
PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Duet Gubernur Riau Abdul Wahid dan Wakil Gubernur SF Hariyanto ini merupakan dwi tunggal dari kekuatan tokoh pemimpin muda yang masing-masing memiliki kekuatan dan track record kepemimpinan yang panjang.
"Dari sisi pengalaman, Abdul Wahid merupakan menjabat sebagai Ketua PKB dan Anggota DPR RI adalah pemimpin muda. Sedangkan SF Hariyanto yang pernah menjabat Pj Gubri yang memiliki karir yang sempat menjabat staf menteri, bahkan disebutkan merupakan duet cocok untuk memajukan Riau," kata Larshen Yunus, Ketua DPD KNPI Riau.
"Dari sisi pengalaman, keduanya juga sudah teruji sebagai pemimpin yang sangat berhasil. Sejumlah karya besar ditorehkan SF Hariyanto selama memimpin Riau, antara lain yang menjadi masterpiece yakni pembangunan Riau dengan seluruh tenaga pekerjanya adalah tenaga lokal," sebutnya.
Sedangkan Abdul Wahid merupakan kader dan Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Riau dan terlama di Riau setelah Ia duduk sebagai Anggota DPRD Riau dan terkahir di DPR RI.
"PKB yang pernah mengalami krisis internal, dengan tangan dinginnya, Abdul Wahid berhasil membawa PKB rebound, dan kini menjadi salah satu partai besar di Riau. Ia juga pernah menduduki berbagai posisi strategis, seperti Anggota DPR RI termuda, yang hingga saat ini rekor tersebut belum terpecahkan," terangnya Larshen Yunus yang juga selaku Relawan Gabungan Rakyat Probowo Gibran (GARAPAN)
SF Hariyanto dan Abdul Wahid sama-sama tokoh yang lahir dari pergolakan pemikiran di Riau. Bahkan, hingga saat ini Abdul Wahid masih menjadi ketua PKB.
"Jadi duet Abdul Wahid dan SF Hariyanto bisa juga disebut keduanya kenyang makan asam garam aktivisme. Pemimpin yang sama-masa lahir dari pergerakan dan pergolakan pemikiran. Pemimpin yang memang digembleng sebagai calon pemimpin besar dengan pergolakan gagasan, bukan pemimpin yang lahir dari gimmick recehan," katanya.
"Dilihat dari sisi parpol pengusungnya, yakni PKB, Partai NasDem dan PDIP adalah sama-sama parpol papan tengah yang merupakan parpol produk Reformasi."
"Jadi, baik sosoknya maupun parpol pengusungnya, semua produk dari era Reformasi. Pasangan BERMARWAH berhasil memecah kebekuan status quo dengan menghembuskan angin perubahan. Ini sejalan dengan hasil survei Kedai Kopi, dimana 61% rakyat Riau ternyata menghendaki adanya perubahan itu," sebutnya.
"Hal yang tidak kalah penting adalah duet BERMARWAH telah mematahkan isu-isu politik identitas, polarisasi antara kelompok, desa dan kota, modern dan tradisional."
"Jadi Abdul Wahid mematahkan adanya anggapan sebagian kalangan yang menyebutkan bahwa PKB, Nasdem dan PDIP ibarat air dan minyak yang tidak akan pernah bisa menyatu dalam satu kekuatan politik."
"Faktanya, kini tiga parpol itu menjelma dalam satu barisan kekuatan poros politik Islam. Mungkin yang juga membuat publik terkaget-kaget, dampak dari hadirnya Abdul Wahid dengan PKB-nya dalam Koalisi Perubahan."
"Lagu kebanggaan warga nahdliyyin, Yahlal Waton, untuk pertama dalam sejarah, berkumandang dengan merdu dan dilantunkan dengan kompak oleh para elite PKB, dan NasDem dan PDIP. Satu pemandangan langka yang pasti membuat banyak orang geleng-geleng kepala. Ketiga partai itu ternyata bisa berdampingan dengan sangat mesra."
Menurut Larshen, komposisi parpol pengusung pasangan BERMARWAH menjadi representasi dari kekuatan politik Islam yang punya ceruk pemilihnya sendiri-sendiri.
PKB lebih banyak dipilih kelompok pemilih Islam tradisional yang banyak tersebar di pedesaan, sementara NASDEM dan PDIP selama ini dikenal sebagai kekuatan politik perkotaan memiliki kekuatan politik yang juga sama-sama dikenal memiliki basis pemilih yang loyal dan ideologis.
Kader ketiga partai itu juga dikenal sangat militan. Dua kekuatan politik Islam yang menyatu ini masih ditopang dengan kekuatan politik parpol nasionalis yakni Partai Nasdem di bawah komando Pak Surya Paloh, juga sangat kuat di sejumlah wilayah, terutama di luar Jawa.
"Dengan kolaborasi yang baik, banyak pihak yang meyakini pasangan ini bisa menjadi "kuda hitam" dengan kekuatan yang dahsyat. Apalagi, jargon perubahan yang diusung duet BERMARWAH ini dibangun di atas pondasi trilogi ukhuwah (persaudaraan) yakni ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan), ukhuwah islamiyah (persaudaraan antar sesama umat Islam), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia)," terang Larshen Yunus.
Jadi misi perubahan yang diusung duet BERMARWAH sebagai dwitunggal, yakni meletakkan semua kebijakan dan strategi pembangunan di atas prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan. Sebab, kolaboratif mensyaratkan kebersamaan dalam keadilan dan kesetaraan. Baik Abdul Wahid maupun SF HAriyanto menegaskan bahwa misi perubahan yang diusung bukan serta merta mengubah seluruh tatanan yang sudah dibangun oleh pemerintahan sebelumnya, namun perubahan yang dimaksud adalah memperbaiki hal-hal yang dianggap belum baik, dan melanjutkan tatanan yang sudah baik.
"Misi perubahan semacam ini tentu sejalan dengan spirit ajaran Nahdlatul Ulama (NU), yakni "al-muhafadzah 'ala qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah". Artinya memelihara nilai, aturan, norma, yang lama yang baik, dan mengambil nilai, aturan, norma baru yang lebih baik. Terus-menerus memperbaharui dan memperbaiki apabila ada sasaran yang lebih baik, tapi tidak pernah lupa ada fondasi-fondasi kokoh yang telah dirintis dan diwariskan kepada generasi-generasi yang harus tetap dijaga dengan baik," terang Larshen Yunus.
Bagaimana isu Abdul Wahid hanya satu atau dua tahun saja memerintah dan diganti SF Hariyanto?
Relawan Prabowo Gubran ini kembali mengungkap skenario penggulingan Abdul Wahid tidak mungkin terjadi.
"Abdul Wahid hanya akan diberi kesempatan dua tahun menjadi Gubri dan selanjutnya akan digantikan oleh SF Hariyanto. Hal itu rasanya sebuah acara bincang-bincang kosong dan kini telah beredar luas melalui berbagai macam platform media sosial."
"Potensi pengkhianatan seperti itu sepertinya sulit terjadi. Saya kok sepertinya kurang srek ya menilai itu, saya malah balik bertanya emangnya Pak Wahid ini jadi Gubri apakah sudah bisa diprediksi seperti itu dan jaminannya berapa tahun," tanya dia.
Jika Abdul Wahid, Ketua PKB itu hanya diberi kesempatan untuk menjabat selama dua tahun,lalu menjadi pertanyaannya, apakah benar SF Hariyanto bisa menggantikannya memimpin Riau ini?
"Ini sebuah perjuangan yang menjadikan pasangan itu seperti sia sia," tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, Larshen Yunus mengaku sangat terkejut dengan isu ini.
Larshen mengatakan, Abdul Wahid itu adalah sosok akademisi yang intelektual. Biar semuanya pada jelas, bahwa tidak sampai prediksi seperti itu.
"Bahkan saya yakin dibawah kepemmpinan Abdul Wahid semua orang bisa bergabung tentunya terbuka. Tetapi yang saya sangat sayangkan, jangan sampai duet Abdul Wahid SF Hariyanto pecah, retak atau apapun namanya untuk memisahkan. Lebih fokus untuk memajukan provinsi ini lebih baik," tutupnya. (*)
Tags : duet abdul wahid dan sf hariyanto, gubernur dan wakil gubernur riau, duaet bermarwah memiliki kekuatan pemimpin muda, komite nasional pemuda indonesia, knpi riau, abdul wahid dan sf hariyanto punya track record panjang,