini, siswa siswi di negeri sakura tersebut diajari untuk belajar menikmati proses pembelajaran meskipun sedikit demi sedikit. 

Hal ini bisa kamu terapkan juga di Indonesia. Caranya adalah dengan menentukan target pembelajaran yang realistis dan mengatur waktu belajar yang spesifik, khususnya jika kamu ingin mengatur waktu belajar untuk belajar UTBK SNBT. Tidak masalah jika kamu hanya bisa mempelajari sedikit materi, selama kamu bisa belajar dengan fokus, rutin dan disiplin. 

7. Disiplin dan tepat waktu
Jepang adalah negara yang terkenal dengan kedisiplinan dan ketepatan waktunya. Entah itu saat datang ke sekolah, tempat les atau bahkan saat makan siang saja mereka disiplin. Nilai-nilai kedisiplinan ini dapat kamu terapkan juga di Indonesia. 

Misalnya, dengan membuat jadwal belajar UTBK yang rigid dan terus ditepati. Jangan lupa siapkan hukuman untuk berjaga-jaga jika kamu melanggar jadwal belajar. Sesekali istirahat tentu boleh, tapi tentunya waktu istirahat ini juga harus diatur. Seperti yang disebutkan di atas, kedisiplinan adalah kunci kesuksesan orang Jepang, meskipun mereka harus mempelajari sesuatu sedikit demi sedikit. (*)

Tags : pendidikan, pendidikan maju, cara pendidikan RI maju, semua anak bisa pintar, cara jepang majukan pendidikan,