RIAUPAGI.COM, PEKANBARU - Menjelang berakhirnya pengelolaan Blok Rokan di Provinsi Riau yang dilakukan oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang sudah beroperasi selama 95 tahun, Lembaga Masyarakat Riau (LMR) mengusulkan CPI dapat meninggalkan berbagai aset bagi bangsa dan negara Indonesia.
"Aset itu bisa berupa dari sisi infrastruktur, dukungan pendidikan dan kesehatan, baik dalam bentuk kemintaran, dari sisi SDM yaitu etos kerja. Kami juga melihat berbagai bangunan perkantoran dan perumahan karyawan, yang kesemuanya mempergunakan dana cost recovery (dari APBN)," kata H Darmawi Aris SE, Ketua LMR, Jumat.
Menurutnya, selama ini sudah banyak negara meberikan sumbangan terkait operasional CPI. "Segala aset sebaiknya tidak dimusnahkan (stop demolish), sebelumnya kita sudah menyampaikan pada Gubernur terdahulu (masa Andi Rachman) untuk tidak melakukan pemusnahan," sebutnya.
Dia juga menyinggung ada beberapa distrik operasional CPI seperti distrik Rumbai, Minas, Duri, Dumai, Bangko. Tiap distrik ada aset (rumah karyawan, rumah sakit, mes dan lainnya) yang berdiri diatas tanah negara. Pemerintah daerah harus mencatat dan memerlukan sarana itu untuk dijadikan kepentingan daerah. Sementara dewan juga diminta bisa memanggil CPI agar menyerahkan berbagai aset yang ingin ditinggalkan masa berakhirnya kontrak CPI.
Sebelumnya, Senior Vice President Coorporate Affair PT CPI, Wahyu Budiartodi sudah komitmen perusahaan untuk menyerahkan berbagai asetnya yang disampaikan saat presentasi di saung PT CPI pada Indonesia Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition ke-43 di Jakarta Convention Center, 4-6 September 2019 lalu.
Saat mempresentasikan rekam jejak PT CPI selama mengelola Blok Rokan sejak 1924, Budi menyampaikan bahwa pihaknya tidak ingin dikenal sebagai perusahaan yang hanya membanggakan secara tersohor tetapi lebih dari itu. "Kami berharap tidak hanya meninggalkan aset berupa jejak dari sisi infrastruktur, dukungan pendidikan dan kesehatan. Tidak juga hanya kepintaran, tapi juga dari sisi SDM yaitu etos kerja dan integritas yang dapat membekas dan dibawa siapapun yang nanti meneruskan, sebagaimana keputusan pemerintah," katanya.
Diakui, PT CPI berharap pengembangan manusia yang merupakan aset bernilai tinggi juga diharapkan bisa membekas dalam hal kemampuan dan integritas. "Sejak beroperasi di Provinsi Riau, sangat banyak "humancapital" dikembangkan. Baik itu yang bekerja di PT CPI maupun yang sebagai rekan kerja. Kemudian tidak sedikit pula pihak yang terkoneksi dan menjadi besar dengan memulai bisnis dengan PT CPI. Pihak yang mengambil manfaat dari Chevron dan menjadi besar itu adalah sesuatu yang membahagiakan. Kami ingin bisa dikenang untuk itu, bukan karena pernah berhasil memproduksi minyak 1 juta barrel per hari," sebutnya.
Saat menyampaikan paparan, dikatakan bahwa PT CPI dalam beroperasi tidak hanya menghasilkan miliaran barel minyak, tetapi juga memberikan sumbangsih teknologi yakni Enhanced Oil Recovery (EOR). Seperti Lapangan Minas diterapkan injeksi air hingga mampu menghasilkan 4 miliar barel minyak pada 1990-an.
Pada Lapangan Duri juga dikembangkan sistem injeksi uap untuk mengangkat minyak yang agak kental di daerah tersebut. Hingga akhirnya setelah tahun 2010 produksi di Sumatera secara kamulatif sudah mencapai 12 miliar barel. Dalam rangka akan berakhirnya masa kontrak kerja, Wahyu Budiarto juga berharap pihaknya meningkalkan kesan positif pasca mengelola Blok Rokan dengan menyukseskan transisi ke PT Pertamina (Persero). "Kami akan mulai dari masa transisi yang baik, dengan melancarkan Pertamina memulai pengelolaan Blok Rokan. Niatan kami agar smooth," sebutnya. (*)
Tags : PT Chevron Pacific Indonesia, Chevron, Aset Perusahaan ,