Seni Budaya   2025/08/16 10:36 WIB

Disbudpar Diminta Lakukan Strategi untuk Penguatan Identitas Budaya Melayu, LP3 Anak Negeri: 'Jangan Sampai Punah di Rumah Sendiri'

Disbudpar Diminta Lakukan Strategi untuk Penguatan Identitas Budaya Melayu, LP3 Anak Negeri: 'Jangan Sampai Punah di Rumah Sendiri'

PEKANBARU - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pekanbaru diminta melakukan sejumlah strategi, dalam melakukan penguatan budaya Melayu di Kota Bertuah.

"Identitas Budaya Melayu harus dikuatkan."

"Bicara soal Pekanbaru sebagai Kota Melayu, kita harus punya identitas yang jelas. Seperti musik dan lagu khas Melayu harus bisa diputar di tempat-tempat wisata, serta adanya logo khas Pekanbaru yang merepresentasikan budaya kita," kata Wakil Ketua Komisi III DPRD Kota Pekanbaru Tekad Indra Pradana Abidin ST M Eng, Sabtu (8/3).

"Selain itu, motif Melayu yang menjadi ciri khas daerah juga harus lebih ditonjolkan," sebutnya.

Tekad Indra Pradana Abidin menilai pentingnya ciri khas budaya Melayu dalam sektor pariwisata di Kota Pekanbaru. 

Komisi III DPRD Pekanbaru juga menyoroti kurangnya perhatian terhadap cagar budaya di Pekanbaru.

Salah satu yang dibahas bersama Disbudpar tersebut adalah Rumah Tuan Kadi, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai pusat kebudayaan.

"Kami ingin Rumah Tuan Kadi menjadi tempat latihan seni dan budaya bagi anak-anak muda secara gratis, dengan fasilitas yang representatif. Jika ini berkembang, Pekanbaru akan memiliki produk budaya yang lebih kuat," ujarnya.

Tak hanya itu, Tekad juga mendorong agar di bandara dan tempat wisata lainnya diputar lagu-lagu khas Pekanbaru untuk memperkuat identitas kota.

Ia meyakini, jika cagar budaya dikelola dengan baik, pariwisata di Kota Pekanbaru bisa semakin berkembang, termasuk dengan adanya konser dan event budaya yang mengangkat ciri khas Melayu.

"Kami ingin memperkuat peran Dinas Pariwisata sebagai pembina utama sektor pariwisata, karena Pekanbaru adalah kota bisnis. Banyak restoran, kafe, dan tempat hiburan yang menjadi bagian dari industri ini," sebutnya.

Politisi PDIP ini mengaku pembahasan tentang ciri khas budaya Melayu dalam sektor pariwisata Koa Pekanbaru sudah pernah dibahas pihaknya dengan Dinas Pariwisata Pekanbaru.

"Intinya kita ingin penguatan identitas Melayu melalui Perda Pariwisata. Ini perlu disegerakan, karena kita sudah tertinggal dari daerah lain yang memang mengedepankan identitas daerahnya di tempat-tempat umum," tutupnya.

Tetapi Lembaga Penelitian Pengembangan Pendidikan (LP3) Anak Negeri memiliki usul tentang strategi penguatan identitas budaya Melayu ini.

"Jadikan bahasa daerah bahasa melayu, sebagai muatan lokal sampai ditingkat SMP, kalau perlu tidak bisa berbahasa Melayu rapot Merah," usul Wawan Sudarwanto, Ketua LP3 Anak Negeri tadi Sabtu ini.

"Sehingga, siapapun yang datang dan bersekolah di Riau semua sudah wajib dan pandai berbahasa Melayu," sambungnya.

Menurutnya, apa guna penguatan indentitas, bahasa sehari hari saja tak mencerminkan sedang di Bumi Melayu, "Kalau di Jakarta, 3 bulan sudah pandai bahasa Betawi."

LP3 Anak Negeri juga mengusulkan sejumlah langkah konkret untuk penguatan identitas budaya Melayu, terutama di Riau.

Usulan ini mencakup peningkatan peran lembaga pendidikan seperti AKMR (Akademi Kesenian Melayu Riau) dalam mencetak generasi muda yang berbudaya dan mandiri secara ekonomi, serta dorongan untuk memasukkan unsur budaya Melayu dalam berbagai sektor, termasuk pariwisata dan penegakan hukum adat. 

Menurutnya, penguatan peran lembaga pendidikan seperti melalui AKMR untuk membuka jurusan bahasa dan sastra Melayu guna memperkuat akar budaya Melayu. 

Disamping meberikan pembekalan kewirausahaan dengan menyiapkan mahasiswa AKMR tidak hanya dengan pemahaman budaya, tetapi juga keterampilan kewirausahaan agar mereka bisa mandiri secara ekonomi. 

Wawan Sudarwanto juga mengusulkan agar bisa memanfaatkan cagar budaya seperti Rumah Tuan Kadi sebagai pusat kegiatan seni dan budaya, serta memutar lagu-lagu khas Melayu di bandara dan tempat wisata. 

"Bisa juga dengan mengadopsi sistem keamanan adat seperti "Pecalang" di Bali dan membentuk "polisi adat" yang bekerja sama dengan pihak terkait dalam penegakan Perda dan hukum adat." 

Mendorong terciptanya produk budaya yang kuat dan khas dari Pekanbaru, serta mengadakan konser dan acara budaya yang mengangkat ciri khas Melayu.  Disamping peran aktif masyarakat dan pemerintah untuk mengajak seluruh masyarakat untuk hadir dan merayakan seni budaya Melayu, serta mengambil bagian dalam pelestarian adat dan budaya. 

Pemerintah (daerah dan pusat) juga dapat mendukung untuk penguatan budaya Melayu, termasuk melalui kebijakan dan anggaran yang mendukung, untuk membahas dan menyusun regulasi yang mendukung pelestarian budaya Melayu, termasuk dalam bidang pendidikan, pariwisata, dan penegakan hukum adat. 

Peningkatan kesadaran generasi muda juga dianggap penting untuk pendidikan karakter dengan memasukkan nilai-nilai budaya Melayu dalam kurikulum pendidikan untuk menanamkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya Melayu sejak usia dini. 

Penyuluhan dan sosialisasi tentang budaya Melayu kepada generasi muda sangat penting, agar mereka memahami dan menghargai warisan budaya leluhur mereka. Jadi menurut Wawan Sudarwanto, dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan identitas budaya Melayu, khususnya di Riau, dapat terjaga dan semakin kuat, serta menjadi kebanggaan bagi masyarakatnya. (*)

Tags : budaya melayu, pekanbaru, strategi penguatan budaya melayu, indentitas budaya melayu, riau, penguatan identitas budaya melayu,