JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Indonesia mewanti-wanti terjadinya "penularan Covid-19 yang dahsyat" dengan dibolehkannya aktivitas masyarakat di bulan Ramadan seperti buka puasa bersama, shalat tarawih, dan aktivitas berbelanja, di tengah menurunnya kepatuhan masyarakat menerapkan protokol kesehatan.
Pasalnya tiga pekan terakhir, kasus Covid-19 di Indonesia sudah mengalami peningkatan yakni di atas angka 5.000 kasus setiap hari dan hal itu kata epidemiolog menjadi tanda-tanda yang harus diwaspadai. Menanggapi kondisi itu, Kementerian Kesehatan mengatakan telah mengingatkan Satgas daerah agar mulai mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus dengan mengikuti aturan dalam PPKM skala mikro.
Pasar terbesar di Asia Tenggara, Tanah Abang, di Jakarta Pusat diserbu oleh setidaknya 100 ribu pengunjung pada Minggu (02/05), menurut catatan Gubernur Anies Baswedan yang mendatangi lokasi pasar. Lonjakan pengunjung ini mulai terjadi pada Sabtu (01/02) lalu atau sepekan jelang Lebaran. Meningkatnya aktivitas masyarakat di bulan Ramadan seperti berbelanja, buka puasa bersama dan shalat tarawih berpotensi memicu klaster penularan baru, kata seorang epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono.
Apalagi, katanya, kepatuhan masyarakat menerapkan protokol kesehatan saat ini semakin rendah. "Kegiatan berberlanja atau aktivitas selama Ramadan bukan cuma di Tanah Abang tapi hampir semua pusat perbelanjaan ramai. Kalau mengabaikan 3M, maka peluang untuk terjadi penularan itu yang harus dijaga," imbuh Pandu Riono dirilis BBC News Indonesia, Minggu (02/05).
Kendati ia menilai lonjakan kasus Covid-19 tidak akan separah India, tapi berpotensi untuk terjadi "penularan Covid-19 yang dahsyat" jika tingkat penularan tinggi, mutasi virus corona naik di atas 50%, dan tanpa didukung dengan pengetesan dan pelacakan yang mumpuni. Karena itulah ia meminta pemerintah daerah dan terutama Presiden Jokowi agar terus mengedukasi masyarakat untuk tetap mematuhi 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Sebaiknya khusus tempat perbelanjaan diatur dengan cermat
"Yang penting sirkulasi udara terbuka. Kalau enggak nanti susah. Karena kerumunan biasanya meningkatkan risiko bila di ruang tertutup. Minimal pembeli dan penjual pakai masker, itu akan mengurangi diriko. Sebab pandemi terkendali bukan karena vaksin, tapi 3M dan 3T [Testing, Tracing, dan Treatment]."
Pasar Tanah Abang menjadi sorotan karena membludaknya pengunjung pada Sabtu (01/02) lalu. Sangat mustahil menerapkan protokol kesehatan dengan baik, terutama dalam menjaga jarak. Terlihat petugas gabungan dari TNI, Polri, dan Satpol PP berjaga di luar dan dalam pasar. Di tiap pintu masuk, aparat membatasi pengunjung yang akan berbelanja. Tapi hal itu justru memicu kerumunan, sebab orang-orang berebut untuk bisa masuk lebih dahulu.
Di dalam pasar, kondisinya tak jauh berbeda. Posisi antar-toko yang berdempetan dan terbuka serta jalur lalu lintas yang sempit, membuat pembeli dan pedagang saling berhimpitan. Beberapa pedagang, ada yang terlihat tidak memakai masker dengan benar, tapi tak ditegur petugas yang hanya berjaga di dekat pintu masuk dan keluar. Petugas dari Satpol PP pun hanya sesekali mengimbau untuk tetap menerapkan protokol kesehatan melalui pengeras suara.
Seorang pedagang, April mengaku ada rasa khawatir tertular virus corona melihat kondisi tersebut. Tapi ia dilema, jika tak berjualan, tak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Kalau enggak kerja, enggak bisa makan. Enggak dapat penghasilan. Tahun lalu Pasar Tanah Abang ditutup, kita enggak bisa apa-apa. Penghasilan menurun. Jadi mau enggak mau harus kerja," imbuhnya.
April juga mengatakan, pandemi menggerus pendapatannya hingga 80%. Kalau sebelum pandemi ia bisa mengantongi hingga Rp25 juta sehari, tapi kini hanya Rp6 juta. Pedagang lainnya, Nisa, juga bercerita akibat pandemi omsetnya turun jauh. Kalau tahun 2019 ia bisa mendapatkan Rp40 juta sampai Rp50 juta sehari, sekarang tak sampai Rp15 juta. "Kalau khawatir, ya khawatir. Karena kita jualan ketemu konsumen dan tidak tahu apakah dia membawa virus atau tidak. Tapi kalau kita enggak jualan, kita enggak makan," ujar Nisa.
Pengunjung yang datang ke Pasar Tanah Abang berasal dari berbagai daerah dan membludak pada Sabtu dan Minggu kemarin. Pantauan pengelola Pasar Tanah Abang, jika di hari biasa diperkirakan ada 35 ribu pengunjung, tapi akhir pekan lalu melonjak hingga 87 ribu hingga 100 ribu orang. Riska warga Kota Bekasi, Jawa Barat. Setiap kali menjelang Lebaran, ia selalu mengunjungi Pasar Tanah Abang. Meski pandemi, tapi tak menyurutkan niatnya untuk datang ke sini. "Sebenarnya ada rasa khawatir, cuma kebutuhan sih. Kalau belanja online, enggak puas. Yang penting Wallahu a'lam. Kalau fisik kuat, imun kuat, Insya Allah enggak ada."
Data yang dihimpun Satgas Penanganan Covid-19, kasus harian virus corona di Indonesia rata-rata 5.000 setiap hari. Jumlah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Jakarta juga meningkat dalam tiga pekan terakhir. Koordinator Humas RS Darurat Wisma Atlet, M Arifin, mengatakan total pasien yang dirawat mencapai 1.600 orang. Hal itu, katanya, disebabkan tingginya mobilitas masyarakat.
Juru bicara Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan Satgas daerah harus mulai mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus seiring munculnya klaster tarawih dan buka puasa bersama termasuk di pusat perbelanjaan seperti Tanah Abang. Merujuk pada aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro, pusat perbelanjaan tidak boleh melebihi kapasitas 50% agar tidak menimbulkan kerumunan. "Tentunya hal ini menjadi evaluasi kita dengan apa yang terjadi di Tanah Abang, kapasitas pengunjung melebihi bahkan terlihat kerumunan. Ini peringatan untuk Satgas di daerah. Artinya penerapan protokol kesehatan harus dilaksanakan."
"Kalau perlu harus ditutup dalam jangka waktu tertentu agar bisa dilakukan pengaturan yang lebih baik. Apalagi Tanah Abang pintu masuknya banyak. Ini harus dilakukan pengaturan pintu, masuk mana yang boleh dibuka."
Sedangkan untuk aktivitas buka puasa bersama, Nadia mengimbau agar dilakukan secara virtual. Kalaupun tidak bisa, maka harus menjaga jarak. "Melaksanakan ibadah tidak wajib dilakukan secara jamaah kalau situasi keselamatan orang banyak menjadi ancaman."
Hal lain yang akan ditingkatkan Kemenkes adalah menguatkan dan memperbanyak pengetesan dan pelacakan kasus secara dini dengan bantuan Bintara Pembina Desa atau Babinsa. (*)
Tags : Pasar Tanah Abang, Jakarta, Dibolehkannya Aktivitas Masyarakat di Ramadhan, Penularan Covid-19 Makin Tak Terkendali,