PEKANBARU - Wakil Wali Kota Pekanbaru H Ayat Cahyadi SSi mengatakan, Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru sedang evaluasi terhadap rencana sekolah tatap muka yang semula bakal digelar tahun ajaran 2021/2022.
"Pemerintah kota tetap mengacu pada Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri. Kalau zona masih merah atau oranye, berat nanti (belum, red)," kata dia pada wartawan, Kamis, (1/7) kemarin.
Pemerintah kota masih melakukan kajian dan pembahasan dengan Satgas Covid-19 Pekanbaru. Hal ini mengingat kondisi Kota Pekanbaru masih berstatus zona oranye, atau tingkat risiko sedang. Menurutnya, pemerintah kota sempat melakukan uji coba sekolah tatap muka selama dua pekan. Namun dihentikan kembali akibat kasus positif meningkat. "Makanya sebelum diberlakukan nanti, kasus bisa turun. Zona kita bisa hijau atau kuning supaya bisa sekolah tatap muka," jelasnya.
SKB empat menteri yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan Kebudayan Riset dan Teknologi, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Kesehatan, wilayah dengan zona merah dan oranye belum dapat melaksanakan sekolah tatap muka. "Bahkan untuk daerah Jawa mau menerapkan PPKM darurat. Artinya pemerintah pusat sangat tanggap terhadap perkembangan Covid ini," jelasnya sembari berharap penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi semoga kasus menurun.
Legislator dukung pembelajaran tatap muka ditunda
Sementara Ketua Komisi III DPRD Pekanbaru Yasser Hamidi menilai sebelumnya Pemerintah Kota Pekanbaru akan memberlakukan pembelajaran tatap muka merupakan langkah berani di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Ia mendukung penuh kalau pemerintah menunda Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah yang rencananya akan digelar pada Juli dan tepat penerimaan siswa baru 2021/2021.
"Penyebaran Covid-19 di Kota Pekanbaru sendiri kembali melonjak. Mau tidak mau atau suka atau tidak suka ditunda dulu karena resiko penyebarannya sangat berbahaya,” ucapnya.
"Ada positif dan negatif sebetulnya, tapi ini sebuah terobosan. Saya sarankan kontrol dan pengawasan harus diperketat karena situasinya belum normal," ujarnya.
Disatu sisi belajar di rumah secara daring yang dilakukan siswa sejauh ini tidak berjalan efektif. "Saya melihat belajar mandiri di rumah kurang efektif. Banyak terjadi perubahan pola belajar anak. Ini mungkin menjawab kerisauan-kerisauan sebagian orang tua sehingga Pemko mulai merencakan memperbolehkan belajar tatap muka," jelasnya.
Menurutnya, pola pembelajaran yang seperti ini (belajar di rumah/daring) memberatkan sebagian orang tua karena tidak memiliki basic sebagai pengajar dan menjadi tidak efektif. "Karena terpaksa mengajar akhirnya terjadi perkelahian karena ketidakcocokan. Akhirnya justru tidak ada edukatifnya," ujarnya.
Satu sisi Yasser Hamidi mengakui Juli ini tahun ajaran baru sekolah 2021-2022, jikapun sekolah tatap muka tetap diberlakukan yang penting kepada para orangtua dan peserta didik dapat jaga protokol kesehatan.
Sejak tanggal 28 Juni lalu, Dinas Pendidikan Provinsi Riau telah membuka pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB untuk tingkat SMA-SMK Negeri di Riau. Sementara itu, Dinas Pendidikan Pekanbaru juga berencana akan membuka pendaftaran PPDB untuk tingkat SD dan SMP Negeri pada tanggal 5-10 Juli. Menyambut tahun ajaran baru sekolah yang akan dimulai pada pertengahan bulan Juli. "Namun Pandemi Covid-19 masih terus melanda dan tidak tau sampai kapan alan berakhirnya. Diminta Ortu dan siswa tetap menerapkan protokol kesehatan dan tidak boleh diabaikan. Para orang tua meningkatkan pengawasan terhadap peserta didik karena mereka sudah sangat terbiasa menggunakan android. Jangan sampai ada anak putus sekolah hanya karena tidak lolos PPDB atau masalah zonasi sekolah negeri, kan sekolah swasta cukup banyak di Pekanbaru," ungkap Yasser.
Yasser berharap, jika pelaksanaan sekolah tatap muka sudah bisa kembali dilaksanakan pada tahun ajaran baru ini tentu sesuai dirilisnya metode pembelajaran di masa Pandemi Covid-19 oleh Kemendikbud Ristek dan terus digesanya program vaksinasi bagi tenaga pendidik. Yasser berharap pandemi segera selesai dan anak-anak dapat kembali ke pola belajar normal yakni pertemuan tatap muka di sekolah. Meski dia sepakat jika mutu kepintaran para siswa sangat menurun karena hanya sekolah online. Namun, kata dia, yang lebih penting adalah demi menjaga kesehatan para siswa. “Jika memang harus dipaksakan belajar tatap muka, harus betul-betul disaring sekolah-sekolah yang siap melaksanakan,” ujarnya.
Namun Ia kembali mengingatkan kalau wilayah yang masih masuk dalam daftar zona merah terlalu beresiko untuk dilakukan sekolah tatap muka, "saya juga tidak setuju kalau anak saya masuk sekolah tatap muka kalau begini kondisinya, semua orang tidak ingin mengambil resiko,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Sekretaris Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, H Muzailis SPd MM menyebutkan, keputusan belajar tatap muka, ujar dia, itu mengacu pada Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, serta Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Dalam keputusan itu, sekolah tatap muka terbatas hanya diperbolehkan bagi wilayah dengan zona kuning dan hijau. Untuk wilayah zona merah dianjurkan sekolah via daring. “Kami mengacu pada SKB 4 menteri itu, yang boleh masuk sekolah terbatas itu zona kuning dan hijau. Nah Kota Pekanbaru kan satusnya merah tidak mungkin tatap muka,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Meski demikian, Muzailis mengungkapkan, masih terus menunggu perkembangan status Covid-19 hingga 3 minggu kedepan. Soal sarana prasarana, dan teknis pembelajaran juga telah dipersiapkan jauh-jauh hari. "Masih ada 3 minggu kedepan untuk melihat tren perkembanganya, yang penting soal persiapan kami sudah siapkan semua. Semua sekolah itu setuju dan siap PTM, tapi kalau 3 minggu masih zona merah ya terpaksa ditunda,” pungkasnya. (rp.sul/*)
Tags : Tunda Sekolah Tatap Muka, Pekanbaru, Corona Menggila, Legislator Dukung Pemko Pekanbaru Tunda Sekolah Tatap Muka,