Linkungan   2024/06/05 12:59 WIB

Cuaca Ekstrim Diperkirakan Masih Berlangsung, SALAMBA: 'untuk Menangkalnya Rawat Lingkungan Hidup'

Cuaca Ekstrim Diperkirakan Masih Berlangsung, SALAMBA: 'untuk Menangkalnya Rawat Lingkungan Hidup'

PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut cuaca ekstrim diperkirakan masih berlangsung, tetapi Sahabat Alam Rimba menilai cara menangkalnya perlu terus menjaga dan merawat lingkungan hidup.

"BMKG telah merilis prakiraan cuaca di Provinsi Riau masih berlangsung."

"Hujan dengan intensitas ringan yang bersifat lokal diprakirakan terjadi di beberapa wilayah, termasuk kabupaten kampar dan Kuansing," kata Prakirawan BMKG Pekanbaru, Indah, Rabu (5/6).

Indah mengatakan, pada pagi hari, cuaca diperkirakan berawan dengan udara kabur.

Berlanjut pada siang hingga sore hari, cuaca cerah berawan hingga berawan akan mendominasi pada siang hingga sore hari.

"Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang diperkirakan terjadi di berbagai wilayah, seperti kabupaten Rohil, Rohul, bengkalis, pelalawan, meranti, siak, Inhil, Inhu dan kota dumai," tuturnya.

Sedangkan malam hari, cuaca cerah berawan hingga berawan masih akan terus berlangsung. Hujan dengan intensitas ringan yang bersifat lokal diprakirakan terjadi di beberapa wilayah, termasuk Kabupaten Meranti, Siak, Pelalawan, Inhu dan Inhil.

Saat Kamis 6 Juni 2024 dini hari, cuaca diperkirakan berawan dengan hujan berintensitas ringan hingga sedang yang dapat terjadi di sebagian besar wilayah Riau.

BMKG juga mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem yang mungkin terjadi pada malam atau dini hari.

"Waspadai hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang di sebagian wilayah kabupaten pelalawan, siak, kampar, Kuansing, kota dumai dan sebagian pekanbaru," tukasnya.

Sementara Ir Marganda Simamaora M.Si, Yayasan Sahabat Alam Rimba [Salamba] menilai seiring cuaca ekstrem yang masih berlangsung perlu merawat lingkungan hidup di tengah perubahan iklim ekstrem ini.

"Dampak perubahan iklim makin serius. Masifnya fenomena perubahan iklim membuat kondisi bumi rentan dari berbagai ancaman yang berisiko bagi jiwa manusia."

"Risiko itu mulai tingginya intensitas bencana alam hingga penularan wabah penyakit. Namun, disayangkan berbagai persoalan itu belum tuntas tertangani," kata Ganda Mora, nama sapaan hari-harinya ini.

Menurutnya, pada kurun 2022-2026 diperkirakan ada satu tahun di antaranya yang kondisi suhu rata-rata secara global akan melampaui batas tertinggi hingga lebih dari 1,5 derajat Celsius.

"Diperkirakan kenaikan iklim global akan berdampak terhadap penurunan daya dukung lingkungan dan menyempitnya kualitas ruang kehidupan."

"Setidaknya ada beberapa dampak langsung akibat global warming itu. Misalnya hujan ekstrem berintensitas tinggi yang menyebabkan bencana banjir. Bisa juga muncul sejumlah penyakit akibat anomali cuaca. Selain itu ada pula kekeringan di berbagai wilayah yang berimbas dengan kegagalan panen dan kelaparan," terangnya.

Degradasi lingkungan yang terjadi di seluruh dunia, kata dia termasuk Indonesia, terjadi pada beberapa aspek. Mulai kehutanan, kelautan, polusi udara, hingga sampah plastik. 

Secara global, Indonesia mengalami deforestasi yang tinggi di dunia. Sepanjang 2001-2021, penurunan luas hutan nasional mencapai jutaan hektare.

Tentu, tanpa upaya serius menangkal dampak buruk perubahan iklim tersebut akan berimbas pada bumi yang makin tidak nyaman untuk ditempati. Artinya bumi sedang tidak baik-baik dan salah satu solusinya adalah merawat lingkungan hidup.

"Contohnya menanan pohon kembali dan mengurangi penebangan hutan. Kemudian menghemat penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui," kata dia. 

Selain itu, sebutnya, menghemat air dalam kehidupan sehari-hari serta menjaga kelestarian hutan bisa turut dilakukan. Tidak terkecuali menahan emisi karbon yang dilepas ke atmosfer, yang bisa menjadi langkah progresif untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup yang kain terdegradasi.

Mengingat peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni ini, kata Ganda, seharusnya menjadi momen kontemplasi apakah usaha menjaga lingkungan dan memperbaiki ekosistem yang rusak telah berjalan secara tepat. Keseriusan menangani krisis iklim dan lingkungan hidup juga jadi pertaruhan dalam kehidupan manusia guna melestarikan kehidupannya di masa mendatang. (*)

Tags : cuaca ekstrim, cuaca ektrim masih berlangsung, sahabat alam rimba, salamba nilai cuaca ektrim berlangsung, menangkal cuaca ekstrim perlu rawat lingkungan hidup, lingkungan, alam,