LINGKUNGAN - Tahun 2020 lalu telah menghadirkan banyak foto dengan kisah yang menyentuh dan kuat.
Namun, hasil bidikan yang memperlihatkan dua penguin yang kehilangan pasangan masing-masing dan tampak sedang "menghibur satu sama lain", telah dipilih sebagai pemenang ajang penghargaan Ocean Photograph Awards yang digelar oleh majalah Oceanographic.
Foto yang diambil oleh fotografer Tobias Baumgaertner di Melbourne, Australia itu memenangi kategori pilihan masyarakat. Fotografer asal Jerman ini menjelaskan dirinya diberi tahu bahwa kedua penguin itu baru saja kehilangan pasangannya dan sering terlihat saling menghibur.
St Kilda di Melbourne adalah sebuah koloni yang dihuni oleh sekitar 1.400 penguin peri, spesies penguin terkecil dengan tinggi rata-rata hanya 33 cm. Koloni ini diawasi oleh para relawan.
"Seorang relawan mendekati saya dan mengatakan kepada saya bahwa yang berbulu putih adalah seekor betina tua yang telah kehilangan pasangannya dan tampaknya begitu pula dengan pejantan yang lebih muda di sebelah kiri," tulis Baumgaertner di Instagram.
"Sejak itu mereka bertemu secara teratur, menghibur satu sama lain dan berdiri bersama selama berjam-jam menyaksikan tarian lampu kota terdekat."
Dalam akun instagramnya, ia juga mengunggah video kedua penguin yang berpelukan satu sama lain dengan latar belakang lampu kota.
Ia menghabiskan tiga malam dengan koloni penguin sebelum bisa mendapat foto itu, katanya.
Pingu si penguin ditemukan sendirian di pantai Selandia Baru. (Foto. Getty Images)
"Antara tidak bisa atau tidak diizinkan menggunakan lampu apa pun dan penguin kecil terus bergerak, saling menggosokkan sirip di punggung dan saling membersihkan satu sama lain, sangat sulit untuk melakukan jepretan foto," katanya.
"Tapi aku beruntung pada satu momen yang indah."
Tersasar di kutub selatan
Sebelumnya penguin langka dari Antartika ini tersasar 3.000 kilometer ke Selandia Baru, sempat disangka boneka. Seekor penguin tersasar ke Selandia Baru, sekitar 3.000 kilometer dari habitatnya di Kutub Selatan.
Penguin jenis Adélie (Pygoscelis adeliae) ini pertama kali ditemukan oleh Harry Singh saat dia dan istrinya sedang berjalan-jalan di pantai kawasan Birdlings Flat, 45 kilometer sebelah selatan Kota Christchurch.
"Pertama saya mengira itu boneka. Tapi tiba-tiba penguin tersebut menggerakkan kepalanya, baru saya menyadari itu penguin sungguhan," kata Harry kepada BBC.
Penguin tersebut belakangan dinamai Pingu oleh para warga setempat. Keberadaan Pingu sendiri terbilang langka karena selama ini hanya ada tiga penampakan penguin jenis Adélie yang tercatat di Selandia Baru.
Saat ditemukan di pantai, Pingu tampak tersesat dan sendirian sebagaimana terlihat dalam tayangan rekaman video yang diunggah Harry Singh ke Facebook. "Dia tidak bergerak selama satu jam ... dan [terlihat] keletihan," ujar Singh.
Karena penguin itu tidak berenang ke laut, Singh khawatir hewan tersebut bisa menjadi target binatang predator di pantai. Singh lantas memanggil para penyelamat penguin. "Kami tidak mau penguin itu berada di dalam perut anjing atau kucing," cetusnya.
Singh akhirnya dapat menghubungi Thomas Stracke, sosok yang merawat penguin di sebelah selatan Selandia Baru selama 10 tahun. Stracke terkejut ketika mendapati bahwa penguin itu jenis Adélie, spesies yang hanya hidup di kawasan Antartika. Stracke, bersama seorang dokter hewan, kemudian menyelamatkan Pingu.
Bobot tubuh kurang dan dehidrasi
Serangkaian tes darah yang dilakukan terhadap Pingu menunjukkan bobot tubuh penguin tersebut sedikit kurang dan mengalami dehidrasi. Pingu lalu diberikan cairan dan makanan melalui selang khusus.
Begitu kondisinya segar bugar, Pingu akan dilepaskan ke sebuah pantai di Semenanjung Banks yang tidak ada anjing berkeliaran.
Penemuan penguin Adélie di Selandia Baru hanya tercatat tiga kali. Dua peristiwa sebelumnya terjadi pada 1993 dan 1962.
Para pakar berpendapat bahwa ada pertanda buruk jika masyarakat Selandia Baru semakin sering menyaksikan penguin Adélie di masa mendatang.
Penguin jenis Adélie hanya hidup di kawasan Antartika. (Foto. Harry Singh)
"Menurut saya, jika kita mulai kedatangan penguin Adélie setiap tahun, sesuatu berubah di laut yang kita perlu pahami," papar Profesor Philip Seddon, guru besar zoologi di Universitas Otago kepada The Guardian.
"Lebih banyak kajian akan memberikan kita pemahaman lebih banyak ke mana penguin pergi, apa yang mereka lakukan, tren populasinya seperti apa. Intinya mereka akan memberitahu kita mengenai kesehatan ekosistem bahari secara umum," ujar Seddon. (*)
Tags : Penguin Nyasar ke Selandia Baru, Hewan Penguin Saling Berpelukan, Sempat Disangka Boneka, :ingkungan, Penguin Tersasar Sekitar 3.000 Kilometer dari Habitatnya,