"Sosialisasi protokol Covid-19 sepertinya tak efektif bagi masyarakat menengah bawah, naiknya kasus positif diperlukan sosialisasi yang lebih bersifat satu arah atau diseminasi informasi"
ubernur Riau, Drs H Syamsuar MSi mulai gerah bahwa "orang yang tidak taat pada protokol kesehatan tidak semakin sedikit tapi semakin banyak. Kalau (sosialisasi) untuk masyarakat sudah berulang kali dilakukan, bahkan selalu dihimbau dalam pada kesempatan-kesempatan waktu, tapi bagi masyarakat di bawah diakui memerlukan (sosialisasi) satu per satu. Di tengah kondisi terus meningkatnya kasus positif yang sampai Senin (03/08) mencapai lebih 400, Syamsuar meminta agar sosialisasi lebih digencarkan termasuk dengan melibatkan peran ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dari rumah ke rumah.
Namun sebelumnya, H Darmawi Aris SE dari Lembaga Melayu Riau [LMR] menyinggng tentang terkait sosialisasi, mengatakan penyebab terus bertambahnya kasus Covid-19 di Riau disebabkan pemerintah tidak memiliki program nyata dalam melaksanakan sosialisasi yang terencana, terukur, dan dapat dievaluasi. "Upaya pemerintah bukan sosialisasi tapi lebih ke diseminasi informasi, akibatnya sulit menciptakan kesadaran perilaku di masing-masing individu untuk menerapkan protokol kesehatan," kata Darmawi.
Ia pun menyebut salah besar jika beranggapan bahwa masyarakat pada umumnya cenderung tidak mematuhi protokol kesehatan. Perilaku tidak taat terhadap protokol kesehatan, menurutnya, tidak mengenal tingkat lapisan kelompok sosial dan ekonomi masyarakat. Walaupun sebenarnya, menunjukkan mayoritas masyarakat cenderung memiliki sikap patuh untuk mengikuti protokol kesehatan berupa penggunaan masker, jaga jarak, dan cuci tangan jika sosialisasikan dilakukan dengan tepat.
Para pedagang pasar tradisional tidak takut terkena corona
Beberapa pedagang di pasat tradisional seperti di Pasar Pagi Arengka yang wilayah ini meruakan salah satu zona merah, terkait protokol penggunaan masker dan jaga jarak, umumnya mengaku tak takut terkena corona. Seorang pedagang cabai, bawang merah dan tomat di pinggiran jalan [tepat di pasar tradisional] ditanya soal protokol kesehatan,Hamsah yang sedang tidak menggunakan masker dan tidak mematuhi aturan jaga jarak saat menjajakan dagangannya mengaku tidak menggunakan masker, Hamsah menjawab: "(Masker) sudah dipakai, dicuci, nda (belum) kering jadi nda (belum) dipakai," katanya, Selasa (04/08) tadi.
Hamsah yang mengaku hanya memiliki satu masker pun mengatakan tidak pernah mendapatkan sosialisasi protokol kesehatan dan juga masker dari pemerintah. Dia mengatakan "tidak takut corona, karena kalau mau terkena ya terkena saja", kata dia menambahkan jika mendapatkan sosialisasi dan bantuan dari pemerintah, ia akan patuh untuk menjalankan protokol kesehatan.
Hal senada juga disebutkan penjaga warung kopi dalam pasar tradisional itu bernama Meri, 22 tahun, mengatakan tidak menggunakan masker saat bekerja. Ia mengungkapkan tidak terbiasa untuk menggunakan masker dalam waktu yang lama. "Kalau pakai masker saya rasa capek, bikin iritasi kulit dan berjerawat kalau dipakai sehari-hari, sesak napas juga kalau lama dipakai," katanya.
Ditanya apakah pernah mendapatkan sosialisasi tentang pentingnya protokol kesehatan?
Meri menggelengkan kepala. Ia mengungkapkan akan mematuhi protokol kesehatan seandainya pemerintah memberikan jawaban atas permasalahan yang dihadapi dan mendapatkan sosialisasi langsung. Adapun berdasarkan peta zonasi resiko Covid-19, Kota Pekanbaru khususnya wilayah Kecamatan Marpoyan Damai dan Tampan adalah yang masuk dalam zona merah.
Penyebab penyebaran corona bukan masyarakat menengah ke bawah
Neil Ihsan B.Eng M.Eng, salah satu Mahasiswa Teknologi lulusan dari Jepang ini menyebutkan penyebab terus meningkatnya penyebaran virus corona bukan karena masyarakat menengah ke bawah yang tidak patuh, melainkan akibat dari kesalahan tafsir dan bentuk pelaksanaan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah.
"Yang dilakukan bukan sosialisasi tapi diseminasi informasi. Pemerintah mengatakan mari pakai masker, apapun kegiatan harus pakai masker, masker dapat melindungi anda, respek orang lain dengan pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan. Itu adalah diseminasi informasi," kata Neil.
Menurutnya, cara komunikasi satu arah yang dilakukan pemerintah dengan hanya memberikan informasi tersebut, tambah Deni, menyebabkan masih banyak masyarakat yang tidak memahami dampak virus corona sehingga menyepelekan protokol kesehatan. "Saat PSBB dibuka, saya salat di tempat terbuka, lalu seseorang berdiri di sebelah kiri saya tanpa jarak. Saat saya sampaikan jaga jarak malah marah-marah. Ini karena kesalahan dalam sosialisasi, yang berdampak masyarakat berpikir tidak perlu laksanakan protokol kesehatan padahal kondisi ini mungkin akan sampai satu hingga tiga tahun mendatang sebelum ada vaksin."
"Salah besar jika dikatakan menengah bawah [yang tidak patuh], karena hampir seluruh kalangan yang mengabaikan protokol kesehatan. Kalangan atas tidak pakai masker saat ketemu teman, rekan kerja dan keluarga jauh, masih banyak," tambahnya.
Sedangkan sosialisasi, menurut Neil, adalah satu program yang terdiri dari kumpulan kegiatan, seperti diseminasi informasi, kampanye, dengan tujuan menciptakan kesadaran dan perilaku masyarakat dari ancaman Covid-19. Dengan dibuatnya satu program sosialisasi, kata Neil, maka akan terlihat mekanisme yang jelas, dukungan sumber daya maksimal, dan adanya alat ukur evaluasi program. "Contoh program itu Kemenkes jadi koordinatornya lalu diturunkan ke kementerian, seperti Kementerian Dalam Negeri yang menurunkan ke bupati/walikota, lalu camat, lurah, RT dan RW. bagaimana melakukan sosialisasi, dengan cara apa. Itu akan efektif. Lalu diberikan sanksi dan penghargaan yang tegas," katanya.
"Namun bagi mereka yang tidak patuh itu karena tidak tepatnya sosialisasi dalam menimbulkan kesadaran dalam berperilaku," kata Neil Ihsan.
dr Indra Yovi: Jumlah yang tidak taat meningkat
dr Indera Yopi, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 menyadari peran pentingnya sosialisasi protokol kesehatan dalam mencegah penyebaran virus corona. "Kita tahu sampai kemarin sudah ada 400 orang di Riau yang postif Covid-19 dan angka kematian di Riau lebih tinggi dari yang sembuh. Ini saya kira yang menjadi PR besar kita bersama," jelasnya.
Indera Yopi kembali meminta agar penerapan protokol kesehatan terus disosialisasikan kepada masyarakat secara masif. Bahkan diperlukan sosialisasi secara terfokus dan tidak dilakukan secara sekaligus. "Saya kira protokol kesehatan, perubahan perilaku di masyarakat betul-betul menjadi perhatian semua orang dan fokus kampanye mengenai pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan," ungkapnya.
dr Indera Yopi juga setuju agar peran ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dilibatkan. Menurutnya, jika ibu-ibu PKK siap, maka mereka bisa menjadi cara yang efektif untuk menyosialisasikan protokol kesehatan dari rumah ke rumah. Penyampaian sosialisasi bahaya Covid-19 tidak hanya dengan bahasa Indonesia, tetapi juga dengan bahasa lokal agar pesan tersampaikan. Selain itu, sosialisasi juga turut melibatkan tokoh adat dan tokoh masyarakat di tingkat desa perlu ditingkatkan.
13 orang pasien covid-19 meninggal
Keterangan pers Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir bahwa kasus positif Covid-19 di Provinsi Riau melonjak drastis dengan adanya penambahan 50 kasus baru hanya dalam sehari, pada Senin (3/8/2020). "Hari ini (kemarin) ada penambahan 50 pasien baru, sehingga total kasus positif Covid-19 di Riau saat ini sudah 506 kasus," kata dia.
Kemarin ada kabar duka yaitu ada penambahan satu pasien Covid-19 yang dinyatakan meninggal dunia. Sehingga saat ini sudah 13 pasien Covid-19 di Riau yang dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan kabar baiknya, kata dia, terdapat empat pasien sembuh. "Kabar baiknya ada empat pasien sembuh, sehingga total pasien sembuh sudah 332 orang. Sehingga dapat kami sampaikan, bahwa dari 506 kasus itu terdiri dari 332 sudah sembuh, 13 meninggal dunia dan sisanya masih menjalani perawatan di rumah sakit maupun isolasi mandiri," ujarnya.
Adapun jumlah positif Covid-19 di Riau dengan total 506 kasus dan terjadi lonjakan yang sangat signifikan. Kemarin Minggu (2/8/2020) kasus Covid-19 di Riau ada 10 kasus, di hari Senin (3/8/2020) kasus Covid-19 di Riau melonjak naik 50 kasus, sehingga total 506 kasus. Berikut rincian sebaran 1.679 kasus baru Corona:
Jawa Timur: 478 kasus
DKI Jakarta: 472 kasus
Sulawesi Selatan: 97 kasus
Jawa Tengah: 95 kasus
Sulawesi Utara: 78 kasus
Sumatera Utara: 57 kasus
Jawa Barat: 56 kasus
Riau: 50 kasus
Kalimantan Selatan: 46 kasus
Bali: 41 kasus
Gorontalo: 38 kasus
Nusa Tenggara Barat: 35 kasus
Lampung: 26 kasus
Kalimantan Timur: 22 kasus
Banten: 21 kasus
Sumatera Barat: 17 kasus
Kalimantan Tengah: 14 kasus
DI Yogyakarta: 12 kasus
Sumatera Selatan: 11 kasus
Maluku Utara: 5 kasus
Bangka Belitung: 3 kasus
Aceh: 2 kasus
Sulawesi Tenggara: 2 kasus
Sulawesi Barat: 1 kasus.
(surya dharma panjaitan)
Tags : kasus positif covid-19 bertambah, riau, protokol kesehatan,